Banner Bawah

Spiritualitas Sungai Gangga 

Admin - atnews

2023-12-28
Bagikan :
Dokumentasi dari - Spiritualitas Sungai Gangga 
Slider 1

Denpasar (Atnews) - Budayawan Putu Suasta menyusuri Sungai Gangga di daerah Haridwar, Rishikesh, India (Bharat) yang sangat dipuja dan disucikan penganut Hindu (Sanatana Dharma).

Sungai Gangga mengalir 2.525 kilometer dari hulu Pegunungan Himalaya, dikunjungi jutaan umat dari seluruh dunia. Panjang Sungai Gangga yang paling diterima secara luas adalah 1.569 mil (2.525 km), dan daerah aliran sungainya diperkirakan sekitar 416.990 mil persegi (1.080.000 km persegi).

Sungai ini dipuja oleh umat Hindu yang mempersembahkan makanan dan bunga ke sungai sebagai sakramen. 

Selama festival besar keagamaan, jutaan umat Hindu dari seluruh posok India dan dunia melakukan perjalanan ke sungai untuk membenamkan diri di air untuk membersihkan jiwa mereka. Sungai ini juga diyakini memberikan perlindungan spiritual bagi orang yang meninggal. 

Banyak kuil kremasi terletak di tepi Sungai Gangga, dan umat Hindu membuang abu orang mati ke sungai untuk memastikan jiwa memiliki jalan yang aman ke surga. Perairan Sungai Gangga diyakini menjadi jalur menuju Dunia para Leluhur (Pitriloka).

Air Gangga sangat luar biasa hebat, bahkan dengan setetes air Gangga bila dicampur dengan air biasa maka air biasa tersebut menjadi air Gangga dengan segala kekuatan dan kesucianya. 

Bahkan hasil penelitian dari para peneliti menemukan dan membuktikan bahwa air Gangga yang murni walaupun disimpan untuk jangka waktu yang lama akan tetap terjaga kemurnianya.

Selama mengujungi daerah suci itu, apalagi ketika momen Aarati Gangga Puja merasa menyentuh hati dan membekas sepanjang waktu.

Demikian disampaikan Suasta yang baru saja datang dari India, setelah melakukan perjalanan pada  Oktober 2023, dan juga melakukan kunjungan beberapa hari ke Vietnam dalam rangka undangan pertemuan Internasional tentang lingkungan, kesetaraan perempuan, HAM dan pluralisme global.

Selama seminggu di India, Suasta khusus mengunjungi Akshardham yang merupakan kompleks kuil Hindu yang luasnya kira-kira 200 hektar di pinggiran metropolitan Delhi, India. Termasuk Kurukshetra, Haridwar, Rishikesh dan Mathura.

Sebelumnya Suasta sudah 5 kali mengunjungi India, begitu juga Angkor Wat di Siem Reap Kamboja komplek Candi Hindu yang luasnya 100 km persegi yang di bangun 1000 tahun yang lalu, juga sempat mengunjungi Batu Caves Temple Hindu Malaysia  beberapa waktu lalu. 

Putu Suasta merasa bersyukur mendapat kesempatan melakukan puja meditasi (dharsan) kepada Dewa Murugan dan tukar pikiran dengan pengempon komunitasnya beberapa waktu lalu di Selangor Malaysia. 

Dewa Murugan sebagai Dewa Hindu yang terkenal di kalangan bangsa Tamil di negara bagian Tamil Nadu di India, dan Sri Lanka. Dewa ini juga dikenal dengan berbagai nama, seperti Kartikeya, Kumara, Shanmukha, Skanda, hingga Subramaniam.

Digambarkan sebagai dewa berparas muda, bersenjata tombak dan mengendarai burung merak, Dewa Murugan ternyata merupakan dewa perang dan pelindung negeri dan bangsa Tamil.

Kedatangannya dalam rangkaian acara pertemuan NGO Leaders se-Asia atau pertemuan para Tokoh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Internasional selama 9 hari di Kuala Lumpur dan Songkhla Thailand Selatan.

Kegiatan pertemuan pimpinan LSM itu dilaksanakan di Singapore, Malaysia dan Thailand. Putu Suasta adalah Alumni UGM dan Cornnel University New York, menjadi pembicara di Kampus Universitas Kebangsaan Malaysia, Universitas Songklha di Thailand Selatan, Universitas Thaksin dan Universitas Nasional Singapore.

Peserta LSM yang hadir berasal dari lintas negara yakni Kamboja, Laos, Malaysia, Singapore, India, Vietnam, Srilangka, China Taiwan, Philipina.dan Indonesia.

Suasta mengaku banyak belajar dari India, tempat-tempat suci umat Hindu (Sanatana Dharma) bahkan sudah lima kali keliling negara tersebut dalam kurun waktu 30 tahun lebih. 

Bahkan tinggal di tempat-tempat suci bagi umat Hindu yakni Punjab, Varanasi disebut juga Benares, Banaras, atau Benaras, atau Kashi atau Kasi, adalah kota suci agama Hindu di tepi Sungai Gangga yang terletak di negara bagian Uttar Pradesh di India bagian utara. 

Varanasi, bagi umat Hindu, adalah seperti Mekkah bagi umat Muslim atau Vatikan bagi umat Katolik. Ketika berada di India, Putu Suasta bergaul dengan para orang suci atau sadhu.

Suasta menjelaskan, Sungai Gangga mengalir 2.525 kilometer dari Pegunungan Himalaya ke Teluk Benggala di utara India dan Bangladesh.

Hulu Sungai Gangga dimulai dari pegunungan Himalaya  berada di ketinggian 3.892 meter berasal dari Gletser Gangotri di negara bagian Uttarakhand, India.

Gletser berada di ketinggian 12.769 kaki (3.892 m). Sungai Gangga dimulai lebih jauh ke hilir tempat pertemuan sungai Bhagirathi dan Alaknanda. Saat Sungai Gangga mengalir keluar dari Himalaya, terbentuklah ngarai yang sempit dan terjal.

Sungai Gangga dimulai dari pertemuan Bhagirathi dan Sungai Alaknanda dan merupakan bagian dari lembah sungai yang lebih besar yang menghubungkan dengan sungai Brahmaputra dan Meghna. 

Anak-anak sungai Gangga (aliran air tawar yang mengalir ke Sungai Gangga) meliputi sumber air dari Bangladesh, Nepal, dan Tibet. 

Musim hujan tahunan, yang berlangsung dari bulan Maret hingga Mei, juga memasok air segar ke sungai. Begitu sungai mencapai Teluk Benggala, terbentuklah Delta Gangga, delta sungai terbesar di dunia dan wilayah yang sangat subur untuk pertumbuhan tanaman. 

Sedimen delta sungai mengandung sisa - sisa vegetasi hutan, tanah liat, lignit , dan lapisan gambut yang menyuburkan tanah di sekitarnya.

Pegunungan Himalaya juga merupakan rumah bagi Gunung Everest, gunung tertinggi di dunia. Dewi Gangga sering digambarkan mengendarai Makra (makhluk hibrida berkepala buaya dan berekor lumba-lumba).

Ketika Sungai Gangga mengalir lebih jauh ke hilir, ia berubah arah beberapa kali dan bergabung dengan banyak sungai anak sungai lainnya.

Sungai-sungai utama yang mengalir ke Sungai Gangga adalah: Ramganga, Gomti, Ghaghara, Gandaki, Burhi Gandak, Koshi, Mahananda, Tamsa, Yamuna, Son, dan Punpun.

Ada juga beberapa kota besar dan kecil yang dilalui Sungai Gangga dalam perjalanan ke hilir. Beberapa di antaranya adalah Chunar, Kolkata, Mirzapur, dan Varanasi. Banyak umat Hindu mengunjungi Sungai Gangga di Varanasi karena kota itu dianggap sebagai kota tersuci. 

Oleh karena itu, budaya kota juga terkait erat dengan sungai karena merupakan sungai paling suci dalam agama Hindu.

Untuk sebagian besar alirannya, Sungai Gangga mengalir melalui wilayah India, meskipun delta besarnya di daerah Bengal, yang berbagi dengan Sungai Brahmaputra, sebagian besar terletak di Bangladesh.

Setelah Sungai Gangga mengalir keluar dari India dan masuk ke Bangladesh, cabang utamanya dikenal sebagai Sungai Padma. 

Sungai Padma bergabung ke hilir dengan sungai-sungai besar seperti sungai Jamuna dan Meghna. 

Setelah bergabung dengan Meghna, ia mengambil nama tersebut sebelum mengalir ke Teluk Benggala. Namun sebelum memasuki Teluk Benggala, sungai ini menciptakan delta terbesar di dunia, Delta Gangga. Wilayah ini merupakan wilayah sarat sedimen yang sangat subur yang luasnya mencapai 23.000 mil persegi (59.000 km persegi).

Sungai Gangga adalah sungai terbesar ketiga di dunia berdasarkan debit dan sungai terpanjang ke-34 di dunia.

Kedalaman rata-rata sungai adalah 16 meter, dan kedalaman maksimumnya 30 meter.

Mulut Sungai Gangga membentuk delta terbesar di dunia, yang dikenal sebagai Sunderbans, dan dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1997. Luasnya lebih dari 105 ribu kilometer persegi.

Sungai ini mempunyai debit air terbesar kedua di dunia, dan daerah aliran sungainya adalah yang terpadat di dunia dengan lebih dari 400 juta orang tinggal di dalamnya.

Bahkan, ada banyak tempat suci di sepanjang Sungai Gangga termasuk Gangotri, Haridwar, Allahabad, Varanasi dan Kali Ghat.

"Beberapa tempat suci itu, pernah saya tinggal disana, kata Suasta dalam percakapannya di Denpasar, Rabu yang lalu

Menariknya lagi, umat Hindu seluruh dunia akan berkumpul dalam mengikuti acara Kumbh Mela yang merupakan ritual agama Hindu berupa mandi massal di tepi Sungai Gangga yang dirayakan di empat tempat: Haridwar, Prayag, Ujjain dan Nashik.

Selain itu, kemuliaan Gangga Devi sudah dikenal sepanjang zaman.
 
Gangga pertama kali disebutkan beberapa kali dalam Rig Veda, dianggap sebagai yang paling awal dari empat Veda (prinsip teks suci yang menjadi dasar pemikiran Veda dan Hindu). 

Dalam Rig Veda 3.58.6 dikatakan, “Rumah kunomu, persahabatanmu yang penuh keberuntungan, wahai Pahlawan, kekayaanmu ada di tepi sungai Jahnavi [nama lain Gangga].”

Apalagi Gangga Devi turun ke bumi memiliki berkaitan dengan kisah kurcaci Vamana Avatara, inkarnasi kelima Dewa Visnu.

Dimana ada seorang raja jahat bernama Bali yang sangat angkuh dan sombong. 

Dalam rencana untuk mengakhiri kejahatannya, Vamana pergi ke Bali dan meminta tiga anak tangga tanah kepadanya. 

Bali dengan angkuh menyetujuinya, mengira itu hanya tiga langkah kecil dari seorang kurcaci. Namun Vamana kemudian mengambil wujud kosmik-Nya dan meletakkan satu kaki di bumi, satu kaki di langit, dan satu kaki di kepala Bali.

Menurut cerita, pada saat itulah Dewa Visnu melangkah ke surga, lahirlah Dewi Gangga. Ketika Beliau melangkah ke surga, Dewa Brahma membasuh kaki Visnu dengan penuh hormat. Air jatuh dari kaki Visnu ke dalam kamandalu atau periuk Brahma, dan dari air inilah Gangga lahir.

Begitu juga Gangga Devi turun ke dunia atas tapa brata yang sangat berat yang dilakukan oleh Raja Bhagiratha maka Gangga juga dikenal dengan nama Bhagirathi.

Diceritakan seorang raja bernama Sagara yang memiliki enam puluh ribu (60.000) putra. Suatu hari, Raja Sagara memutuskan untuk melakukan upacara Ashvameda, sebuah ritual di mana seekor kuda dikirim ke seluruh negeri untuk menaklukkan dan memperoleh kerajaan baru serta membangun kedaulatan.

Namun, Dewa Indra cemburu pada Raja Sagara dan memutuskan untuk mencuri dan menyembunyikan kudanya di dunia bawah. 

Raja Sagara mengirimkan enam puluh ribu putranya untuk menemukan kuda itu dan setelah mencari di seluruh bumi, mereka menemukannya di dunia bawah di sebelah orang bijak yang bermeditasi, Kapila. 

Percaya bahwa Kapila adalah pencurinya, mereka mulai melontarkan hinaan kepada orang bijak agung tersebut, sehingga mengganggu praktiknya. 

Kapila membuka matanya – mata yang sudah bertahun-tahun tidak terbuka – dan dengan kekuatan spiritualnya membakar keenam puluh ribu putranya menjadi abu.

Setelah kematian, ada banyak ritual panjang dan rumit yang harus dilakukan bagi umat Hindu, termasuk pencelupan abu. Namun, karena enam puluh ribu anak laki-laki ini berada jauh di dunia bawah, tidak ada yang bisa melakukan upacara pemakaman mereka, jadi mereka mengembara sebagai hantu selama bertahun-tahun.

Selama beberapa generasi, keturunan Raja Sagara mencoba, namun tidak berhasil, membujuk Gangga agar datang ke Bumi untuk menyucikan enam puluh ribu putra Raja Sagara. 

Bertahun-tahun kemudian, seorang keturunan Raja Sagara bernama Bhagiratha bersumpah untuk melakukan penebusan dosa yang intens untuk menurunkan Gangga dari surga untuk menyucikan abu leluhurnya, sehingga menghapus dosa-dosa mereka dan membebaskan jiwa mereka. 

Setelah banyak penebusan dosa, Brahma menyetujui keinginan Bhagiratha dan memerintahkan Gangga mengalir turun ke bumi.

Namun, Gangga penuh dengan Shakti, dia mulai turun, dia menyapu semua yang menghalangi jalannya. 

Bhagiratha berdoa kepada Dewa Siwa untuk menghentikan Gangga melakukan hal tersebut, karena hanya dialah satu-satunya yang cukup kuat untuk menghentikan alirannya. 

Jadi, saat Gangga jatuh dari surga, dia tersangkut di rambut Siwa. Gangga disucikan melalui sentuhan Siwa dan dilepaskan dalam aliran tenang dari rambutnya untuk mengalir baik di bumi maupun di dunia bawah, untuk menyucikan dan melepaskan tidak hanya nenek moyang Bhagiratha tetapi seluruh penghuni bumi.

Devi Gangga yang turun dari surga kemudian mengalir melalui ikatan rambut dewa Siva, menjadi semakin suci karena telah bersentuhan langsung dengan dewa Siva. 

Sampai sekarangpun Gangga adalah sungai paling suci di dalam Hindu sesuai dengan apa yang tertulis dalam Veda dan berbagai purana suci lainya. 

Gangga melambangkan kesejukan, kemurnian hati, pengampunan, kasih saying dan kesucian. Gangga memperkaya kehidupan spiritual bagi jutaan pemeluk agama Hindu yang meyakini dan memuja Gangga sebagai salah satu perwujudan dewata. 

Diyakini Gangga turun kedunia untuk menghapuskan segala dosa – dosa manusia sehingga manusia dapat mencapai pembebasan yang abadi atau moksha.

Gangga adalah sungai tersuci di dalam ajaran agama Hindu. Aliran sungai Gangga sangat terkenal di India dan dunia, dan Ia dipuja sebagai seorang dewi, yaitu Dewi Gangga. 

Aliran air sungai Gangga diyakini turun dari surga untuk menghapuskan segala dosa – dosa dan menyucikan umat manusia. Menurut berbagai purana Hindu, hanya dengan melihat, dengan nama, dan sentuhan dari sungai Gangga akan mampu menyucikan dan menghapuskan segala dosa, dan mampu menganugrahkan manusia tujuan yang utama yaitu moksha. 

Oleh karena itulah para umat Hindu di India, akan menyimpan air dari sungai Gangga di rumah mereka, dengan tujuan jika ada sanak saudara yang akan menjelang ajal akan diberikan air ini, tentu tujuanya adalah agar jika orang yang meninggal itu mendapatkan penghapusan dosa dan penyucian dari dewi Gangga.

Demikian juga di Bali, dalam berbagai upacara keagamaan, akan diawali dengan ritual penyucian baik untuk penyucian diri sendiri ataupun segala material dan perlengkapan upacara dengan jalan memercikan air yang sudah didoakan atau tirtha. 

Saat upacara perabuan jenasah, sebelum jenazah dibakar, maka akan diberikan berbagai air suci yang didapatkan dari berbagai pura yang ada di daerah tempat tinggalnya, serta air suci yang telah dimohonkan oleh para sulinggih atau pendeta Hindu. Air suci tersebut tiada lain adalah perwujudan dari airl Gangga yang menganugrahkan penghapusan dosa, penyucian dan moksa.

Sebenarnya ada banyak sekali mantra – mantra, sloka ataupun stawa, yang ditujukan sebagai puja dan puji kepada Gangga. Dan hampir dalam setiap mantra dan sloka tersebut diungkapkan berbagai kedasyatan dan kesucian air dari Gangga. Gangga adalah penghancur segala dosa, penderitaan, dan yang menganugerahkan segala kebaikan. 

Selain itu, Gangga juga berperan dalam Itiahasa Ramayana, Dewa Rama dan istrinya Sita melakukan tapasya di sepanjang tepi sungai. 

Dalam Mahabharata, Gangga melahirkan Devavrata, yang kemudian dikenal sebagai Bisma, pembimbing klan Kuru dan Pandawa. Kemudian dalam epik tersebut, Bisma menceritakan kepada Yudhisthara tentang kehebatan Gangga dan kemampuannya untuk menyucikan salah satu dari segala dosa. Dalam Bhagavad Gita 10.31, Sri Krishna menyatakan ketika memberikan pengetahuan spiritual tertinggi kepada Arjuna:

“Di antara para pemurni aku adalah angin, di antara para pemegang senjata aku adalah Rama, di antara ikan-ikan aku adalah hiu, dan di sungai-sungai yang mengalir aku adalah Gangga.”

Dewi Gangga merupakan ibu asuh Dewa Kartikeya (Murugan), yang sebenarnya merupakan putera Siwa dan Parwati. Ia juga merupakan ibu Dewabrata (juga dikenal sebagai Bisma), yang merupakan salah satu tokoh yang paling dihormati dalam Mahabharata.

Diyakini air sungai Gangga akan mengering pada akhir Kaliyuga (zaman kegelapan, zaman sekarang) bersama dengan sungai Saraswati, dan masa sekarang akan segera berakhir. Kemudian (siklus) zaman selanjutnya adalah Satyayuga atau zaman kebenaran. (GAB/001)
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : BPS Rilis Penurunan Desa Tertinggal

Terpopuler

Jusuf Kalla Minta Mahasiswa Jangan Berpikir Kerja di Pemerintahan

Jusuf Kalla Minta Mahasiswa Jangan Berpikir Kerja di Pemerintahan

Elit Menari di Atas Tubuh Rakyat; Pertunjukan Duka Demokrasi

Elit Menari di Atas Tubuh Rakyat; Pertunjukan Duka Demokrasi

Undangan

Undangan

Bali Banjir, Presiden Prabowo Sampaikan Duka Cita, Instruksikan Kepala BNPB Bertindak Cepat

Bali Banjir, Presiden Prabowo Sampaikan Duka Cita, Instruksikan Kepala BNPB Bertindak Cepat

Banjir, Ketika Tukad Meluap, Kepedulian Mengalir: Bali Mulai Pulih

Banjir, Ketika Tukad Meluap, Kepedulian Mengalir: Bali Mulai Pulih

Jaksa Agung Kaget Minimnya Perkara Korupsi yang Ditangani Kejati Bali

Jaksa Agung Kaget Minimnya Perkara Korupsi yang Ditangani Kejati Bali