Oleh Jro Gde Sudibya
Sebagaimana diberitakan di medsos, dan setelah dimintakan konfirmasi dengan seorang Pemangku di Besakih, pemangku lingsir Besakih sane ngempon ring Pura Mrajan Kanginan, lingga Ida Bhatara Mpu Baradah, beberapa hari lalu lebar, meninggal dunia. Hari-hari ini, aed upakara yang berhubungan dengan Ida Mangku Lingsir sedang berlangsung, di Jro ( rumah ) Ida Mangku, di sisi luar Pura Batungadeg, Desa Pakraman Besakih.
Dari info para bhakta yang berkesempatan mejenukan, semeton datang silih berganti, yang memberikan penggambaran luasnya pergaulan JM. Suyasa.
Lebarnya JM.Suyasa beberapa hari setelah peletakan batu pertama, proyek yang dinamakan oleh penggagasnya pemugaran Pura Besakih.
Sehingga JM.Suyasa tidak sempat menyaksikan proses pemugaran, di Pura yang amat sangat dihormati, dicintai dan disucikannya.
Bagi para bhakta, pengayah, yang secara rutin ngayah membantu wiku tapini Ida Pedanda Istri Mas, dan juga secara periodik metirtha yatra, newa sraya ring Sawewengkon Pura Basukian, sudah pasti mengenal sangat baik, kekhasan suara, inotasi kata dari JM.Suyasa, yang bercirikan ketegasan, volume suara tinggi dan bahkan semakin meninggi jika menyangkut hal-hal mendasar tentang Besakih. Tampil dengan rasa percaya diri, menguasai sejarah Besakih dengan baik, terlebih-lebih untuk Pura Mrajan Kanginan ring palebahan Becingah Agung, dimana Jro menjadi pengempon. Amat sangat tangkas, cerdas meyakinkan para pemedek tentang sejarah dan peran kesejarahan Mpu Bharadah. Demikian juga halnya, kalau mengulas perjalanan sejarah dan peran kesejarahan Sapta Rsi yang datang ke Bali.
Karena sikap tubuh dan gaya bahasanya, pemedek yang pertama bertemu, bisa menilai Jro agak sombong dan sulit didekati, tetapi kalau kita mengenal lebih dekat, JM.Suyasa adalah sosok pemangku yang rendah hati dan siap melayani. Dengan catatan, tidak akan berkompromi untuk hal-hal yang prinsip tentang Besakih, dengan siapapun. Pernyataan yang sering diucapkan di banyak kesempatan pada berbagai forum yang menyangkut Besakih.
Kita kehilangan dengan berpulangnya JM.Suyasa, keteladanannya tidak akan pernah kita lupakan. Keteladanan yang akan selalu tersimpan di relung hati para bhakta yang berupa: kerulusan, ketekunan JM.Suyasa bersama Jro Istri, setiap hari ( senja - malam ) tangkil melakukan puja bhakti, mulai dari Pura: Manik Mas, Ulun Kul-kul, Bangun Cakti, Rambut Sadhana, Goa Raja, masuk kawasan Bencingah Agung, belok Kanan Pura Mrajan Kanginan, kembali ke posisi awal Bencingah Agung, melintasi ambal-ambal, masuk Pura Basukian di tempat pemendeman Panca Datu oleh Rsi Markandya dan lanjut ke Pura Penataran Agung, pada ukuran waktu pukul 23.00 - 24.00 wita.
Dalam perjalananan tirtha yatra bertahun-tahun ini, JM.Suyasa jika bertemu dengan para bhakta yang sedang " newa sraya " menyapa mereka dengan ramah, tanpa kehilangan fokus untuk bhaktinya. Bahasa tubuh, gesture dari pasangan suami-istri ini, semacam menyampaikan pesan, inilah jalan kerahayuan di Marcapada ini, dengan segala suka dan dukanya.
Ketegasan, memegang teguh prinsip tentang Besakih, ketulus-relaannya untuk melakukan yasa bhakti bertahun-tahun tanpa henti mulai dari Pura Manik Mas yang tersohor itu, di ujung jalan yang sekarang diberikan nama ASTA SURA, nama yang kaya makna dari sisi: sejarah, upakara dan spiritualitas.
Selamat jalan JM.Suyasa, seluruh aed upakara pengabenan manut dresta Besakih, sudah dan akan dipersiapkan oleh semeton ring Besakih dan para bhakta yang setia, meyasalah dengan tenang di alam sana, Jro lebih memahaminya. Mohonkan ke Ida Bhatara Bhatari sami ring sawewengkon Pura Basukian kami-kami ini yang masih ada di Marcapada, diberikan: akal sehat, kejernihan hati dan kekuatan lahir batin di masa puncak Kaliyuga ini. Doakan Pura yang Jro yang amat sangat cintai dan hormati itu, " selamat dan terselamatkan ".
Rahayu. Rahayu. Rahayu.
*) Jro Gde Sudibya, sekretaris yayasan Kuturan Dharma Budaya, LSM.yang mensosialisasikan pemikiran Mpu Kuturan Raja Kertha.