Diskusi Tokoh Bali: Mencari Gubernur Bali 2024 Pasca 14 Februari
Admin - atnews
2024-02-13
Bagikan :
Slider 1
Denpasar (Atnews) - Anggota DPD RI Dapil Bali Made Mangku Pastika bersama tokoh-tokoh masyarakat Pulau Dewata menggelar diskusi mencari pemimpin Bali yang baru pada Pilkada 2024.
Oleh karena, pasca 14 Februari 2024 yang memilih Capres/Cawapres, DPR, DPD RI, DPRD Provinsi/Kabupaten. Selanjutnya akan memilih kepala daerah baik Gubernur Bali, Bupati/Walikota se-Bali pada beberapa bulan mendatang.
"Waktunya cukup singkat, pendaftaran segera dimulai. Maka kita dari pihak nonpartisan juga ikut ambil andil menentukan syarat-syarat pemimpin Bali (Gubernur Bali-red) serta tokoh-tokoh yang layak baik di Bali maupun di laur daerah," ujar Mangku Pastika.
Hal itu disampaikan ketika dalam rangka menyerap aspirasi yang bertemakan "Bincang-bincang Santai" di Denpasar, Selasa (13/2).
Acara itu dihadiri Pendiri dan Pengasuh Ashram Gandhi Puri Ida Rsi Putra Manuaba yang juga Peraih Padma Shri Award 2020, Budayawan Putu Suasta yang juga Pengamat Politik Nasional, Ketua Umum KADIN Bali Made Ariandi, Ketua NCPI Bali Agus Maha Usadha, Ketua Prajaniti Bali dr Wayan Sayoga, Sekretaris DPD Prajaniti Bali I Made Dwija Suastana serta Kalangan Akademisi Dr Ketut Donder.
Mangku Pastika didampingi Ketut Ngastawa, Nyoman Baskara dan Nyoman Wiratmaja mengaku menentukan pemimpin itu sangat penting karena akan mempengaruhi kebijakan publik, khususnya di Bali dalam lima tahun ke depan.
Menurutnya, tantangan Bali semakin kompleks di tengah memanasnya geopolitik, digitalisasi dan era milineal.
Sulit menentukan atau prediksi kebijakan kalau lebih dari 5 tahun, apalagi 10 tahun atau 100 tahun di tengah perubahan yang begitu cepat.
Untuk itu, diperlukan pemimpin yang menjawab tantangan tersebut dengan cepat tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur budaya Bali yang adi luhung.
Pemimpin Bali juga sangat ditentukan oleh kemenangan Capres/Cawapres yang akan dipilih pada tanggal 14 Februari 2024.
Bali sebagai pintu gerbang Indonesia diharapkan ada pemimpin yang mampu berkomunikasi secara internasional atau cakap berbahasa asing.
Selain memiliki 3N yakni nalar, nurani dan nyali. Sekaligus mempunyai 3O yakni otak, otot dan ongkos.
Sementara itu, Ketua Prajaniti Bali dr Wayan Sayoga menambahkan, pemimpin Bali juga memiliki kriteria 3K yakni kemampuan, kemauan dan kebranian.
Menurutnya, Bali merindukan sosok pemimpin yang mengayomi masyarakat serta tegas menegakkan aturan.
Hal itu ditegaskan pula oleh Putu Suasta yang juga Alumni UGM dan Cornell University meminta Calon Gubernur Bali yang akan datang berani melakukan tanda tangan pakta integritas.
Mereka harus bisa menyelesaikan persoalan masalah Bali baik kemacetan, sampah, banjir, ancaman krisis air, lingkungan danau yang rusak, sungai, ekonomi, pertanian hingga pariwisata.
Ditegaskan, Bali bukan hanya milik politisi saja, namun kini politik transaksional juga merambah kalangan masyarakat itu sendiri.
"Sekarang, bukan hanya politisi yang pintar, tetapi juga masyarakatnya semakin pintar," ujar Suasta.
Bahkan, sering sekali masyarakat, jika tidak diberikan imbalan berupa dana, politisi yang datang melakukan Simakrama akan diacuhkan begitu saja, karena masyarakat sendiri juga membuat namanya politik transaksional.
Untuk itu, netizen atau kelompok sipil harus diperkuat. Setiap saat netizen menanyakan pakta integritas yang sudah mereka sepakati. Termasuk kontrol media dan kebebasan pers semakin diperkuat.
Pihaknya merasa sudah 40 tahun lebih bergelut di bidang sosial dan politik, berharap pemilihan pemimpin Bali agar dikawal sampai akhir. "Bila perlu impor atau datangkan dari daerah lain yang cocok memimpin Bali," tgeasnya.
Ida Rsi Putra Manuaba dan Ketut Donder sepakat agar para pemimpin memahami nilai-nilai luhur budaya dan spiritual untuk membangun masyarakat yang harmonis.
Bagi Donder, perubahan selalu kekal apalagi memasuki zaman kali. Diharapkan pemimpin Bali memiliki kemampuan ekonomi yang cukup.
Upaya itu agar mereka memimpin Bali tidak melakukan korupsi atau menipu masyarakat. Apalagi memecah belah masyarakat hanya demi kekuasaan.
Maka dari itu, dalam mewujudkan kejayaan dan Bali lebih baik memang diperlukan sosok Krsna dan Arjuna sesuai Sloka 18.78 Bhagavadgita. "Bali perlu pemimpin yang mencerminkan sosok satyam, sivam dan sundaram," ujarnya.
Sedangkan Ketum KADIN Bali Ariandi mengharapkan pemimpin Bali agar paham tentang ekonomi sehingga masyarakat sejahtera.
Selain itu, mereka juga memahami ekonomi pariwisata Bali. Dikarenakan Bali bertumpu pada sektor pariwisata sebesar 56 persen. "Bali sebagai magnet Indonesia," ujarnya.
Begitu juga Ketua NCPI Bali Agus Maha Usadha berharap Pulau Dewata tetap mempertahankan sektor pariwisata. Dinilai sektor pariwisata mampu sebagai penghubung sektor lainnya.
Tokoh-tokoh yang hadir mengaku akan bertemu kembali untuk mematangkan kriteria dan nama - nama Calon Gubernur Bali termasuk Bupati/Walikota se-Bali. (Gab/ART/001)