Denpasar, 29/4 (Atnews) - Ketua Umum Badan Independent Pemantau Pembangunan dan Lingkungan Hidup (BIPPLH) Komang Gede Subudi menghimbau para pihak yang berkompeten agar Kawasan Jatiluwih dikembalikan sesuai standar yang ditetapkan oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
“Upaya itu dalam upaya mempertahankan salah satu budaya adiluhung subak yang menjadi warisan dunia (world heritage) yang saat ini terancam dicabut akibat berubahnya kawasan karena tidak sesuai aslinya kata Subudi di Denpasar, Senin (29/4).
Untuk itu, pihaknya mengharapkan Pemerintah Daerah (Pemprov) Bali maupun Pemda Tabanan agar menyerahkan pengelolaan kawasan Jatiluwih kepada Desa Adat / Desa Pekraman masyarakat mudah berkordinasi sehingga Kawasan Jatiluwih tetap terjaga kelestariannya.
Subudi berharap semua pihak berani introspeksi diri mencari solusi terbaik dan tidak saling menyalahkan demi menjaga nama baik Jatiluwih khususnya dan nama Bali umumnya yang sudah dikenal hingga ke mancanegara.
Subudi yang juga Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bali mengharapkan agar kawasan Jatiluwih terus diperindang dengan menanam pohon-pohon yang endemik disana dan tidak ditanami beton-beton yg merusak pemandangan dan lingkungan.
Apapun alasannya, bangunan beton harus ditiadakan dikawasan Jatiluwih agar tidak merusak keaslian sawah dan sistem subak yang sudah diakui UNESCO itu.
Apabila itu dibiarkan justru berdampak dan berisiko terhadap kunjungan wisatawan berkunjung ke Jatiluwih.
Subudi berkali-kali menegaskan sebaiknya pengelolan wisata Jatiluwih itu kepada Desa Pekraman/Desa Adat agar memberikan dampak kesejahteraan langsung kepada para petani disana.
Upaya itu memastikan kehidupan petani semakin sejahtera atas hasil pariwisata yang selama ini didapatkan dari kunjungan wisatawan.
Apabila hal itu tidak dihiraukan, pihaknya selaku pemerhati lingkungan menghimbau para pelaku pariwisata (PHRI, AMPB, GIPI, ASITA) mengalihkan kunjungan wisata alamnya dari Jatiluwih ketempat lain yg tersebar diseluruh Pulau Bali.
Menurutnya kawasan Jatiluwih sebagai destinasi yang mengandalkan keasrian alam dengan terasering persawahan serta sustem subak yg sangat mengagumkan sebagai obyek wisata andalan Pemda Tabanan diharapkan dijaga dengan baik.
Oleh karena, lingkungan merupakan gerbang utama peradaban masa depan bangsa yang dijadikan daya tarik wisatawan mancanegara.
Ketika lingkungan rusak sudah bisa dipastikan akan sangat berpengaruh kepada kunjungan wisatawan yang mana sinergitas budaya begitu erat kaitannya dengan lingkungan sesuai konsep Tri Hita Karana. “Kalau lingkungan rusak maka wisatawan tidak berminat datang kembali ke Bali,” ujarnya.
Dengan demikian, keasrian lingkungan agar dijaga dengan baik sehingga generasi mendatang masih mewarisi lingkungan hidup yang asri tersebut. (ART/ika)