Banner Bawah

Tradisi Megoak-goakan, Saat Nyepi Adat di Kintamani

Artaya - atnews

2019-02-26
Bagikan :
Dokumentasi dari - Tradisi Megoak-goakan, Saat Nyepi Adat di Kintamani
Tradisi Megoak-Goakan

Bangli (Atnews) - Unik dan Menarik, itulah perasaan yng mencuat setelah menyaksikan Tradisi Megoak-Goakan.
Tarian Sakral Yang Seru Diikuti Ribuan Warga Sebagai Ungkapan Puji Syukur Warga Saat Nyepi Adat Di Desa Kintamani.
Selain terkenal dengan keindahan alamnya, beragam tradisi menarik dan unik dapat dijumpai di daerah yang memiliki hawa sejuk ini yakni tradisi megoak-goakan,yang dilaksanakan setiap tahun bertepatan Nyepi Adat di desa setempat.
Menariknya, permainan yang penuh keseruan dan melibatkan kelompok dari anak-anak hingga dewasa ini, juga diyakini sebagai ajang silahturahmi antar warga.
Pantauan Atnews dilokasi pelaksanaan, 
suasana kemeriahan dan keseruan saat ribuan warga Desa Kintamani, Bangli melaksanakan tradisi megoak-goakan dilapangan desa setempat, Selasa (26/02/2019) pagi. 
Tradisi megoak-goakan ini diikuti semua warga  dari anak-anak hingga orang tua, selama satu hari penuh dari pagi hingga sore 
Permainan megoak-goakan ini, tergolong unik dan dilakukan dengan penuh kegembiraan. Biasanya permainan ini,dilakukan oleh dua kelompok pria dan wanita. 
Aturan permaiannanya cukup fleksibel. Dalam satu kelompok terdiri dari belasan orang yang berjejer masing-masing memegang bagian belakang temannya, menyerupai ular-ularan.
Orang terdepan dalam kelompok dianggap bagian kepala atau pemimpin, sedangkan orang paling belakang dianggap sebagai ekor yang akan berusaha ditangkap oleh kepala kelompok lawan. 
Selanjutnya, pemenang akan ditentukan oleh kelompok yang pertama kali bisa menangkap ekor kelompok lawannya.
Keseruan tercipta/ saat peserta harus jungkir balik saat kepala kelompok berupaya mengejar ekor peserta kelompok lainnya. 
Bahkan tak jarang, seseoarang peserta harus tertindih kelompok peserta lainnya, yang menyebabkan salah satu peserta terpaksa digotong keluar arena.
Meski demikian, sama sekali tidak ada rasa dendam dan sakit. Justru sebaliknya,bagi warga tradisi yang diwariskan secara turun temurun ini, membawa kegembiraan karena merupakan ajang silahturahmi antarwarga.
Meski banyak diwarnai keseruan dan kelucuan, bagi warga setempat tradisi megoak-goakan ini merupakan tarian sakral sebagai bentuk persembahan kehadapan tuhan hyang maha esa. 
Selain itu, warga juga yakin peserta yang menderita sesuatu penyakit bisa sembuh setelah ikut serta dalam tradisi yang hanya digelar setahun sekali tepatnya pada saat pelaksanaan nyepi adat,yang digelar setelah purnama sasih kesanga, sesuai kalender Bali.
Demikian disampaikan Bendesa Adat Desa Kintamani,  Nyoman Sukadia.
Lebih lanjut Sukadia mengatakan, megoak-goakan dilakukan serangkaian dengan prosesi upacara yang digelar di Pura Dalem Pingit Kintamani, Senin(25/02) tengah malam Megoak-goakan merupakan semacam permainan tradisional, yang cukup disakralkan di Desa Kintamani sudah menjadi tradisi ritual turun temurun.
Hal ini berkaitan dengan  asal usul Desa Kintamani pada jaman lampau, sebagai salah satu Desa Bali kuno.
Desa Pakraman Kintamani terdiri dari 6 Banjar Adat, yakni Banjar Surakarma, Wiradarma, Jaya Mareuti, Wanasari, Wanaprasta dan Wanagiri, dengan jumlah penduduk 1.200 KK." ungkapnya.
Lebih lanjut ditambahkan, Nyepi adat yang dilaksanakan warga Kintamani sejak berdirinya Desa Kintamani tahun 804 saka sedangkan untuk nyepi  secara nasional juga tetap melaksanakan .Jadinya kami disini melaksanakan Nyepi dua kali., 
Adapun   erat kaitannya dengan siklus daur (mosa) pertanian. ‘’Saat mosa ada yang namanya ngeker bulan, dimana ada larangan menjual binatang, memotong ternak termasuk  menetaskan  telur. Larangan itu untuk menghargai ciptaan Tuhan. 
Selain itu, dua hari menjelang nyepi juga tidak diperkenankan memotong tanaman atau pohon yang masih hidup. Warga disarankan memotong kayu yang telah lapuk, dan ini sesuai dengan konsep pelestarian lingkungan.
 ‘’Seperti yang dilaksanakan ini warga berkumpul melepaskan lelah setelah bekerja  selama setahun dengan melakukan jeda mesimakrama yang diisi dengan menggelar tradisi megoak-goakan,’’ucapnya.
Selama megoak-goakan berlangsung, tidak diperkenankan ada kemarahan, cemburu dan dengki. Kalau misalnya ada yang istrinya maupun pacarnya diajak mengoak-goakan, tidak diperbolehkan marah, .
 ‘’Banyak juga keluarga yang awalnya sakit, diyakini setelah berjanji akan ngayah megoak-goakan  langsung sembuh, seperti yang terjadi dalam melaksanakan megoak-goakan sekeras apapun tidak ada yang terluka  dan keseleo ,jika ada hanya dimohonkan ke pura Dalem Pingit saja sudah sembuh’’ujarnya.(Anggi/ika)
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : Wamenpar Ni Luh Puspa Kunjungi Kawasan Obyek Wisata Lovina Buleleng

Terpopuler

DPD Prajaniti Bali Kecam Pengusaha Klub Malam yang Tidak Hormati Bali dan Penganut Hindu, Desak Aparat Bertindak

DPD Prajaniti Bali Kecam Pengusaha Klub Malam yang Tidak Hormati Bali dan Penganut Hindu, Desak Aparat Bertindak

Yatra Maha Kumbh Mela 2025; Benares Kota Tua Penuh Letupan Dinamisme

Yatra Maha Kumbh Mela 2025; Benares Kota Tua Penuh Letupan Dinamisme

Segera Daftar ITB STIKOM Bali TA 2025/2026

Segera Daftar ITB STIKOM Bali TA 2025/2026

Maha Kumbh Mela 2025 Prayagraj Has a Time Cycle of 144 Years

Maha Kumbh Mela 2025 Prayagraj Has a Time Cycle of 144 Years

Jelang Pelantikan Kepala Daerah Terpilih, Walikota - Gubernur Ikuti Prosesi Mejaya Jaya di Pura Agung Besakih

Jelang Pelantikan Kepala Daerah Terpilih, Walikota - Gubernur Ikuti Prosesi Mejaya Jaya di Pura Agung Besakih

Ratusan Pengunjung TMII Berkaraoke Lagu Janger versi Alam Dewata

Ratusan Pengunjung TMII Berkaraoke Lagu Janger versi Alam Dewata