Lampung (Atnews) - Anggota DPR RI Komisi VIII Fraksi PDI Perjuangan, Komang Koheri dari Dapil 2 Lampung kembali maju merebut kursi DPR pada Pemilu Serentak 2024.
Koheri yang alumni Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) juga sudah pernah dua kali berkiprah sebagai DPRD Provinsi Lampung.
Bahkan Komang Koheri sempat maju sebagai Calon Bupati Lampung Tengah dalam Pilkada 2005, dengan naik kendaraan PNI Marhaenisme.
Ia pun kelahiran Lampung dari keturunan seorang anak petani Bali kini sukses membangun PT Bank Perekonomian Rakyat (BPR) Tani Rakyat (Tara) Dharma Artha atau Bank Tara.
Dirinya sebagai transmigran yang memotivasi untuk maju, bisa hidup bersosial, bermasyarakat dan selalu peduli kepada kemanusiaan. Dengan melaksanakan empat konsensus bangsa yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Menurutnya, tidak semua transmigran asal Bali di Lampung Tengah, Lampung bekerja sebagai petani.
Mereka juga ada memilih menjadi politisi yang sukses. Termasuk dirinya lolos berkat dukungan merangkul lintas etnis yang digalangnya. Begitu juga istrinya Ni Ketut Dewi Nadi ini menjadi anggota DPRD Lampung Tengah.
Koheri merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara pasangan I Made Linteb dan Ni Made Sasih, pasutri transmigran asal Desa Kukuh, Kecamatan Kerambitan, Tabanan.
Komang Koheri yang juga dikenal sebagai pengusaha, lahir dan dibesarkan di Desa Rama Dewa, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung.
Kini sebagai Anggota Komisi VIII DPR RI berdasarkan Keputusan DPR RI tentang Penetapan Mitra Kerja Komisi-Komisi DPR RI Masa Keanggotaan Tahun 2019-2024 tanggal 29 Oktober 2019, memiliki Mitra Kerja yakni Kementerian Agama, Kementerian Sosial, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Amil Zakat Nasional, Badan Wakaf Indonesia, Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan Badan Pengelola Keuangan Haji.
Dalam menjalankan tugasnya, Komang aktif turun ke masyarakat, termasuk menyuarakan berbagai persolaan khususnya sesuai bidang komisi yang ditugaskan.
Sebelumnya juga, ketika Komang Koheri sebagai DPRD Lampung datang bersama Komisi II DPRD Lampung ke Jakarta dalam rangka menanyakan mengenai Dana Alokasi Khusus (DAK) 2018-2019 untuk pertanian Provinsi Lampung. Usai Kunker ke Kementerian Pertanian, Komang Koheri bertemu kakak kedua dan ketiganya yang tinggal di Jakarta. Kakak ketiganya, I Nyoman Adi Peri, merupakan seorang pengacara di ibukota.
Perjuangan dirinya, merangkak dari bawah dari seorang pengusaha menjadi politisi. Menurut Koheri, dirinya menekuni dunia usaha sejak duduk di bangku perguruan tinggi.
Sambil kuliah di Jurusan Managemen STIE Lampung, Koheri berdagang beras. Sebagai pedagang, tentu saja dia pernah mengalami pahit dan getir berbisnis.
Bahkan pernah mengalami kerugian saat biaya mengolah gabah menjadi beras lebih mahal ketimbang harga jual berasnya.
Namun, semangat Koheri untuk terus menekuni dunia usaha tidak sampai surut. Dia sadar kemampuan akademiknya tidak terlalu bagus, sehingga tak berniat melamar pekerjaan di perusahaan.
Sebab, bila melamar pekerjaan, pasti yang dilihat nilai akademik dulu ketimbang skill. Nah, dengan nilai akademik yang tidak bagus, Koheri kemudian pilih berwiraswasta. Selain menjual beras, dia juga menjual hasil perkebunan seperti sawit dan karet, serta merambah ke properti dan kontraktor.
Koheri selanjutnya mendirikan Koperasi Tri Darma, yang menjadi cikal bakal terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Tara tahun 1999. Nama BPR Tara dia ambil dari singkatan nama panggilan kedua anaknya, Luh Tasya Saraswati alias Tasya dan Komang Raja Seva Mayday alias Raja.
Menurut Koheri, dirinya mendirikan BPR Tara demi membantu masyarakat setempat agar tidak terjerat rentenir.
Melalui BPR Tara yang didirikannya, Koheri ingin membangun daerah kelahirannya. Agar bisa berkontribusi lebih luas lagi dalam membangun daerahnya, Koheri lalu terjun ke politik prtaktis. Dia mengawali kiprahnya sebagai Ketua DPC PNI Marhaenisme Lampung Tengah, lantaran senang dengan ajaran Marhaen dan Tri Sakti Bung Karno.
Dalam Pileg 2004, suami dari Ni Ketut Dewi Nadi ini mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Lampung Tengah dengan kendaraan PNIM. Sayang, upayanya gagal. Meski begitu, Koheri tidak patah arang. Setahun kemudian, Koheri yang kala itu baru berusia 33 tahun justru nekat mencalonkan diri sebagai Calon Bupati Lampung Tengah, dengan naik kendaraan PNIM bersama mitra koalisi. Namun, lagi-lagi Koheri kalah tarung.
Setahun pasca Pilkada Lampung Tengah 2005, Koheri pilih lompat pagar gabung ke PDI Perjuangan. Nah, melalui PDIP, Koheri kembali maju sebagai caleg DPRD Provinsi Lampung Dapil Lampung Selatan dalam Pileg 2009. Ternyata, perjuangannya berhasil, karena Koheri lolos ke kursi DPRD Lampung 2009-2014. Bahkan, Koheri selaku incumbent kembali ke kursi DPRD Lampung 2014-2019 melalui Pileg 2014.
Setelah dua kali periode duduk di DPRD Lampung, Komang Koheri kin ditugasi PDIP maju berebut kursi DPR RI Dapil Lampung II dalam Pileg 2019. Koheri optimistis bisa melenggang ke Senayan, lantaran sudah memiliki basis massa tersendiri tanpa hanya mengandalkan suara dukungan dari transmigrans asal Bali. Dia rangkul pemilih berbagai latar belakang etnis melalui komunitas Paguyuban Bali-Lampung yang dibentuknya.
Koheri menyebutkan, dirinya merupakan satu-satunya krama Bali perantauan di Lampung yang maju berebut kursi DPR RI dalam Pileg 2019 mendatang. Menurut Koheri, sebetulnya ada 5 putra Bali perantauan yang duduk di DPRD Lampung saat ini. Namun, hanya Koheri yang maju berebut kursi ke Senayan. Karenanya, kans Koheri untuk terpilih menjadi lebih besar, karena krama Bali perantuan di Lam-pung praktis hanya punya satu pilihan.
Koheri yang juga pengurus Yayasan Pendidikan TK, SMP, dan SMK Bangun Cipta berharap mendapatkan dukungan semua pihak agar bisa kembali duduk sebagai DPR RI dari Dapil Lampung.
Pengalaman sebagai Anggota DPR RI, pihaknya semakin optimis bisa menyalurkan aspirasi rakyat lebih tepat.
Komang Koheri sendiri lahir dan besar di Lampung Tengah karena ayahnya, I Made Linteb transmigrasi ke sana tahun 1957 ketika masih duduk di bangku Kelas II SMA. Sang ayah pergi ke Lampung karena ingin mengubah nasib dan berharap besar agar keturunannya kelak lebih maju.
Disamping itu, ayah Koheri dipercaya sebagai kepala desa di Lampung Tengah. Selain itu, Made Linteb juga berprofesi sebagai petani dengan berkebun cengkeh dan beternak babi. Di sanalah Made Linteb bertemu Ni Made Sasih, perempuan asal Banjar Wani, Desa/Kecamatan Kerambitan, Tabanan yang kemudian menjadi istrinya, hingga melahirkan Komang Koheri. (GAB/001)