Oleh Jro Gde Sudibya
Pada Hari ke -17 Bulan Bung Karno, Kita bisa mengenang prinsip dasar berpolitik dari kedua negarawan ini, Etika dan Moralitas dalam Berpolitik.
Soekarno dalam berbagai tulisan mengatakan sangat mengagumi pemikiran dan prilaku politik dari negarawan pendiri India ini.
Soekarno menulis dan menyatakan, prinsip Berdikari (Berdiri di Atas Kaki Sendiri) yang merupakan bagian dari ajaran Tri Sakti, terinspirasi dari gerakan Satya Graha dan Swadhesi dari Gandhiji.
Ada ucapan Gandhi yang sangat terkenal dan dikagumi Soekarno: "Means Justifiying The Goal", cara mesti semulya tujuan. Tujuan mulya, harus dilakulan dengan cara-cara yang mulia.
Dalam konteks ke kinian bisa diartikan, tujuan mulya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dilakukan dengan cara - cara: tidak menggunakan dana kampanye hasil korupsi, tidak menggunakan dana negara yang diklaim sebagai dana pribadi sebagai alat kampanye, tidak melakulan kebohongan publik, agitasi, fitnah dan sejenisnya.
Dan tidak menggunakan fasilitas negara, adat dan bahkan Pura dalam melakukan "halo-halo" politik, yang "ngeletehin" Pura.
Basis etika dan moral semestinya menjadi tulang punggung (back bone) dalam pengaturan lanskap politik Imdonesia yang bercirikan: pragmatisme transaksional dan politik uang nyaris menjadi "panglima". Kekuatan modal dalam faktanya, faktor penentu dalam kompetisi politik.
Akibatnya terjadi proses formal penggantian politik, tanpa perubahan yang berarti dari perspektif kepentingan rakyat. Istilahnya, Change without Growth.
Keteladanan berpolitik Soekarno dan juga Mahatma Gandhi di atas semestinya meninspirasi.
Politik sebagai panggilan jiwa untuk mengabdi tanpa pamrih (merujuk komitmen Soekarno dalam berpolitik, terinspirasi dari Bhagavad Gita ulasan Cri Aurobindo), kemulyaan dalam berpolitik - political virtue - , tidak sebatas tempat cari pekerjaan-nafkah, cara yang dianggap paling mudah untuk cepat kaya, populer, tanpa "memeras keringat" terlalu banyak.Cukup mengandalkan.koneksi, relasi.dan hubungan kepentingan lainnya.
*) Jro Gde Sudibya, anggota MPR RI Utusan Daerah Bali 1999 - 2004, "juru bicara" Spiritualisme Intelektualitas Sang Putra Fajar.