Oleh Jro Gde Sudibya
Pura Titi Gonggang, termasuk kawasan disakralkan dalam jejer kemiri Pura: Dalem Puri, Mraja Pati, Tegal Penangsaran, Setra Gandamayu. Kawasan sang roh menerima hukuman dan atau meyasa, untuk kemudian akhirnya bisa melewati "simbolik" jembatan kecil Titi Gonggang. Pasca Titi Gonggang, sampai di "Paya Lebar" padang datar luas dalam alam rohani yang bebas dari keterikatan. Menuju lapisan-lapisan rohani yang lebih tinggi, yang tersimbolikkan pada jejer kemiri Pura: Manik Mas, Bangun Cakti, Ulun Kul-kul, Rambut Sadhana, Goa Raja, Mrajan Kanginan, Basukhian dan sejumlah Pura-Pura lainnya ring sawewengkon Basukhian menuju Penataran Agung Besakih.
Jadi kosmilogi ruang Besakih adalah kosmologi ruang yang kaya secara rohani dan juga budaya.
Penelitian yang dilakukan oleh antropolog ternama Australia David Stuart Fox tentang Besakih, juga memberikan penegasan kembali.
Diperlukan kajian mendalam: teologi, sosiologi dan antropologi agama, sejarah dan kedalaman rasa kalau punya niatan "menyentuh" Besakih, untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan bersama.
Benar adanya, Bhisama PHDI Pusat yang menolak kawasan Besakih, alam Gunung Agung dan sekitarnya sebagai KSPN ( Kawasan Strategis Pariwisata Nasional ). Upaya hukum untuk melakukan revisi terhadap PP ( Peraturan Pemerintah ) yang dimaksud sudah semestinya dilakukan oleh krama Bali yang mencintai dan menghormati Besakih.
Sekaligus sebagai penghormatan kita pada Rsi Markandya, sane mendem Panca Datu ring ambal-ambal Besakih, sekarang berdiri Pura Basukhian yang juga disebut Pura Puseh Jagat.
*) Jro Gde Sudibya, Sekretaris Yayasan Kuturan Dharma Budaya.