Banner Bawah

Peradaban Hindu, Sungai Gangga dan Spiritualisme

Admin - atnews

2025-02-09
Bagikan :
Dokumentasi dari - Peradaban Hindu, Sungai Gangga dan Spiritualisme
Pengelana Global Putu Suasta (ist/Atnews)

India (Atnews) - Pengelana Global Putu Suasta, Alumni UGM dan Cornell University kembali menyusuri Sungai Gangga pada momen bersejarah Maha Kumbh Mela 2025 di Prayagraj India.

Selain Tirta Yatra ke Triveni Sangam di Prayagraj, Pengelana Suasta juga berkunjung ke Kurukshetra, Varanasi, Banaras Hindu University (BHU), Ram Temple Ayodhya, Swaminarayan Akshardham New Delhi, Lotus Temple New Dehli.

Para peziarah Tirta Yatra selama 12 hari, berangkat dari Bali tanggal 23 Januari bersama Pemerhati Kehidupan Dr Sayoga  Ketua DPD Prajaniti Bali, Dirut Pak Oles Tockcer Dr Gede Ngurah Wididana, Komang Dyah Setuti, dr. Putu Laksmi Anggari Putri Duarsa, Sp.KK, Dr Yoga dan Nyoman Ratna Widiasmini.

Putu Suasta menceritakan keagungan kesucian Sungai Gangga, dipuja dan disucikan penganut Hindu (Sanatana Dharma) di seluruh Dunia. Ia sudah 6 kali mengunjungi  menjelajahi India.mengunjungi tempat-tempat suci umat Hindu (Sanatana Dharma) dalam kurun waktu tiga dekade lebih. 

Bahkan pernah tinggal di tempat-tempat suci bagi umat Hindu yakni Punjab, Varanasi ,Rsikesh,Sarnath, Agra Jaipur. Tinggal paling lama di Varanasi, atau  Benares,  atau Kashi atau Kasi, adalah kota suci penganut Hindu di tepi Sungai Gangga yang terletak di negara bagian Uttar Pradesh di India bagian utara. 

Varanasi, bagi umat Hindu, adalah seperti Mekkah bagi umat Muslim atau Vatikan bagi umat Katolik. Untuk mengembangkan wawasan spiritual dan memahami kebudayaan India, Ketika berada di India, Putu Suasta banyak berkomunikasi dengan spiritualis dan Para Sadhu.

Begitu juga waktu penjelajahan kultural di Angkor Wat di Siem Reap Kamboja komplek Candi Hindu yang luasnya 100 km persegi yang di bangun 1000 tahun yang lalu, juga sempat mengunjungi Batu Caves Temple Hindu Malaysia beberapa waktu lalu. 

Putu Suasta merasa bersyukur sudah mendapat kesempatan melakukan puja meditasi (dharsan) kepada Dewa Murugan dan tukar pikiran dengan pengempon komunitasnya beberapa waktu lalu di Selangor Malaysia. 

Dewa Murugan sebagai Dewa Hindu yang terkenal di kalangan bangsa Tamil di negara bagian Tamil Nadu di India, dan Sri Lanka. Dewa ini juga dikenal dengan berbagai nama, seperti Kartikeya, Kumara, Shanmukha, Skanda, hingga Subramaniam.

Bahkan beberapa saat yang lalu, sudah diresmikan Maha Kumbabhishegam Shri Sanathana Dharma Aalayam (SSDA) atau Murugan Temple di Jakarta, Minggu (2/2/2025).

Menariknya lagi, Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi memberikan apresiasi peresmian tersebut. Acara itu mengundang Presiden Prabowo Subianto yang diwakili Utusan Presiden Hashim Djojohadikusumo, Menteri Agama Nasaruddin Umar, Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Ketua Dewan Pengentasan Kemiskinan Budiman Sudjatmiko, hingga pimpinan Komisi VII DPR RI Rahayu Saraswati, Duta Besar India untuk Indonesia, Sandeep Chakravorty, Dirjen Bimas Hindu Prof. Dr Drs. I Nengah Duija, Ketua PHDI Wisnu Bawa Tenaya dan Dewan Pembina Yayasan SSDA, AS Kobalen.

Biasanya Varanasi, Haridwar, Gangotri, Prayagraj (Allahabad), dan Rishikesh merupakan destinasi utama yang memiliki makna spiritualitas keagamaan yang besar bagi umat Hindu. 

Prayagraj dan Haridwar terkenal sebagai tempat penyelenggaraan Kumbh Mela, sebuah pekan raya keagamaan yang megah, dan Haridwar dipuja sebagai "Gerbang Menuju Surga." Kota-kota indah yang terletak di tepi Sungai Gangga ini dikunjungi oleh banyak penggemar perjalanan. 
            
Suasta kembali menjelaskan, Sungai Gangga mengalir 2.525 kilometer dari hulu Pegunungan Himalaya, dikunjungi jutaan umat dari seluruh dunia. Panjang Sungai Gangga yang paling diterima secara luas adalah 1.569 mil (2.525 km), dan daerah aliran sungainya diperkirakan sekitar 416.990 mil persegi (1.080.000 km persegi).

Sungai Gangga dipuja oleh seluruh umat Hindu yang mempersembahkan makanan dan bunga ke sungai sebagai sakramen. 

Selama festival besar Maha Kumbh Mela, jutaan umat Hindu dari seluruh posok India dan dunia melakukan perjalanan ke sungai untuk membenamkan diri di air untuk membersihkan jiwa dan raga mereka. Sungai Gangga merupakan simbul kesakralan, mistis, dan simbol kesucian yang diyakini memberikan perlindungan spiritual bagi roh dan jiwa orang yang meninggal. 

Banyak kuil kremasi terletak di tepi Sungai Gangga, dan umat Hindu membuang abu orang meninggal ke sungai untuk memberi makna memastikan jiwa memiliki jalan tepat dan penuh berkah  menuju ke surga. Perairan Sungai Gangga diyakini menjadi jalur menuju Dunia para Leluhur (Pitriloka).

Air suci Gangga sangat luar biasa hebat. Persepsi publik penganut Hindu, dengan setetes air Gangga bila dicampur dengan air biasa maka air biasa tersebut menjadi air Gangga dengan segala kekuatan dan kesucianya. 

Bahkan hasil penelitian dari para peneliti menemukan dan membuktikan bahwa air Gangga yang murni walaupun disimpan untuk jangka waktu yang lama akan tetap terjaga kemurnianya.

Selama mengujungi daerah suci itu, apalagi ketika momen Aarati Gangga Puja terasa menyentuh hati sanubari dan membekas sepanjang waktu.

Putu Suasta menjelaskan, Sungai Gangga mengalir sepanjang 2525 kilometer ,mengalir dari Pegunungan Himalaya ke Teluk Benggala di utara India dan Bangladesh.

Hulu Sungai Gangga dimulai dari pegunungan Himalaya  berada di ketinggian 3.892 meter berasal dari Gletser Gangotri di negara bagian Uttarakhand, India.

Gletser berada di ketinggian 12.769 kaki (3.892 m). Sungai Gangga dimulai lebih jauh ke hilir tempat pertemuan sungai Bhagirathi dan Alaknanda. Saat Sungai Gangga mengalir keluar dari Himalaya, terbentuklah ngarai yang sempit dan terjal.

Sungai Gangga dimulai dari pertemuan Bhagirathi dan Sungai Alaknanda dan merupakan bagian dari lembah sungai yang lebih besar yang menghubungkan dengan sungai Brahmaputra dan Meghna. 

Anak-anak sungai Gangga (aliran air tawar yang mengalir ke Sungai Gangga) meliputi sumber air dari Bangladesh, Nepal, dan Tibet. 

Musim hujan tahunan, yang berlangsung dari bulan Maret hingga Mei, juga memasok air segar ke sungai. Begitu sungai mencapai Teluk Benggala, terbentuklah Delta Gangga, delta sungai terbesar di dunia dan wilayah yang sangat subur untuk pertumbuhan tanaman. 

Sedimen delta sungai mengandung sisa - sisa vegetasi hutan, tanah liat, lignit , dan lapisan gambut yang menyuburkan tanah di sekitarnya.

Pegunungan Himalaya juga merupakan rumah bagi Gunung Everest, gunung tertinggi di dunia. Dewi Gangga sering digambarkan mengendarai Makra (makhluk hibrida berkepala buaya dan berekor lumba-lumba).

Ketika Sungai Gangga mengalir lebih jauh ke hilir, ia berubah arah beberapa kali dan bergabung dengan banyak sungai anak sungai lainnya.

Sungai-sungai utama yang mengalir ke Sungai Gangga adalah: Ramganga, Gomti, Ghaghara, Gandaki, Burhi Gandak, Koshi, Mahananda, Tamsa, Yamuna, Son, dan Punpun.

Ada juga beberapa kota besar dan kecil yang dilalui Sungai Gangga dalam perjalanan ke hilir. Beberapa di antaranya adalah Chunar, Kolkata, Mirzapur, dan Varanasi. Banyak umat Hindu mengunjungi Sungai Gangga di Varanasi karena kota itu dianggap sebagai kota tersuci. 

Oleh karena itu, budaya kota juga terkait erat dengan sungai karena merupakan sungai paling suci dalam agama Hindu.

Untuk sebagian besar alirannya, Sungai Gangga mengalir melalui wilayah India, meskipun delta besarnya di daerah Bengal, yang berbagi dengan Sungai Brahmaputra, sebagian besar terletak di Bangladesh.

Setelah Sungai Gangga mengalir keluar dari India dan masuk ke Bangladesh, cabang utamanya dikenal sebagai Sungai Padma. 

Sungai Padma bergabung ke hilir dengan sungai-sungai besar seperti sungai Jamuna dan Meghna. 

Setelah bergabung dengan Meghna, ia mengambil nama tersebut sebelum mengalir ke Teluk Benggala. Namun sebelum memasuki Teluk Benggala, sungai ini menciptakan delta terbesar di dunia, Delta Gangga. Wilayah ini merupakan wilayah sarat sedimen yang sangat subur yang luasnya mencapai 23.000 mil persegi (59.000 km persegi).

Sungai Gangga adalah sungai terbesar ketiga di dunia berdasarkan debit dan sungai terpanjang ke-34 di dunia.

Kedalaman rata-rata sungai adalah 16 meter, dan kedalaman maksimumnya 30 meter.

Mulut Sungai Gangga membentuk delta terbesar di dunia, yang dikenal sebagai Sunderbans, dan dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1997. Luasnya lebih dari 105 ribu kilometer persegi.

Sungai ini mempunyai debit air terbesar kedua di dunia, dan daerah aliran sungainya adalah yang terpadat di dunia dengan lebih dari 400 juta orang tinggal di dalamnya.

Bahkan, ada banyak tempat suci di sepanjang Sungai Gangga termasuk Gangotri, Haridwar, Allahabad, Varanasi dan Kali Ghat.

"Beberapa tempat suci itu, pernah saya tinggal disana," kata Suasta dalam percakapannya.

Menariknya lagi, umat Hindu seluruh dunia akan berkumpul dalam mengikuti acara Kumbh Mela yang merupakan ritual agama Hindu berupa mandi massal di tepi Sungai Gangga yang dirayakan di empat tempat: Haridwar, Prayag, Ujjain dan Nashik.

Selain itu, kemuliaan Gangga Devi sudah dikenal sepanjang zaman.
 
Gangga pertama kali disebutkan beberapa kali dalam Rig Veda, dianggap sebagai yang paling awal dari empat Veda (prinsip teks suci yang menjadi dasar pemikiran Veda dan Hindu)".

Dalam Rig Veda 3.58.6 dikatakan, “Rumah kunomu, persahabatanmu yang penuh keberuntungan, wahai Pahlawan, kekayaanmu ada di tepi sungai Jahnavi (nama lain Gangga).

Sungai Gangga menjadi satu-satunya sungai yang mengalir dari ketiga dunia - Surga (Swarga), Bumi (Prithvi) dan Neraka (Patala). Orang yang telah melakukan perjalanan ke ketiga dunia tersebut disebut sebagai Tripathaga dalam bahasa Sansekerta. 

Dalam Sanatana Dharma, Sungai Gangga yang suci  dipersonifikasikan sebagai Dewi Gangga. 

Pengikut agama Hindu percaya bahwa mandi di Sungai Gangga yang suci dapat membantu membersihkan semua dosa. 

Orang-orang juga percaya bahwa hanya dengan menyentuh sungai dapat membantu mencapai moksha (keselamatan) sehingga abu orang yang meninggal dibenamkan di sungai suci tersebut.

Dalam Srimad Bhagavatam menguraikan asal-usul Sungai Gangga dan bagaimana sungai itu mengalir di dalam dan di sekitar Ilāvṛta-varṣa. 

Sri Viṣṇu, penikmat segala pengorbanan, muncul sebagai Vāmanadeva di arena pengorbanan Bali Mahārāja. Kemudian, Ia menjulurkan kaki kiri-Nya ke ujung alam semesta dan melubangi penutupnya dengan kuku jempol kaki-Nya. Melalui lubang itu, air murni dari Samudra Kausal memasuki alam semesta ini sebagai Sungai Gangga. 

Setelah membasuh kaki padma Tuhan, yang ditutupi dengan bubuk kemerahan, air Sungai Gangga memperoleh warna merah muda yang sangat indah. Setiap makhluk hidup dapat segera memurnikan pikirannya dari kontaminasi material dengan menyentuh air transendental Sungai Gangga, namun airnya tetap murni. 

Karena Sungai Gangga secara langsung menyentuh kaki padma Tuhan sebelum turun ke alam semesta ini, ia dikenal sebagai Viṣṇupadī. 

Kemudian, ia menerima nama-nama lain seperti Jāhnavī dan Bhāgīrathī. Setelah seribu milenium, air Sungai Gangga turun ke Dhruvaloka, planet paling atas di alam (semesta ini. Oleh karena itu, semua orang bijak dan cendekiawan terpelajar menyatakan Dhruvaloka sebagai Viṣṇupada “berada di kaki teratai Sri Viṣṇu”

Air Sungai Gangga disebut patita-pāvanī, penyelamat semua makhluk hidup yang berdosa. 

Sudah menjadi fakta yang terbukti bahwa seseorang yang secara teratur mandi di Sungai Gangga akan disucikan baik secara lahiriah maupun batiniah. 

Secara lahiriah, tubuhnya menjadi kebal terhadap segala macam penyakit, dan secara batiniah ia secara bertahap mengembangkan sikap bakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. 

Di seluruh India, ribuan orang tinggal di tepi Sungai Gangga, dan dengan mandi secara teratur di airnya, mereka tidak diragukan lagi disucikan baik secara rohani maupun jasmani. 

Banyak orang bijak, termasuk Śaṅkarācārya, telah menyusun doa-doa untuk memuji Sungai Gangga, dan negeri India sendiri telah menjadi mulia karena sungai-sungai seperti Sungai Gangga, Yamunā, Godāvarī, Kāverī, Kṛṣṇā, dan Narmadā mengalir di sana. Siapa pun yang tinggal di tanah yang berbatasan dengan sungai-sungai ini secara alamiah memiliki kesadaran spiritual yang maju.

Dhruva Mahārāja, putra Mahārāja Uttānapāda yang terkenal, dikenal sebagai penyembah Tuhan Yang Maha Esa yang paling agung karena tekadnya yang kuat dalam melaksanakan bakti. 

Mengetahui bahwa air suci Sungai Gangga membasuh kaki padma Sri Viṣṇu, Dhruva Mahārāja, yang berada di planetnya sendiri, hingga hari ini menerima air itu di kepalanya dengan bakti yang besar. 

Karena ia terus-menerus memikirkan Tuhan dengan sangat taat di lubuk hatinya, ia diliputi oleh kecemasan yang meluap-luap. Air mata mengalir dari matanya yang setengah terbuka, dan seluruh tubuhnya melepuh.

Tujuh orang bijak agung (Marīci, Vasiṣṭha, Atri dan seterusnya) tinggal di planet-planet di bawah Dhruvaloka. Karena sangat menyadari pengaruh air Sungai Gangga, hingga hari ini mereka menyiramkan air Sungai Gangga pada jambul-jambul rambut di kepala mereka. 

Dalam sistem planet atas, planet paling atas adalah Dhruvaloka, dan di bawah Dhruvaloka terdapat tujuh planet yang ditempati oleh para resi agung, dimulai dari Marīci, Vasiṣṭha, dan Atri.

Setelah memurnikan tujuh planet di dekat Dhruvaloka (bintang kutub) air Gangga dibawa melalui jalur angkasa para dewa dalam miliaran pesawat angkasa. Kemudian air itu membanjiri bulan (Candraloka) dan akhirnya mencapai tempat tinggal Dewa Brahma di puncak Gunung Meru.

Diharapkan harus selalu ingat bahwa Sungai Gangga berasal dari Samudra Sebab, di luar cakupan alam semesta. 

Setelah air Samudra Sebab bocor melalui lubang yang dibuat oleh Dewa Vāmanadeva, air itu mengalir turun ke Dhruvaloka (bintang kutub) dan kemudian ke tujuh planet di bawah Dhruvaloka. Kemudian air itu dibawa ke bulan oleh pesawat angkasa yang tidak terhitung jumlahnya, dan kemudian jatuh ke puncak Gunung Meru, yang dikenal sebagai Sumeru-parvata. 

Dengan cara ini, air Sungai Gangga akhirnya mencapai planet-planet yang lebih rendah dan puncak-puncak Pegunungan Himalaya, dan dari sana mengalir melalui Hardwar dan ke seluruh dataran India, memurnikan seluruh daratan. 

Bagaimana air Sungai Gangga mencapai berbagai planet dari puncak alam semesta dijelaskan di sini. Pesawat angkasa membawa air dari planet-planet orang bijak ke planet-planet lain.

Di puncak Gunung Meru, Sungai Gangga terbagi menjadi empat cabang, yang masing-masing mengalir ke arah yang berbeda (timur, barat, utara, dan selatan). Cabang-cabang ini, yang dikenal dengan nama Sītā, Alakanandā, Cakṣu, dan Bhadrā, mengalir ke laut.

Cabang Sungai Gangga yang dikenal sebagai Sītā mengalir melalui Brahmapurī di puncak Gunung Meru, dan dari sana mengalir ke puncak-puncak Pegunungan Kesarācala di dekatnya, yang tingginya hampir sama dengan Gunung Meru itu sendiri. 

Pegunungan-pegunungan ini seperti seikat benang di sekitar Gunung Meru. Dari Pegunungan Kesarācala, Sungai Gangga mengalir ke puncak Gunung Gandhamādana dan kemudian mengalir ke tanah Bhadrāśva-varṣa. Akhirnya mencapai lautan air asin di sebelah barat.

Cabang Sungai Gangga yang dikenal sebagai Cakṣu mengalir ke puncak Gunung Mālyavān dan dari sana mengalir ke tanah Ketumāla-varṣa. Sungai Gangga mengalir tanpa henti melalui Ketumāla-varṣa dan dengan cara ini juga mencapai lautan air asin di sebelah barat.

Cabang Sungai Gangga yang dikenal sebagai Bhadrā mengalir dari sisi utara Gunung Meru. Airnya jatuh ke puncak Gunung Kumuda, Gunung Nīla, Gunung Śveta, dan Gunung Śṛṅgavān secara berurutan. Kemudian mengalir ke provinsi Kuru dan, setelah melintasi daratan itu, mengalir ke laut air asin di utara.

Demikian pula, cabang Sungai Gangga yang dikenal sebagai Alakanandā mengalir dari sisi selatan Brahmapurī (Brahma-sadana). Melewati puncak-puncak gunung di berbagai negeri, sungai ini jatuh dengan kekuatan dahsyat di puncak-puncak gunung Hemakūṭa dan Himakūṭa. 

Setelah membanjiri puncak-puncak gunung tersebut, Sungai Gangga jatuh ke sebidang tanah yang dikenal sebagai Bhārata-varṣa, yang juga digenanginya. 

Kemudian Sungai Gangga mengalir ke lautan air asin di selatan. Orang-orang yang datang untuk mandi di sungai ini beruntung. Tidak terlalu sulit bagi mereka untuk mencapai hasil dari setiap langkah melakukan pengorbanan besar seperti yajña Rājasūya dan Aśvamedha.

Tempat di mana Sungai Gangga mengalir ke air asin Teluk Benggala masih dikenal sebagai Gaṅgā-sāgara, atau tempat bertemunya Sungai Gangga dan Teluk Benggala. 

Pada Makara-saṅkrānti, pada bulan Januari—Februari, ribuan orang masih pergi ke sana untuk mandi, berharap untuk dibebaskan. Bahwa mereka benar-benar dapat dibebaskan dengan cara ini ditegaskan di sini. 

Bagi mereka yang mandi di Sungai Gangga kapan saja, hasil dari pengorbanan besar seperti yajña Aśvamedha dan Rājasūya sama sekali tidak sulit untuk dicapai. Sebagian besar orang di India masih cenderung mandi di Sungai Gangga, dan ada banyak tempat di mana mereka dapat melakukannya. 

Di Prayāga (Allahabad), ribuan orang berkumpul selama bulan Januari untuk mandi di pertemuan Sungai Gangga, Yamunā dan Saraswatu. 

"Saat ini sedang berlangsung Maha Kumbh Mela 2025 selama 45 hari, 13 Januari hingga 26 Februari 2025 akan dihadiri 400 juta umat dari seluruh dunia," kata Suasta.

Setelah itu, banyak dari mereka pergi ke pertemuan Teluk Benggala dan Sungai Gangga untuk mandi di sana. Oleh karena itu, merupakan fasilitas khusus bagi seluruh rakyat India untuk dapat mandi di air Sungai Gangga di banyak tempat ziarah.

Banyak sungai lain, baik besar maupun kecil, mengalir dari puncak Gunung Meru. Sungai-sungai ini bagaikan anak-anak gunung, dan mengalir ke berbagai wilayah daratan dalam ratusan cabang.

Di antara sembilan varṣa, sebidang tanah yang dikenal sebagai Bhārata-varṣa dipahami sebagai ladang kegiatan yang membuahkan hasil

Tempat-tempat surgawi yang menyenangkan dibagi menjadi tiga kelompok: planet-planet surgawi, tempat-tempat surgawi di bumi, dan tempat-tempat surgawi bila  yang ditemukan di wilayah-wilayah yang lebih rendah. Di antara ketiga kelas tempat-tempat surgawi ini ( bhauma-svarga-pada-ni ), tempat-tempat surgawi di bumi adalah delapan varṣa selain Bhārata-varṣa. 

Bidang tanah yang dikenal sebagai Bhārata-varṣa merupakan ladang kegiatan, dan delapan varṣa lainnya diperuntukkan bagi orang-orang yang dimaksudkan untuk menikmati kenyamanan surgawi. 

Di masing-masing dari delapan provinsi yang indah ini, para penghuni surga menikmati berbagai standar kenyamanan dan kesenangan material. 

Inkarnasi yang berbeda dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa membagikan karunia-Nya di masing-masing dari sembilan varṣa Jambūdvīpa.

Begitu juga Gangga Devi turun ke dunia atas tapa brata yang sangat berat yang dilakukan oleh Raja Bhagiratha maka Gangga juga dikenal dengan nama Bhagirathi.

Diceritakan seorang raja bernama Sagara yang memiliki enam puluh ribu (60.000) putra. Suatu hari, Raja Sagara memutuskan untuk melakukan upacara Ashvameda, sebuah ritual di mana seekor kuda dikirim ke seluruh negeri untuk menaklukkan dan memperoleh kerajaan baru serta membangun kedaulatan.

Namun, Dewa Indra cemburu pada Raja Sagara dan memutuskan untuk mencuri dan menyembunyikan kudanya di dunia bawah. 

Raja Sagara mengirimkan enam puluh ribu putranya untuk menemukan kuda itu dan setelah mencari di seluruh bumi, mereka menemukannya di dunia bawah di sebelah orang bijak yang bermeditasi, Kapila. 

Percaya bahwa Kapila adalah pencurinya, mereka mulai melontarkan hinaan kepada orang bijak agung tersebut, sehingga mengganggu praktiknya. 

Kapila membuka matanya – mata yang sudah bertahun-tahun tidak terbuka – dan dengan kekuatan spiritualnya membakar keenam puluh ribu putranya menjadi abu.

Setelah kematian, ada banyak ritual panjang dan rumit yang harus dilakukan bagi umat Hindu, termasuk pencelupan abu. Namun, karena enam puluh ribu anak laki-laki ini berada jauh di dunia bawah, tidak ada yang bisa melakukan upacara pemakaman mereka, jadi mereka mengembara sebagai hantu selama bertahun-tahun.

Selama beberapa generasi, keturunan Raja Sagara mencoba, namun tidak berhasil, membujuk Gangga agar datang ke Bumi untuk menyucikan enam puluh ribu putra Raja Sagara. 

Bertahun-tahun kemudian, seorang keturunan Raja Sagara bernama Bhagiratha bersumpah untuk melakukan penebusan dosa yang intens untuk menurunkan Gangga dari surga untuk menyucikan abu leluhurnya, sehingga menghapus dosa-dosa mereka dan membebaskan jiwa mereka. 

Setelah banyak penebusan dosa, Brahma menyetujui keinginan Bhagiratha dan memerintahkan Gangga mengalir turun ke bumi.

Namun, Gangga penuh dengan Shakti, dia mulai turun, dia menyapu semua yang menghalangi jalannya. 

Bhagiratha berdoa kepada Dewa Siwa untuk menghentikan Gangga melakukan hal tersebut, karena hanya dialah satu-satunya yang cukup kuat untuk menghentikan alirannya. 

Jadi, saat Gangga jatuh dari surga, dia tersangkut di rambut Siwa. Gangga disucikan melalui sentuhan Siwa dan dilepaskan dalam aliran tenang dari rambutnya untuk mengalir baik di bumi maupun di dunia bawah, untuk menyucikan dan melepaskan tidak hanya nenek moyang Bhagiratha tetapi seluruh penghuni bumi.

Devi Gangga yang turun dari surga kemudian mengalir melalui ikatan rambut dewa Siva, menjadi semakin suci karena telah bersentuhan langsung dengan dewa Siva. 

Sampai sekarangpun Gangga adalah sungai paling suci di dalam Hindu sesuai dengan apa yang tertulis dalam Veda dan berbagai purana suci lainya. 

Gangga melambangkan kesejukan, kemurnian hati, pengampunan, kasih saying dan kesucian. Gangga memperkaya kehidupan spiritual bagi jutaan pemeluk agama Hindu yang meyakini dan memuja Gangga sebagai salah satu perwujudan dewata. 

Diyakini Gangga turun kedunia untuk menghapuskan segala dosa – dosa manusia sehingga manusia dapat mencapai pembebasan yang abadi atau moksha.

Gangga adalah sungai tersuci di dalam ajaran agama Hindu. Aliran sungai Gangga sangat terkenal di India dan dunia, dan Ia dipuja sebagai seorang dewi, yaitu Dewi Gangga. 

Aliran air sungai Gangga diyakini turun dari surga untuk menghapuskan segala dosa – dosa dan menyucikan umat manusia. Menurut berbagai purana Hindu, hanya dengan melihat, dengan nama, dan sentuhan dari sungai Gangga akan mampu menyucikan dan menghapuskan segala dosa, dan mampu menganugrahkan manusia tujuan yang utama yaitu moksha. 

Oleh karena itulah para umat Hindu di India, akan menyimpan air dari sungai Gangga di rumah mereka, dengan tujuan jika ada sanak saudara yang akan menjelang ajal akan diberikan air ini, tentu tujuanya adalah agar jika orang yang meninggal itu mendapatkan penghapusan dosa dan penyucian dari dewi Gangga.

Demikian juga di Bali, dalam berbagai upacara keagamaan, akan diawali dengan ritual penyucian baik untuk penyucian diri sendiri ataupun segala material dan perlengkapan upacara dengan jalan memercikan air yang sudah didoakan atau tirtha. 

Saat upacara perabuan jenasah, sebelum jenazah dibakar, maka akan diberikan berbagai air suci yang didapatkan dari berbagai pura yang ada di daerah tempat tinggalnya, serta air suci yang telah dimohonkan oleh para sulinggih atau pendeta Hindu. Air suci tersebut tiada lain adalah perwujudan dari airl Gangga yang menganugrahkan penghapusan dosa, penyucian dan moksa.

Sebenarnya ada banyak sekali mantra – mantra, sloka ataupun stawa, yang ditujukan sebagai puja dan puji kepada Gangga. Dan hampir dalam setiap mantra dan sloka tersebut diungkapkan berbagai kedasyatan dan kesucian air dari Gangga. Gangga adalah penghancur segala dosa, penderitaan, dan yang menganugerahkan segala kebaikan. 

Selain itu, Gangga juga berperan dalam Itiahasa Ramayana, Dewa Rama dan istrinya Sita melakukan tapasya di sepanjang tepi sungai. 

Dalam Mahabharata, Gangga melahirkan Devavrata, yang kemudian dikenal sebagai Bisma, pembimbing klan Kuru dan Pandawa. Kemudian dalam Mahabharata tersebut, Bisma menceritakan kepada Yudhisthara 0tentang kehebatan Gangga dan kemampuannya untuk menyucikan salah satu dari segala dosa. 

Dalam Bhagavad Gita 10.31, Sri Krishna menyatakan ketika memberikan pengetahuan spiritual tertinggi kepada Arjuna:

“Di antara para pemurni aku adalah angin, di antara para pemegang senjata aku adalah Rama, di antara ikan-ikan aku adalah hiu, dan di sungai-sungai yang mengalir aku adalah Gangga.”

Dewi Gangga merupakan ibu asuh Dewa Kartikeya (Murugan), yang sebenarnya merupakan putera Siwa dan Parwati. Ia juga merupakan ibu Dewabrata (juga dikenal sebagai Bisma), yang merupakan salah satu tokoh yang paling dihormati dalam Mahabharata.

Diyakini air sungai Gangga akan mengering pada akhir Kaliyuga (zaman kegelapan, zaman sekarang) bersama dengan sungai Saraswati, dan masa sekarang akan segera berakhir. Kemudian (siklus) zaman selanjutnya adalah Satyayuga atau zaman kebenaran. (GAB/001)
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : Transaksi Non Tunai di Bali Ada Diperingkat Dua

Terpopuler

Pisah Sambut Kajati Bali, Penegakan Hukum yang Adil dan Kesejahteraan Masyarakat

Pisah Sambut Kajati Bali, Penegakan Hukum yang Adil dan Kesejahteraan Masyarakat

Peek into Your Past and Delve Deeper into Yagyas 

Peek into Your Past and Delve Deeper into Yagyas 

DPRD Badung mengucapkan Hari Sumpah Pemuda

DPRD Badung mengucapkan Hari Sumpah Pemuda

Transportasi Publik, Bangun Sistem Perkeretaapian Nasional, Presiden Prabowo Resmikan Stasiun Tanah Abang Baru

Transportasi Publik, Bangun Sistem Perkeretaapian Nasional, Presiden Prabowo Resmikan Stasiun Tanah Abang Baru

Pesawat Airbus A400M/MRTT Tambah Kekuatan TNI; Misi Pertahanan, Bencana dan Kemanusiaan

Pesawat Airbus A400M/MRTT Tambah Kekuatan TNI; Misi Pertahanan, Bencana dan Kemanusiaan

Resmikan Tugu CBP Rupiah, Jaga Stabilitas, Kemandirian dan Keberlanjutan Ekonomi Bangsa

Resmikan Tugu CBP Rupiah, Jaga Stabilitas, Kemandirian dan Keberlanjutan Ekonomi Bangsa