Denpasar (Atnews) - Pengelana Global Putu Suasta, Alumni UGM dan Cornell University mengucapkan selamat perayaan Maha Shivratri, khususnya bagi umat Hindu (Sanatana Dharma) yang tiba di Maha Kumbh Mela 2025 di Prayagraj India, Rabu (26/2).
Para peziarah lintas kultural mengumandangkan nyanyian keras "Har Har Mahadev" bergema di ghats sepanjang 15 km saat para jutaan peziarah berenang menyucikan diri di sungai suci Triveni Sangam.
Nyanyian suci diikuti dengan doa kepada untuk perdamaian, kebahagiaan, kesejahteraan semua makhluk penghuni alam semesta.
Maha Shivaratri sebagai festival Hindu yang dirayakan setiap tahun untuk menghormati Dewa Siwa. Nama Maha Shivaratri juga merujuk pada malam ketika Siwa melakukan tarian surgawi.
Perayaan Shivaratri di setiap bulan luni-solar di kalender Hindu, pada malam ke-13/14 hari, tetapi setahun sekali di akhir musim dingin (Februari / Maret, atau Phalgun) dan sebelum kedatangan Musim Panas, menandai Maha Shivaratri yang berarti "Malam Kehebatan Siwa".
Setiap bulan lunar pada hari ke-13 atau ke-14 dari paruh gelap fase bulan, ada Shivaratri, tetapi pada bulan Phalgun (Februari-Maret) dalam kalender Weda ada Maha Shivaratri.
Upacara itu berlangsung terutama pada malam hari, yang dirayakan untuk menghormati Dewa Siwa, yang menikah dengan Parvati (Ibu Durga) pada hari ini.
Para pemuja Dewa Siwa umumnya menjalankan puasa ketat pada hari ini dan beberapa di antaranya melakukan puasa nirjal yakni tidak minum air sedikit pun.
Mereka terjaga sepanjang malam. Lingam Siwa disembah sepanjang malam dengan mencucinya setiap tiga jam dengan susu, yogurt, ghee, madu, dan sebagainya, sambil terus melantunkan mantra “Om Namah Shivaya”.
Persembahan daun bael diberikan kepada Lingam. Daun bael sangat sakral (seperti Tulsi untuk Shri Wisnu dan dhar untuk Devi Durga yang sangat menyenangkan bagi Mereka) dan Dewa Siwa menjadi senang dengan persembahan itu.
Disebutkan pula dalam literatur Veda, Barangsiapa mengucapkan nama-nama Dewa Siwa selama Shivaratri dengan penuh pengabdian dan konsentrasi, maka ia akan terbebas dari segala dosa yang telah diperbuatnya. Ia akan mencapai tempat tinggal Dewa Siwa dan tinggal di sana dengan sangat bahagia.
Untuk itu, Maha Shivratri sebagai puncak Maha Kumbh Mela 2025 setiap 144 tahun sekali dilaksanakan selama 45 hari, para penyembah datang dari seluruh India dan dunia.
Selama 45 hari, diperkirakan melebihi 500 juta umat selama festival dari 13 Januari 2025 hingga 26 Februari 2025.
Acara Maha Kumbh Mela 2025 di Prayagraj telah mencetak rekor baru, dengan lebih dari 500 juta umat melakukan perendaman suci di Triveni Sangam, tempat bertemunya sungai Gangga, Yamuna, dan Saraswati.
Angka tersebut melampaui jumlah penduduk beberapa negara besar, termasuk Amerika Serikat, Rusia, Indonesia, Brasil, Pakistan, dan Bangladesh, sehingga mengukuhkan Mahakumbh sebagai pertemuan spiritual terbesar di dunia.
Bahkan Maha Kumbh Mela Prayagraj meraih Rekor Dunia Guinness yakni 1) Pembentukan rantai manusia terbesar; 2) Sesi Yoga simultan secara besar-besaran 3) Rekam nyanyian himne kolektif.
Dijelaskan, pertama pembentukan rantai manusia terbesar dengan bergandengan tangan di sepanjang tepian Triveni Sangam, yang bertujuan untuk membentuk rantai manusia terpanjang di dunia, melambangkan persatuan dan spiritualitas kolektif.
Sesi Yoga simultan secara besar-besaran, dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan dan keharmonisan spiritual, sesi yoga berskala besar direncanakan, dengan ribuan orang melakukan asana secara serempak.
Termasuk rekam nyanyian nyanyian pujian secara kolektif: para peserta akan berkumpul untuk menyanyikan nyanyian pujian bersama-sama, dengan tujuan untuk memecahkan rekor pembacaan nyanyian pujian secara kelompok dalam jumlah terbesar, memenuhi suasana dengan semangat kebaktian.
Maha Kumbh Mela menyaksikan peristiwa spiritual yang monumental dengan resital (pertunjukan musik yang dibawakan oleh satu pemain atau sekelompok kecil musisi) non-stop (24x7) dari mantra Veda (Jalan Rudri) oleh Vedpathis yang dimulai ke Brahmgyan. Acara luar biasa ini berlangsung 33 hari, menandai prestasi yang tak tertandingi dalam pengabdian spiritual dan disiplin.
Diorganisasikan oleh Divya Jyoti Ved Mandir, sebuah proyek Divya Jyoti Jagrati Sansthan (DJJS) di Sektor 9, estafet sakral ini menyatukan 504 sarjana Weda BrahmGyani, yang meneriakkan terus-menerus selama 792 jam, mencakup total 25.61,328 mantra Weda, termasuk 11.151 terjemahan dari Shukla Yajurvediya Rudra Ashtadhyayi Paath.
Prestasi bersejarah ini, yang dimulai pada pukul 3:00 pagi pada 14 Januari 2025 dan berakhir pada pukul 4:00 pagi pada 16 Februari 2025, secara resmi terdaftar di Asia Book of Records dan India Book of Records selama Maha Kumbh Mela.
BrahmGyani Vedpathis dari lebih dari 180 kota bersumpah untuk mengucapkan mantra-mantra ini tanpa pamrih, dengan maksud mulia untuk menumbuhkan perdamaian dunia dan kesejahteraan kemanusiaan.
Semua Vedpathis yang berkontribusi pada catatan ini adalah murid Divya Guru Ashutosh Maharaj Ji, yang telah melakukan perjalanan dari seluruh Bharat dan luar negeri untuk berpartisipasi dalam persembahan spiritual agung ini di Maha Kumbh.
Selain itu, upaya menjaga kebersihan yang memecahkan rekor terjadi di Maha Kumbh yang sedang berlangsung, dengan 15.000 pekerja sanitasi berpartisipasi dalam upaya untuk mencetak Rekor Dunia Guinness yang baru.
Inisiatif berskala besar ini dilakukan di berbagai tempat, menandai upaya signifikan untuk menjaga kebersihan di salah satu pertemuan keagamaan terbesar di dunia. Hasil akhir dari upaya rekor tersebut akan diumumkan pada 27 Februari.
Semangat penyembah begitu besar untuk mengikuti ritual Maha Kumbh Mela. Hadir juga dari kalangan pejabat tinggi negara India yakni Presiden India Droupadi Murmu, Wakil Presiden India Jagdeep Dhankhar dan Perdana Menteri India Narendra Modi.
Bahkan Laurene Powell Jobs (Kamala), istri mendiang pendiri Apple, Steve Job. Selain itu, Chris Martin dari Coldplay dan , aktris Hollywood Dakota Johnson, tiba di Prayagraj pada Senin (27 Januari 2025).
Chris dan Dakota datang ke India pada tanggal 16 Januari untuk tur musik band. Tuan Chris bersama dengan anggota Coldplay mengadakan konser di Mumbai dan Ahmedabad.
Pertunjukan terakhir mereka dari tur Music of the Spheres di India dilakukan di Stadion Narendra Modi di Ahmedabad pada Hari Republik India.
Maha Kumbh Mela juga dihadiri dari berbagai kalangan baik petinggi negara, Aktor Bollywood Raveena Tandon bersama putrinya Rasha Thadani merayakan festival maha Kumbh Mela. Mereka mandi suci di Triveni Sangam.
Suasta juga merasa spesial karena momen Tirta Yatra ke India (Bharat) di tengah Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menjadi undangan istimewa Perdana Menteri (PM) Narendra Modi untuk meningkatkan hubungan bilateral Indonesia India.
Kunjungan kenegaraan itu merupakan yang pertama bagi Presiden Prabowo Subianto ke India sebagai Tamu Kehormatan pada perayaan Hari Republik India, dari tanggal 24 hingga 26 Januari 2025.
Hal itu juga menandai peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan India. Kunjungan ini diadakan untuk memperkuat Kemitraan Komprehensif Strategis yang telah dibangun kedua negara sejak tahun 2018.
Indonesia dan India memiliki hubungan kerja sama yang sudah terbangun sejak Presiden Soekarno.
Sebelumnya juga Presiden Joko Widodo menjadi tamu kehormatan peringatan Hari Republik Ke-69 di New Delhi, India pada Tahun 2018, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Tahun 2011 dan Presiden Sukarno kala itu jadi tamu untuk peringatan Hari Republik Pertama pada Tahun 1950.
Selain Tirta Yatra ke Triveni Sangam (Sungai Gangga, Yamuna dan Saraswati) Prayagraj, Budayawan Suasta juga datang Kurukshetra, Varanasi, Banaras Hindu University (BHU), Ram Temple Ayodhya, Swaminarayan Akshardham New Delhi, Lotus Temple New Dehli.
Suasta Tirta Yatra selama 12 hari, berangkat dari Bali tanggal 23 Januari 2025 hadir bersama Dr Wayan Sayoga Ketua Prajaniti Bali, Direktur Utama PT. Pak Oles Tockcer Dr Gede Ngurah Wididana, Komang Dyah Setuti, dr. Putu Laksmi Anggari Putri Duarsa, Sp.KK, Dr Yoga dan Nyoman Ratna Widiasmini.
Ia pun menceritakan keagungan kesucian Sungai Gangga, diipuja dan disucikan penganut Hindu (Sanatana Dharma).
Sebelumnya juga pihaknya sudah datang ke Sungai Gangga Haridwar dan Rishikesh, India (Bharat).
Untuk itu, pihaknya sudah 6 kali mengunjungi India. Ia pun mengaku banyak belajar dari India, tempat-tempat suci umat Hindu (Sanatana Dharma) dalam kurun waktu tiga dekade lebih.
Bahkan tinggal di tempat-tempat suci bagi umat Hindu yakni Punjab, Varanasi disebut juga Benares, Banaras, atau Benaras, atau Kashi atau Kasi, adalah kota suci agama Hindu di tepi Sungai Gangga yang terletak di negara bagian Uttar Pradesh di India bagian utara.
"Hari ini (Rabu, 26/2/2025-red) adalah pemandian utama terakhir Mahakumbh, yang dimulai dari 13 Januari," Putu Suasta yang baru saja pulang dari Laos, Bangkok dan Singapura mengikuti pertemuan dialog kebudayaan lintas bangsa .
Menurutnya, festival suci Mahashivratri, pemandangan unik tradisi kuno budaya Sanatan berada di Triveni Sangam.
Acara Mahashivratri membangkitkan kembali semangat Sanatana Dharma, memperkenalkan dunia pada spiritualitas, sradha, dan budaya Veda di tengah Maha Kumbh Mela sebagai perayaan umat terbesar di planet bumi.
Uniknya lagi, Maha Kumbh 2025 bertepatan dengan peristiwa langit langka karena ketujuh planet – Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus akan berada sath garis terlihat pada tanggal 28 Februari 2025.
Keselarasan planet yang langka tersebut sudah dimulai pada Januari 2025, dengan Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus sudah terlihat di langit malam. Peristiwa ini akan mencapai puncaknya pada tanggal 28 Februari 2025, ketika Merkurius bergabung dalam barisan, membuat ketujuh planet sejajar di satu sisi Matahari.
Untuk itu, perbincangan soal Maha Kumbh Mela bergema ke seluruh dunia, apalagi dalam era digital semua orang bisa menyaksikan melalui online.
Pada kesempatan itu, Suasta menjelaskan pula manfaat puasa Shivaratri ditujukan untuk mengendalikan dua sifat buruk terbesar seseorang (rajas – sifat aktivitas yang penuh gairah) dan (tamas – sifat inersia).
Di banyak ashram di seluruh dunia, Shivaratri dirayakan dengan cara berikut. Para calon berpuasa seharian, banyak dari mereka yang tidak minum setetes air pun.
Beberapa ashram melaksanakan havan agung (yajna api) kepada Dewa Siwa untuk perdamaian dan kesejahteraan semua orang. Sepanjang hari dihabiskan untuk melantunkan mantra “Om namah Shivaya” dan bermeditasi kepada Tuhan.
Pada malam hari, semua orang berkumpul di kuil dan melantunkan mantra ini dan selama empat penjuru malam, lingam Siwa disembah dengan penuh pengabdian.
Dalam Shanti Parva dari Mahabharata, Bhisma, saat beristirahat di atas hamparan anak panah dan berceramah tentang Dharma, merujuk pada perayaan Maha Shivaratri oleh Raja Chitrabhanu. Kisahnya sebagai berikut.
Suatu hari, Raja Chitrabhanu sedang berpuasa bersama istrinya, dan pada hari itu adalah Maha Shivaratri. Orang bijak Ashtavakra datang berkunjung ke istana raja.
Orang bijak itu bertanya, “Wahai raja, mengapa engkau berpuasa hari ini?” Raja Chitrabhanu menjelaskan alasannya, karena ia memiliki anugerah untuk mengingat kejadian-kejadian pada kelahirannya sebelumnya.
Raja berkata kepada orang bijak, “di kelahiranku yang lampau aku adalah seorang pemburu di Varanasi (Kashi). Namaku Suswara. Mata pencaharianku adalah membunuh dan menjual burung dan hewan.
Suatu hari, aku diliputi kegelapan malam. Karena tidak dapat kembali ke rumah, aku memanjat pohon untuk berlindung. Itu adalah pohon bael. Aku telah menembak seekor rusa hari itu, tetapi aku tidak punya waktu untuk membawanya pulang. Aku membungkusnya dan mengikatnya ke cabang pohon. Karena aku tersiksa oleh rasa lapar dan haus, aku tetap terjaga sepanjang malam.
Aku meneteskan air mata yang deras ketika aku memikirkan istri dan anak-anakku yang malang yang kelaparan dan dengan cemas menunggu kepulanganku. Untuk menghabiskan waktu malam itu aku menyibukkan diri dengan memetik daun bael dan menjatuhkannya ke tanah. “Hari telah menyingsing dan aku kembali ke rumah dan menjual rusa. Aku membeli beberapa makanan untuk diriku sendiri dan untuk keluargaku. Aku hendak berbuka puasa ketika seorang asing datang kepadaku, meminta makanan. Aku melayaninya terlebih dahulu dan kemudian mengambil makananku.”
“Pada saat kematian, aku melihat dua utusan Dewa Siwa, mereka diutus untuk membawaku ke tempat tinggalnya. Saat itu aku baru pertama kali mengetahui pahala besar yang telah kuperoleh melalui pemujaan tak sadar kepada Dewa Siwa pada malam Shivaratri.
Mereka memberi tahuku bahwa ada lingam di bawah pohon itu dan bahwa aku telah menjatuhkan daun-daun di lingam itu. Air mataku, yang telah kuteteskan karena kesedihan mendalam atas keluargaku, jatuh ke lingam itu dan membasahinya. Dan aku telah berpuasa sepanjang hari dan sepanjang malam. Karena itu, tanpa sadar aku memuja Dewa Siwa pada hari yang paling baik itu.” “Aku tinggal di tempat tinggal Tuhan dan menikmati kebahagiaan rohani selama berabad-abad. Dan sekarang aku terlahir kembali sebagai Chitrabhanu.
”Selamat Hari raya Sivaratri, Semesta memberkati semua mahluk dan Alam Raya ini," pungkas Suasta. (GAB/001)