Denpasar (Atnews) - Pertunjukan joged bumbung dimana-mana tetap saja menarik perhatian masyarakat. Seperti halnya pementasan Joged Bumbung Tradisi, yang menyemarakkan arena Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-46 tahun 2024 ini.
Utsawa (Parade) Joged Bumbung Tradisi, Komunitas Seni Nyenit Nyenir Banjar Sulangai , Kecamatan Petang, Duta Kabupaten Badung yang unjuk kebolehan di Kalangan (Panggung-red) Madya Mandala Taman Budaya Bali, dijejali masyarakat penonton lelaki perempuan tua muda berdesak-desakan menyaksikan lemah gemulai para penari yang terkadang menampakkan gerakan yang enerjik sesuai atau mengikuti irama gambelan.
Dalam hal ini perlu dicatat, bahwasanya seorang penari joged tidak mesti melakukan gerakan atau goyangan erotis yg cenderung jorok tanpa memperhatikan unsur estetika dan etika yang sejatinya sangat menjadi perhatian para seniman Bali secara turun tenurun. Seniman Bali pada prinsipnya, apa yang dipersembahkannya adalah bagian dari yadnya. Hampir seluruh garapan seni dimasa lalu Proses kreatifitasnya-pun sangat panjang. Tari joged bumbung merupakan bagian dari produk kreatifitas seni masa lalu. Tentu saja proses kratifitasnya juga panjang, sampai menghasilkan sebuah produk garapan seni pertunjukan fenomenal yang kita kenal sebagai tari pergaulan "Joged Bumbung".
Karenanya sangat disayangkan jikalau hasil karya seni adi luhung bidang pertunjukan ini harus dirusak dengan gerakan yang cenderung mengundang nafsu birahi mengabaikan segi etika dan estetika, hanya dimaksudkan untuk menarik minat penonton. Buktinya para penari joged di arena Pesta Kesenian Bali (PKB) duta Kabupaten Badung ini sangat mempesona para pengunjung arena PKB. Belakangan memang cenderung muncul fenomena pengibing dari kaum wanita, seperti juga terlihat para pengibing wanita saat Komunitas Seni Nyenit Nyenir Banjar Sulangai, Kecamatan Petang, Duta Kabupaten Badung unjuk kebolehan di Kalangan Madya Mandala Taman Budaya. Namun hal ini rupanya tidak masalah; meskipun nampak agak kurang menarik; sebagaiman halnya kita menyaksikan pengibing lelaki yang melakukan ibing-ibingan dengan berbagai gerak dan ekspresi yang kadang mengundang gelak tawa penonton.
Yang pasti, pentas Joged Bumbung Tradisi tanpa harus disertai gerakan erotis tetap mengundang minat masysrakat untuk menyaksikan. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Remiati asal datah Kabupaten Karangasem. Ibu 4 (empat) putra dengan 5 (lima) cucu ini kepada Atnews disela-sela pertunjukan menyampaikan sangat terkesan dengan penampilan joged bumbung duta Kabupaten Badung tersebut. Ia yang sudah 30-an tahun merantau di Denpasar mengaku sudah beberapa kali berkunjung ke arena PKB. Hal yang sama juga disampaikan oleh seorang bapak yang mengaku datang langsung dari Desa Kamasan Klungkung (tanpa mau menyebut nama-red), bapak yang juga mengajak dua orang putra itu mengatakan.memang mencintai dunua seni. Semoga dengan sajian joged bumbung pada setiap tahun penyelenggaraan pesta seni akbar pulau dewata Bali, sedikit demi sedikit pada akhirnya akan bisa meniadakan tampilan joged bumbung "Jaruh" yang merusak citra Bali. Swaha. (IBM).