Badung (Atnews) - Pengabdian Masyarakat Universitas Warmadewa menggelar edukasi dan pelatihan Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan) di Badung, Minggu (5/9).
Acara itu melibatkan pengusaha dan pekerja Cafe 19 Pantai Muaya Jimbaran, Badung.
"Situasi pandemi ini, ibarat kapal berlayar di tengah badai, agar selamat tentu syaratnya kapal harus kuat dilapisi vaksin, layar yang kokoh ditopang imun dan yang pasti navigasi yang cerdas dan disiplin dalam penerapan protokol kesehatan," kata Tim Pengabdian Unwar dr. Tanjung Subrata, M.Repro bersama AA Gede Raka Gunawarman, ST.,MT, dr. Ni Wayan Rusni, M.Erg, dr. Asri Lestarini, M.Sc dan dr. DAP Ratna Juwita, M.Kes.
Namun saat ini pandemi Covid-19 masih melanda dunia, dan Indonesia khusunya Provinsi Bali masih diterapkan PPKM level 4.
Dalam beberapa minggu terakhir angka infeksi dan kasus aktif pasien Covid-19 cenderung menurun, dan diharapkan dalam beberapa minggu ke depan level PPKM dapat secara bertahap diturunkan sehingga aktifitas ekonomi masyarakat dapat berangsur pulih.
Perekonomian Bali yang sebagian besar tergantung industri pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling terpukul akibat pandemi ini.
Salah satunya adalah kelompok pengusaha café ikan bakar di pantai Muaya desa Jimbaran-Kuta.
Kelompok Cafe 19 merupakan usaha kuliner ikan bakar dan hasil laut lainya yang berlokasi di tepi pantai Muaya Jimbaran, kelompok tersebut merupakan milik Desa Adat Jimbaran yang berdiri sejak tahun 1995, di mana pengelolaanya diserahkan kepada masyarakat lokal.
Sampai saat ini kelompok tersebut terdiri dari 17 pengusaha kuliner yaitu New Bayan Café, Bella Seafood Cafe, Nyoman Cafe, Menega Cafe, Sakura Cafe, Pandan Sari Cafe, Okay cafe, Ito Cafe, Rame Cafe, Teba Cafe, Intan Sari Cafe, Dihatiku Café, Roman Café dan Raja Café.
Pada umunya sajian kuliner di pantai tersebut adalah menu ikan bakar dan hasil laut lain seperti udang, kerang, cumi-cumi dll.
Umunya para konsumen akan menyantap hidangan tersebut lebih banyak dengan menggunakan tangan dibanding dengan sendok, garpu dan peralatan makan lainnya.
Salah satu penularan utama dari infeksi Covid-19 adalah melalui tangan yang terkena droplet yang mengandung virus SARCov-2 menyentuh daerah mulut, hidung dan mata.
Untuk mencegah penularan tersebut maka mencuci tangan dengan cara yang benar adalah solusinya, sayangnya tehnik mencuci tangan dengan 6 langkah membutuhkan waktu sekitar 40-60 detik daumumnya selama waktu tersebut air dibiarkan mengalir terbuang.
Posisi café yang terletak di pinggir pantai tidak memungkinkan mendapatkan air bersih dari sumur bor, jadi hanya bisa dari sumber air PDAM yang menyebabkan peningkatan biaya apalagi salah satu protokol pencegahan adalah sering mencuci tangan.
Melihat permasalah itu, pihaknya melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, di mana salah satunya adalah pengabdian pada masyarakat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pihaknya dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan bekerja sama dengan Fakultas Tehnik Universitas Warmadewa memberikan penyuluhan kesehatan terkait pandemi Covid-19, mulai dari tehnik mencuci tangan secara benar, penggunaan masker terutama untuk mencegah varian delta.
Dengan menggunakan kombinasi masker medis dan masker kain, memberikan materi CHSE untuk restaurant dan café.
Sementara itu, AA Gede Raka Gunawarman, ST.,MT. dari Fakultas Tehnik mendesain bak cuci tangan yang hemat air, dengan menggunakan sistem pedal yang saat diinjak akan mengalirkan air, sehingga saat pelanggan sedang mencuci tangan dengan sabut air tidak terbuang, air baru mengalir saat akan membilas tangan dengan cara menginjak pedal. (ART/001)