Banner Bawah

Kombinasi Jawa Bali Pujawali Karya Pura Semeru Agung, Dilengkapi Ritual Pemahayu Bumi "Kerta Kertaning Jagat"

Admin - atnews

2023-07-06
Bagikan :
Dokumentasi dari - Kombinasi Jawa Bali Pujawali Karya Pura Semeru Agung, Dilengkapi Ritual Pemahayu Bumi "Kerta Kertaning Jagat"
Slider 1

Lumajang (Atnews) - Hari ini, Rabu Paing Wariga, memasuki hari ke-3, pemedek yang melakukan persembahyangan di Pura Mandara Giri Semeru Agung Senduro, yang puncaknya pada purnama Kasa, ternyata masih membludak. Mereka berdatangan dari berbagai daerah di tanah air, didominasi pemedek asal Pulau dewata Bali. Dari pengamatan dan informasi yang diperoleh Atnews di lapangan, ternyata para pemedek yang tangkil ke pura Kahyangan Jagat yang satu ini, bukan hanya di saat piodalan; namun setiap saat dan para pemangku-pun selalu siaga untuk memberi pelayanan secara bergilir. Jadi kapanpun Umat tangkil, tidak perlu khawatir pasti ada pemangku yang memberikan pelayanan. 

Pelaksanaan piodalan/karya Pujawali di Pura Mandara Giri Semeru Agung Senduro Lumajang Jawa Timur (Jatim) prosesi ritual upacaranya dilakukan secara kolaborasi, antara Umat Hindu Jawa dan Bali, sehingga dalam hal muput upacara-pun juga Sulinggih setempat juga turut ambil bagian sebagai pemuput, yaitu: Romo Dukun di Tengger, ucap Manggalaning Karya/ Ketua Panitia Karya, Cokorda Gede Indrayana asal Puri Ubud Gianyar Bali penerus almarhum Cokorda Gede Suyasa, yang juga pionir pendiri pura Semeru Agung Senduro Lumajang Jatim itu kepada Atnews di sela-sela puncak karya, Senin (3/7).

Demikian pula halnya dari segi penyajian upakaranya dan tari wali  juga berjalan seperti halnya upakara dan tarian wali di daerah setempat; dan Atnews memang menyaksikan langsung saat berlangsung puncak upacara, seperti keterlibatan Dalang Kiminto Suryo yang nama asli Astono sebelum menjadi seorang Dalang, berasal dari Desa Senduro sendiri yang khusus menekuni sebagai Dalang Wayang Pangruwatan, ketika itu mengambil lakon pemutaran gunung Mandara giri. Ia mengaku, hari ini juga ada masyarakat Umat Muslim yang minta diruwat di rumahnya. 

Lebih jauh Cokorda Gede Indrayana menjelaskan, dalam menyiapkan upakaranya membutuhkan waktu sekitar 2 (dua) bulan, dan dirinya merasa senang dan bangga Umat Hindu setempat yang berasal dari Tengger, Argosari, Kedung Ombo, Kandangan, Pakel dan Puji Alit,  kompak untuk ngayah di pura serta toleransi umat beragama di Senduro Lumajang Jawa Timur dinilai sangat tinggi. Bicara soal dana, ia mengatakan, dana yang dibutuhkan seperti halnya tahun tahun sebelumnya sekitar 1 (satu) milyar rupiah yang berasal dari punia pemedek, prawartaka (panitia) juga dari Kabupaten / Kota di Bali, serta berasal dari Provinsi Bali sendiri. 

Wakil Gubernur Bali Prof. Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati terlihat senyum sumringah ketika ditanya soal semaraknya dan khusuknya masyarakat Umat Hindu termasuk umat Hindu Bali yang datang langsung dari Bali, dengan antusiasnya untuk mengikuti persembahyangan bersama di Pura Mandara Giri Semeru Agung Senduro Lumajang Jawa Timur. Wagub usai melakukan persembahyangan bersama kepada Atnews memaparkan, kita lihat saat piodalan di pura Semeru Agung dua atau tiga tahu lalu,  bagaimana Covid (serangan Covid-19 yang demikian dahsyat -red). Mereka merasa keberhasilan pemerintah dalam mengatasi Covid-19, "Bahkan Bali  sebagai daerah tercepat dalam mengatasi Covid sebagai indikasi Ida Bhatara sweca. Kalau Ida Bhatara tidak sweca, apapun usaha kita tidak akan berhasil", ujarnya.  Nah atas keyakinan itulah masyarakat Bali ngaturang bakti sebagai ungkapan rasa terima kasih, Cihna bakti orang Bali ring Ida Bhatara Lingsir Semeru Agung. Ini menunjukkan bakti kalawan asih nemu gelang mewujudkan kerahayuan dan kerahajengan kesejahteraan jagat Bali.

"Untuk itu kita harapkan khususnya anak-anak muda kita, sebagai umat Hindu Bali khususnya hendaknya kita eling sadar,  bahwa kita (umat Hindu Bali-red) memiliki nilai  budaya bali yang Adiluhung perlu kita jaga, perlu kita lestarikan", tegasnya. 

Wagub yang akrab disapa Cok Ace, yang turut ngayah nyolahang Tarian Topeng Dalem Sidakarya juga menyatakan, topeng ini adalah tarian sakral yang wajib ditarikan pada setiap upacara. Pada akhir tari ini secara simbolis penari menghamburkan uang kepeng dan beras kuning (sekarura) sebagai lambang pemberian berkat kesempurnaan dan kemakmuran kepada alam semesta dan seisinya. "Bahkan dari asal usulnya, Topeng Dalem Sidakarya datangnya dari Jawa Timur, dalam hal ini Lumajang. Selain itu sebagian besar masyarakat Hindu Bali juga berasal dari Jawa Timur, khususnya kawasan Gunung Semeru", ujarnya.

“Ini menunjukkan betapa eratnya persaudaraan kita (orang Bali dan Jawa Timur, red). Sehingga saya harapkan agar integrasi dan kebersamaan umat Hindu di Bali dan Jawa Timur terus terbangun. Oleh sebab itu, kami upayakan selalu untuk dapat tangkil dan ngaturayah setiap satu tahun sekali, secara bergilir per-Kabupaten,” ungkap Wagub Cok Ace. 

Selain Topeng Dalem Sidakarya, rentetan karya piodalan ini,  juga dilengkapi persembahan tari wewalian berupa wayang kulit, rejang dewa, rejang renteng, rejang jajar pari, tari baris dan tari legong kejawen.

Karya pujawali Pura Mandara Giri Semeru Agung setiap tahunnya jatuh pada Purnama sasih Kasa, yang mana Pujawali saat ini jatuhnya bertepatan dengan (Hari Senin), Soma Kliwon Wariga tanggal Masehi, 3 Juli 2023 ini, nampak sangat spesial, bersamaan dengan pelaksanaan prosesi ritual upacara yang sangat sakral yang disebut upacara yadnya: "Kerta Kertaning jagat", dengan sarana utama khusus yang bernama "Maha Padma Tedung Jagat Sari Suci Tunggal", dibuat dan dihias sedemikian rupa  Sebagai simbul gunung Mandara Giri, dalam setiap prosesi ritual upacaranya, "Maha Padma Tedung Jagat Sari Suci Tunggal ini diputar dan dilakukan oleh sepasang suami istri, yang perempuan memegang batang linggam sambil memutar searah jarum jam; sementara yang laki-laki menuangkan Tirtha dari atas, sehingga percikan Tirta memencar ke seluruh atau ke delapan arah mata angin, 

Kami ulas kembali bahwa rangkaian prosesi upacara sudah dimulai dari beberapa pura di Bali. Ketika melaksanakan upacara Pamahayu Gumi di Pura Silawana Hyangsari di gunung lempuyang, Murdaning Jagat Bali/ Gubernur Bali menebarkan beras atau nyambehang beras catur Ida Bhatara sesuhunan Baturaya, dan beras yang ditempatkan pada tamas bertuliskan aksara Bali (Aksara Suci Ongkara) yang ditebarkan itu, secara ajaib, tumbuh (Bahasa Balinya "mentik") tiga butir di tanah Siwa Pertiwi. Karena mentik ini akhirnya Bapak Gubernur Bali lanjut melaksanakan upacara Kerta Kertaning Jagat tgl 12 Agustus 2022 di Pura Baturaya. Kemudian setelah itu, beras yg mentik tiga ini katandur (ditanam) pada purnama ketiga di pura Lempuyang Luhur , Purnama Kapat di puncak Gunung Batur. Sedangkan di kawah Gunung Agung, ditanam pada Purnama kapat bulan Nopember tahun 2022. 

Setelah dilaksanakan prosesi ritual upacara itu, akhirnya ada pemuwus dari atas (Pawisik dari Hyang Maha Kuasa-red), bahwasanya upacara seperti ini, harus juga dilaksanakan di Jawa. Maka dari itu, Jero Mangku Nyoman Sudana  sebagai Jero Mangku Gede Pemucuk Pura Pesimpenan Jagat Siwa Bhuda Mahayana Baturaya-red) sepakat dengan Jero Mangku Ketut untuk merealisaskan upacara ini sesuai pawisik, bekerjasama dengan Asta Taksu Dewata (ATD). Sejatinya Jero Mangku Gede Pura Baturaya sudah merencanakan tgl.18/07/2023 yang akan datang, akan tetapi pamuwus yang diterima oleh Jero Mangku Ketut, upacaranya harus dilaksanakan bertepatan pada Purnama Kasa tanggal 3 (tiga) Juli yang lalu dengan iringan Ida Bhatara Baturaya. Dengan demikian semua rencana dirubah secara mendadak, sehingga berjalan seperti ini, dengan puncak acara di Pura Mandara Giri Semeru Agung dengan membawa Tirta dari beberapa pura Kahyangan Jagat di Bali dan beberapa pura besar di tanah Jawa, sehingga total Tirta yang diperciki untuk memohon ketenangan, kenyamanan dan kesejahteraan jagat Nusantara ini, mencapai 108 Tirta.

Secara kronologis dalam perjalanan prosesi upacara dengan berbagai perlengkapan UPAKARA yang diperlukan, diawali dengan upacara "Merebu Bumi", nunas/ nuhur Tirta pada 42 Pura, kemudian selang beberapa lama, dilanjutkan dengan upacara: "Pemahayu Jagat" dengan nuhur serta memercikkan 68 tirta. Lalu kemudian ditambah 9 (Sembilan) tirtha yang dituur oleh Bupati Buleleng, serta tirta-tirta yang dimohon di pura pura sesuai petunjuk Niskala. 

Ritual upacara Pemahayu Bumi "Kerta Kertaning Jagat", di Pura Mandara Giri Semeru Agung Senduro Lumajang Jatim, dilaksanakan bertepatan dengan puncak karya piodalan pura tersebut. Ritual yang sama, pada hari yang sama, sebelumnya juga telah dilaksanakan di Pura Watu Klosot, Situs Selo Gending, Pura Ranu Pani dan juga Pura Luhur Penataran Bromo Tengger. Bedanya prosesi upacara di pura Luhur Penataran Bromo Tengger ini, setelah ritual upacara, dilanjutkan dengan mulang pekelem di Gunung Bromo. Jadi beberapa sesajen inti yang sudah dihaturkan antara lain dalam bentuk "Kwangi Sekar Cempaka Emas" sebanyak delapan biji, dijadikan pekelem. Sementara ritual upacara Pemahayu Bumi "Kerta Kertaning Jagat", di Pura Mandara Giri Semeru Agung yang disaksikan langsung oleh Wakil Gubernur Bali Prof. Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati dari Guru Wisesa, sekaligus terlibat dalam prosesi ritual upacara yang amat sakral dipenuhi simbul-simbul serta filosofi penuh makna. Prosesi upacara berjalan lancar dan hidmat. Upacara diakhiri dengan penyerahan Kwangi Sekar Pucuk Emas yang juga berjumlah delapan biji, diserahkan oleh Jero Mangku Gede Pura Pesimpenan Jagat Siwa Bhuda Mahayana Baturaya kepada Wakil Gubernur Bali, Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati, yang selanjutnya menyerahkan lagi kepada Jero Mangku Gede Pura Mandara Giri Semeru Agung untuk dipendem di pura tersebut. 

Sedangkan dua Kwangi Sekar Emas lain, masing-masing berupa kwangi Sekar emas pucuk dan Kwangi Sekar Emas Cempaka (sebagai simbul Purusa dan Pradana) untuk Gubernur Bali, sesuai petunjuk akan diserahkan langsung Oleh Jero Mangku Nyoman Sudana (Jero Mangku Gede Pura Pesimpenan Jagat Siwa Bhuda Mahayana Baturaya) kepada Gubernur Bali, Wayan Koster di Pura Baturaya, dan waktu penyerahan belum bisa ditentukan.

Ngiring Ida Bhatara Lingsir Baturaya setelah melakukan upacara di Jawa mendadak minta setiba di Bali agar langsung diusung ke Monumen Perjuangan Rakyat Bali dan memercikkan semua tirta upekara di jawa termasuk yang terakhir  di Pura Semeru Agung agar juga dipercikkan atau kesiratang dan Ida  Bhatara Lingsir Baturaya ngider buana berkeliling tiga kali sesuai arah putaran jarum jam (Murwa Daksina) di lokasi monumen tersebut.

Dalam pelaksanaan ritual upacara Pemahayu Bumi "Kerta Kertaning Jagat", di Pura Mandara Giri Semeru Agung, yang bertepatan dengan puncak karya piodalan pura tersebut, tentunya disaksikan juga oleh para pemedek yang tangkil berduyun duyun silih berganti. 

Puncak karya piodalan, dipuput oleh 2 (dua) Sulinggih Siwa Budha dari Bali, yakni: Ida Pedanda Gde Karang Selat Duda Karangasem, dan Ida Pedanda Gde Jelantk Giri dari Geria Gunungsari Peliatan Gianyar. Sedangkan sesajen banten Jawa dipuput oleh Romo Dukun Pandita Gatot Arco Wardoyo, Romo Dukun Pandita Sukadi dan Romo Dukun Pandita Sutris. 

Hadir pula pada puncak karya, Bupati Karangasem I Gede Dana, Kapolres Lumajang, Dandim Lumajang, serta Para Penglisir Puri Ubud. Untuk melengkapi persembahan, rangkaian karya pujawali juga dilengkapi dengan caru manca kelud atau yang juga disebut sebagai caru panca rupa yang juga digunakan saat upacara “Ngelinggihang” (meletakkan) Dewa ring Parahyangan Agung dan Alit, upacara pamungkah, pakiyisan agung/ alit, mapadudusan agung/alit/madya.

Serangkaian pujawali, Ida Betara akan nyejer hingga 14 Juli 2023. Dalam kurun waktu 11 hari, setiap harinya dilaksanakan prosesi nganyarin oleh Kabupaten/ Kota se Bali secara bergilir, Provinsi Bali serta Kabupaten/ Kota Provinsi Jawa Timur. Umat Hindu yang ingin tangkil dan melaksanakan persembahyangan, bisa memanfaatkan waktu tersebut. (IBM).
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : Kawasan Pedesaan Pilar Utama Pendukung Ekonomi

Terpopuler

Elit Menari di Atas Tubuh Rakyat; Pertunjukan Duka Demokrasi

Elit Menari di Atas Tubuh Rakyat; Pertunjukan Duka Demokrasi

Pasca 17+8 Tuntutan Rakyat, Pendekatan Konvensional Proyek Pembangunan Mesti Ditinggalkan

Pasca 17+8 Tuntutan Rakyat, Pendekatan Konvensional Proyek Pembangunan Mesti Ditinggalkan

DPRD Kabupaten Badung mengucapkan Hari Jadi Provinsi Bali ke-67 dan HUT RI ke-80

DPRD Kabupaten Badung mengucapkan Hari Jadi Provinsi Bali ke-67 dan HUT RI ke-80

Banjir, Ketika Tukad Meluap, Kepedulian Mengalir: Bali Mulai Pulih

Banjir, Ketika Tukad Meluap, Kepedulian Mengalir: Bali Mulai Pulih

Jaksa Agung Kaget Minimnya Perkara Korupsi yang Ditangani Kejati Bali

Jaksa Agung Kaget Minimnya Perkara Korupsi yang Ditangani Kejati Bali

Setuju Demo terhadap Kekuasaan yang Korup, tetapi Jangan Korbankan Industri Pariwisata Bali

Setuju Demo terhadap Kekuasaan yang Korup, tetapi Jangan Korbankan Industri Pariwisata Bali