Karangasem (Atnews) - Mengakui pentingnya integrasi kearifan lokal dalam pengembangan pariwisata, Program Studi Seni Kuliner Politeknik Pariwisata Bali telah memulai sebuah inisiatif pengabdian kepada masyarakat yang strategis di Desa Bugbug, Kabupaten Karangasem.
Dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya alam berupa hasil laut yang melimpah, program ini dirancang untuk mengangkat potensi gastronomi lokal sebagai magnet pariwisata yang kuat.
Pelatihan ini dijadwalkan berlangsung pada 16-17 Mei 2024, menandai fase awal dari komitmen jangka panjang untuk mengembangkan kemampuan kuliner masyarakat setempat dan meningkatkan daya tarik Desa Bugbug sebagai destinasi kuliner unggulan.
Ketua Pelaksana Kegiatan, I Nyoman Sunada, SE., M.Par, menyoroti bahwa inisiatif ini adalah bagian dari kewajiban institusi pendidikan tinggi dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat.
Pengabdian ini bertujuan untuk memfasilitasi transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan fokus pada pemanfaatan sumber daya lokal untuk kemajuan sosial dan ekonomi.
I Made Rumadana, SE., M.Par, selaku Ketua Jurusan Hospitaliti, membuka resmi kegiatan dengan menekankan dukungan penuh fakultas terhadap program ini. Beliau berharap bahwa pelatihan ini akan menginspirasi lebih banyak inisiatif serupa yang dapat membantu Desa Bugbug mencapai visi menjadi pusat kuliner berbasis hasil laut.
Dengan total peserta mencapai 30 orang, termasuk pelaku usaha pariwisata dan perintis usaha makanan lokal, pelatihan ini menyajikan kurikulum yang komprehensif. Hari pertama difokuskan pada Hygiene dan Sanitasi, diikuti oleh sesi praktik mempersiapkan set menu hasil laut yang diajarkan oleh tim dosen Prodi Seni Kuliner.
Seluruh sesi dirancang untuk tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis tetapi juga untuk mendorong kreativitas dalam mengembangkan menu baru yang dapat memikat selera wisatawan.
I Putu Jenana Sukandarista selaku Kepala Badan Pengembangan Pariwisata Desa Adat Bugbug, menambahkan bahwa kegiatan ini sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Ia mengharapkan bahwa pelatihan ini bukan hanya satu kali event tetapi akan menjadi rangkaian kegiatan berkelanjutan yang dapat memperkuat jaringan antara pelaku pariwisata lokal dan pemberdayaan masyarakat.
Di samping memperkuat kapasitas individu, program ini diharapkan mampu membangun kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dan konservasi sumber daya alam melalui praktik kuliner yang bertanggung jawab.
Lebih jauh, Poltekpar Bali berambisi untuk menjadikan Desa Bugbug sebagai model pengembangan pariwisata kuliner berbasis komunitas yang dapat direplikasi di wilayah lain di Indonesia. Melalui kolaborasi ini, diharapkan tercipta sinergi yang berkelanjutan antara kebijakan pariwisata, pengembangan komunitas, dan pelestarian tradisi kuliner lokal. (Z/ART/001)