Rusia (Atnews) - Gede Pasek Suardika (GPS), Pendiri Utama Widya Pasraman Astika Dharma menceritakan pengalaman putrinya ketika kuliah Putu Devi Narasari di Kazan Federal University (KFU) Kazan Russia.
Putrinya menempuh pendidikan tinggi tinggal di asrama selama kuliah di KFU Kazan Russia terlihat rapi bersih dan tertata dengan baik.
Tidak bisa sembarangan orang masuk ke dalam karena hanya penghuni, orangtua boleh menengok dengan membawa bukti identititas sebagai orang tua.
"Ada 30 blok gedung untuk asrama baru dan ada puluhan blok juga di lokasi berbeda di asrama yang lama," ujar GPS yang juga Mantan DPR dan DPD RI di Rusia, Minggu (9/7).
Selain fasilitas olahraga, dapur kamar mandi dan taman yang komplit, penataannya juga sangat bagus.
Hanya saja belasan ribu mahasiswa berebut untuk bisa mendapatkan tempat ini.
"Bersyukur Devi berhasil lolos dan dengan syarat harus rajin kegiatan di asrama juga jika ingin tetap bertahan," ujarnya.
Dijelaskan pula, biaya tergolong murah. Jika dirupiahkan, hanya membayar Rp 200 ribu saja sebulan dengan fasilitas komplit tersebut. Itu jika jalur mandiri dan jika beasiswa cukup Rp 100 ribuan saja.
Bandingkan di apartemen studio bisa kena Rp 5-7 juta sebulan jika tidak dapat asrama.
Menurut Ketum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), pendidikan memang harus hadir dengan ramah dan murah agar semakin banyak warga berpendidikan.
Secara total di daerah intu ada 115 mahasiswa Indonesia yang bersekolah di kota ini dan sekarang 20 an mahasiswa akan tamat termasuk Devi.
Sambil jalan - jalan raya bertemu mahasiswa asal Papua, ada asal Maluku juga. Baik saat di Asrama maupun saat membeli buku.
"Saya dengar Unud sempat mau merintis membuat asrama mahasiswa modern dengan mandiri tetapi di demo mahasiswanya dengan alasan mahal," ujarnya.
Konsep asrama berkelas sangat penting untuk menunjang kualitas pendidikan. Jika negara belum mampu mau tidak mau partisipasi masyarakat harus dipacu.
Asrama bukan sekadar tempat tinggal tetapi sistemnya melatih untuk berdisiplin, taat aturan, pergaulan luas, dan lainnya. Sangat berbeda dengan tinggal kost di apartemen yang serba bebas bebas tanpa sistem pengawasan.
Bahkan GPS sempat menyayangkan meregulerkan SMAN/SMKN Bali Mandara, padahal sebelumnya bisa menerima siswa kurang mampu yang diasramakan.
Ia pun tidak lupa berpesan. Bawah Beragama tinggi tapi miskin kemanusiaan. Berilmu tinggi, tapi beradab rendah. Hidup kaya-raya, tidak peduli pada yang miskin. Ada yang berkuasa, tapi tidak bermanfaat bagi masyarakat.
"Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama mahluk hidup," pungkasnya. (GAB/001)