Banner Bawah

"Keletehan" di Pura Goa Raja, "Sasmita" Alam dari Giri Toh Langkir

Admin - atnews

2023-08-09
Bagikan :
Dokumentasi dari - "Keletehan" di Pura Goa Raja, "Sasmita" Alam dari Giri Toh Langkir
Slider 1

Oleh Jro Gde Sudibya 
Pura Goa Raja, bagian dari "jejer kemiri pura ring sawewengkon Basukhian", tempat para raja Bali di masa lalu melakukan "tapa bratha" memohonkan kekuatan dan kebijaksaan sareng Ida Bhatara ring Giri Toh Langkir dalam memimpin Bali. Goa ini tembus di Goa Lawah, dimana kekuatan dan kearifan kepemimpinan yang terberkati "ngider bhuwana" ring sawewengkon jagat Bali".

Dari sastra yang datang kemudian, Bali disimbolikkan dengan Padma Bhuwana, Bunga Padma berkelopak 8, menggambarkan kekuatan Tuhan Ciwa di 8 penjuru angin Bali. Pura Goa Lawah  berada di Tenggara, pemujaan Tuhan Maheswara dengan pengurip 8, yang sederhananya "dimulainya" perputaran kekuatan Ciwa dari Pura Goa Lawah ke seluruh Bali. Dari keyakinan dan juga kekuatan mistik, semestinya Pura Goa Raja adalah tempat yang damai, ada kekuatan cakti yang menjaganya dari setiap potensi "keletehan". Tetapi faktanya "keletehan" telah terjadi.

"Sasmita" keletehan ini, merupakan lanjutan saja  dari "kebrebrehan"yang berlangsung di Besakih, akibat proyek Besakih senilai Rp.950 M, yang tidak direncanakan dengan matang, bias ke kepentingqn komersiil, menodai khasanah kekayaan spiritualitas Besakih.

Besakih adalah puncak "dunia dalam" inner world, dunia batin manusia Bali. "Gangguan" terhadap Besakih, bisa "mengoyak" dunia batin masyarakat Bali, berhadapan dengan dunia luar yang sarat dengan persoalan, mengikuti "hukum besi" Rwa Bhineda.

Kerapuhan di dunia dalam, mudah menimbulkan anomali pada masyarakat Bali, insan-insan manusia rapuh karakternya bahkan kebingungan sosial, yang salah merasa benar "menikmati" kesalahannya, yang benar dipersalahkan tanpa rujukan etika - moral. Dipersalahkan model "suryak siu", yang intinya "memuja" kepentingan personal, dan kepentingan bercokol "vested interest" kelompok.

Karena Besakih merupakan "sesuduk kayun" bersama secara niskala, "keletehan" yang menimpa Goa Raja, semestinya kita bersama berbenah, melakukan koreksi, terutama mereka yang menjadi  panutan, untuk menghindari bencana besar yang sudah tentu tidak kita inginkan bersama.

Besakih dalam perjalanan sejarahnya banyak menyimpan cerita mistik tentang: kepemimpinan, kesuburan, bencana, keselamatan dan tuntunan jalan terang kehidupan menuju pendakian rokhani. Mistik berbeda dengan takhyul, superstition meminjam istilah Svami Vivekananda, "label" yang sering diberikan oleh kelompok yang mendewakan akal, menafikan realitas rokhani. Superioritas akal yang bisa melahirkan rasionalisme dan kemudian sekulerisme. Kelompok, yang meminjam istilah Romo Mangan, YB.

Mangun Widjaja, rohaniwan, sastrawan sebagai atheis praktis, secara teori percaya pada Tuhan, tetapi dalam praktek Tuhan dianggap tidak ada. Atau kelompok, meminjam istilah sejarahwan ternama Yuval Noah Harari pengarang buku sejarah populer SAPIENS, mereka yang memeluk "agama" Pertumbuhan Ekonomi, di mana ukuran: produktivitas, effisiensi, persaingan dan motif mencari laba, mengalahkan rujukan agama tradisional.

Bagi yang masih percaya terhadap "sasmita" dari Giri Toh Langkir, sebaiknya waspada, mawas diri dan koreksi diri untuk prilaku yang tidak patut selama ini.

*) Jro Gde Sudibya, Pengasuh Dharma Sala "Bali Werdhi Budaya", Br.Pasek, Ds.Tajun, Den Bukit Bali Utara.
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : ORI Bali Apresiasi Sikap Koster Memberantas Pemungutan Liar

Terpopuler

Sewa Pertokoan di Dalung

Sewa Pertokoan di Dalung