Banner Bawah

ARMA Ubud, Yayasan Walter Spies akan Terima penghargaan Kerthi Buwana Sandi Nugraha dari Pemprov Bali

Admin - atnews

2024-12-04
Bagikan :
Dokumentasi dari - ARMA Ubud, Yayasan Walter Spies akan Terima penghargaan Kerthi Buwana Sandi Nugraha dari Pemprov Bali

Gianyar (Atnews) - Yayasan Walter Spies yang berpusat di Museum ARMA Kecamatan Ubud, Gianyar akan menerima penghargaan Kerthi Buwana Sandi Nugraha dari Pemerintah Provinsi Bali.

Penghargaan Kerthi Buwana Sandi Nugraha kepada lembaga atau yayasan yang berperan besar dalam menjaga dan mengembangkan kesenian Bali.

Selain Yayasan Walter Spies, ada puls Yayasan Dwijendra dan Museum Bali (Le Mayeur).

Untuk itu, verifikasi dari tim Bali Kerthi Buwana Sandhi Nugraha terdiri dari Prof Dr Made Bandem, Prof Dr I Wayan Dibia, dan I Gde Nala Antara mengunjungi Yayasan Walter Spies di Museum ARMA, Ubud, Selasa (3/12). 

Prof Bandem mengatakan, Tim Disbud Bali melakukan verifikasi serangkaian pemberian penghargaan Kerthi Buwana Sandi Nugraha kepada tokoh besar yang berjasa mengembangkan kebudayaan Bali. 

Dipilihnya Yayasan Walter Spies yang mengoleksi karya asli Walter Spies satu satunya di Bali (1933) ada di Museum ARMA. 

Oleh karena, Walter Spies sejak tahun 1930-an hingga 1940-an telah berpartisipasi besar mengembangkan dan memperkenalkan Kebudayaan Bali ke kancah dunia.

Walter Spies seorang pelukis, perupa, dan juga pemusik Jerman-Indonesia. Bahkan dikenal sebagai tokoh di belakang modernisasi seni di Jawa dan Bali. 

Spies lahir sebagai anak seorang peniaga kaya Jerman yang telah lama menetap di Moskow, Rusia. Semenjak muda ia telah menggemari seni musik, seni lukis, dan seni rupa. Ia mengenal Rachmaninoff dan mengagumi Gauguin. 

Pada tahun 1923 ia datang ke Jawa dan menetap pertama kali di Yogyakarta. Walter Spies dipekerjakan oleh sultan Yogya sebagai pianis istana dan diminta membantu kegiatan seni keraton. 

Spies-lah yang pertama kali memperkenalkan notasi angka bagi gamelan di keraton Yogyakarta. Notasi ini kemudian dikembangkan di kraton-kraton lain dan digunakan hingga sekarang.

Setelah kontraknya selesai, ia lalu pindah ke Ubud, Bali, pada tahun 1927. Di sinilah ia menemukan tempat impiannya dan menetap hingga menjelang kematiannya. Di bawah perlindungan raja Ubud masa itu, Cokorda Gede Agung Sukawati, Walter Spies banyak berkenalan dengan seniman lokal dan sangat terpengaruh oleh estetika seni Bali. 

Ia mengembangkan apa yang dikenal sebagai gaya lukisan Bali yang bercorak dekoratif. Dalam seni tari ia juga bekerja sama dengan seniman setempat, Limbak, memoles sendratari yang sekarang sangat populer di Bali, Kecak.

Selain itu, Walter Spies ikut bersama Tjokorda Gde Agung Sukawati, I Gusti Nyoman Lempad,  dan Rudolf Bonet. mendirikan Pita Maha, perkumpulan pelukis Bali pada tanggal 29 Januari 1936. 

Perkumpulan itu menimbulkan gaya dan gerakan seni lukis Bali yang berbeda. Gerakan ini bermula di desa Ubud, dan kemudian menyebar ke daerah lainnya di Bali. 

Seni lukis ini berakar dari seni lukis klasik tradisional Bali, tetapi kemudian mendapatkan sentuhan seni lukis Barat, sehingga memiliki corak dan gaya tersendiri.

Prof Bandem juga menceritakan kepedulian Walter Spies terhadap hewan-hewan seperti kupu-kupu, termasuk cinta lingkungan. Kecintaan itu yang kemungkinan membuat Walter Spies nyaman tinggal di Ubud.

 “Penghargaan ini bermula sejak setahun yang lalu, di mana saat itu Pj Gubernur Bali berkunjung ke Ubud dan bertanya kepada sejumlah tokoh di Ubud siapa tokoh luar negeri yang ikut berjasa mengembangkan kesenian Bali. Nah kami kebetulan ada di Ubud, salah satunya tokoh Walter Spies,” ujar Prof Bandem.

Bahkan kalau bicara kecak, Walter Spies ini selalu orangnya yang tampil mengagungkan mementaskan kecak untuk kepentingan wisatawan. Walter Spies mengusulkan sangat besar ketika membuat film Insel Del Damonem atau Bali Pulau Hantu tahun 1931 dan diluncurkan tahun 1933.

Film yang digarap Walter Spies bercerita tentang kesenian Bali di antaranya tarian Kecak dan tari sakral Sanghyang. Ketika tahun 1925, Walter Spies pertama kali berkunjung ke Ubud. Dia disuguhkan tarian Sanghyang diiringi tarian Kecak. 

Ketika membuat film telah memisahkan antara yang sakral dan profan, ide ini sangat cemerlang tidak mau kesenian Bali didesakralisasikan, di mana tari Sanghyang dan tari Kecak tidak lagi disajikan bersama-sama. Sejak itu mulai tari Kecak disajikan tersendiri untuk wisatawan

Selain itu, Walter Spies seorang pelukis yang banyak memberikan masukan kepada pelukis tradisional di Ubud. Terutama perspektif, memperkenalkan kanvas, warna, teknik, media, seperti gaya Barat. 

Sedangkan Prof Bandem mengatakan, secara ketokohan Walter Spies pernah diberikan Anugerah Dharma Kusuma, namun karena kehilangan data akhirnya tidak jadi.

Maka dari itu, pihaknya juga berharap nama tokoh-tokoh besar yang menjadi pahlawan buat Bali bisa diabadikan namanya melalui memberikan pada nama jalan.

Diharapkan di Gianyar ada jalan "Walter Spies" dan Sanur Denpasar ada nama jalan "Le Mayeur".

Sementara itu, Pendiri Museum Arma, Anak Agung Gde Rai yang juga Ketua Yayasan Waltet Spies di Bali menyatakan Museum Arma memiliki koleksi satu-satunya karya Walter Spies di Bali. 

Karya lukisan berjudul Calonarang. Saat Walter Spies melukis dia mendemontrasikan lukisannya di depan pelukis Ubud. 

Gung Rai merasa beruntung bisa mengkoleksi lukisan Walter Spies. Mengingat Walter Spies biasanya menghasilkan satu lukisan dalam satu tahun. 

“Dia mempertemukan lukisan gaya barat, disaksikan oleh seniman seperti AA Sobrat, pak Mregeg, seniman Padangtegal diundang. Karya Walter Spies sangat langka, sangat sedikit, karena dia melukis satu karya saja dalam satu tahun,” ujar Gung Rai. 

Selain itu, Walter Spies juga memperkenalkan ekonomi kreatif dalam bidang seni. Dikarenakan Walter Spies memiliki peran besar dalam kebudayaan Bali sebagai promotor atau promosi kepada dunia.

Sepatutnya ada nama jalan bernama Walter Spies. Begitu juga tokoh-tokoh lainnya seperti Rodolf Bonnet, Arie Smith maupun dari Ubud yakni I Gusti Nyoman Lempad.

Untuk itu, Agung Rai pun mengusulkan agar nama-nama tersebut diabadikan dalam bentuk nama-nama jalan raya di daerah Ubud.

Hal itu sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya. Sekaligus diyakini akan menjadi promosi internasional.

Cita-cita itu terus diungkapkan Gung Rai kepada banyak pihak, termasuk ketika menerima kunjungan Made Mangku Pastika, Anggota DPD RI Dapil Bali 2019-2024 yang juga Gubernur Bali dua periode 2008-2018. (GAB/ART/001)
            

Baca Artikel Menarik Lainnya : Tangani Kekerasan Perempuan dan Anak Lewat Program Puspaga Shanti

Terpopuler

Mahābhārata dan Ramayana sebagai Spiritualitas Pembebasan

Mahābhārata dan Ramayana sebagai Spiritualitas Pembebasan

Pardana Menteri Bharat Narendra Modi tiba di Indonesia

Pardana Menteri Bharat Narendra Modi tiba di Indonesia

CARA MUDAH LANGGANAN BERITA @atnewsofficial

CARA MUDAH LANGGANAN BERITA @atnewsofficial

Mendagri Tito Lantik Sang Made Mahendra Jaya sebagai Penjabat Gubernur Bali

Mendagri Tito Lantik Sang Made Mahendra Jaya sebagai Penjabat Gubernur Bali

Presiden Jokowi di Hadapan Warga Bali: Sambut Pesta Demokrasi dengan Cara Beradab

Presiden Jokowi di Hadapan Warga Bali: Sambut Pesta Demokrasi dengan Cara Beradab

Gubernur Ingatkan Generasi Milenial Untuk Berkendara dengan Aman

Gubernur Ingatkan Generasi Milenial Untuk Berkendara dengan Aman