Tabanan, 30/4 (Atnews) - Pengelola Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih I Nengah Sutirtayasa mengembangkan pariwisata dengan memberdayakan masyarakat setempat.
Upaya itu dalam menyejahterakan masyarakat sehingga mereka dapat menikmati hasil pariwisata pengembangan pertanian.
“Kami tidak mau menjadi penonton di rumah sendiri, investor pun 90 persen dari daerah sendiri,” kata Sutirtayasa di Tabanan, Selasa (30/4).
Hadir pula Pekaseh Subak Jatiluwih I Wayan Mustra, Bendesa Adat Gunung Sari I Ketut Widadi, Prebekel Jatiluwih I Nengah Kartika, Wakil Bendesa Jatiluwih I Nengah Wirata dan Babinsa Jatiluwih I Ketut Sukarma.
Ia mengatakan, Kawasan Jatiluwih ditetapkan oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan dunia (world heritage) sejak tahun 2012.
Sementara itu, obyek itu dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata bersamaan dengan lokasi wisata Penglipuran Kabupaten Bangli Tahun 1998.
Kawasan itu tergabung sekitar 20 subak yang mendapatkan kunjungan wisatawan sebanyak 270 ribu orang (2018), 250 ribu orang (2017) dan 250 ribu orang (2016).
Wisatawan datang kebanyakan dari Kawasan Eropa dan kini mulai dari Asia, India dan ada pula pelancong dari Amerika Serikat.
Presiden Amerika Serikat ke-44 Barack Obama juga sempat mendatangi Subak Jatiluwih.
Namun pengakuannya, kedatangan Obama tidak berpengaruh besar terhadap wisatawan secara signifikan.
Menurutnya, perhatian pemerintah pusat dan daerah perlu ditingkatkan, sementara pihaknya sudah berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Tabanan. (ART/ika)