Nyepi, Tri Hita Karana, Ekosistem Religi untuk Menciptakan Kedamaian Dunia
Admin - atnews
2025-03-28
Bagikan :
Wayan Jondra (ist/Atnews)
Denpasar (Atnews) - Ketua Umum (Ketum) Paiketan Krama Bali Dr. Ir. I Wayan Jondra, M.Si mengatakan Hari Raya Nyepi pada hakekatnya sebagai pelaksanaan Tri Hita Karana secara menyeluruh.
Rangkaian Nyepi yang utama yaitu Melis, kemudian yang kedua itu pengerupukan dan yang ketiga puncaknya ada pada hari raya Nyepi dan kemudian yang keempat mengembak Geni
Dan kemudian yang keempat Ngembak Geni. Pada saat pelaksanaan Melis itu tiada lain adalah pada hakekatnya adalah memelihara mendekatkan diri hubungan antara manusia dengan Tuhan karena pada saat hari perayaan Melis ini umat Hindu tidak hanya di Bali saja di seluruh Indonesia mengiring peralihan baik ide Batara yang ada skala Lingga yang dalam skala bentuk pratima maupun paling yang Niskala yang tidak terlihat yang ada dalam diri manusia.
"Demikian juga peralatan-peralatan perlengkapan untuk ngaji ide Batara disucikan pada hari Melis ini," kata Jondra di Denpasar, Jumat (28/3).
Pada saat pengerupukan, hubungan manusia dengan alam di luar manusia dilakukan harmonisasi dengan upacara pecaruan baik itu di rumah maupun dicatus pata.
Pada saat pengepukan pula di sini di arah ogoh-ogoh yang tiada lain merupakan bentuk dari keangkuhan-keangkuhan yang dimiliki manusia
"Pada saat pelaksanaan upacara pengepukan ini kita harus mampu mengendalikan diri dari sifat-sifat bute khususnya dari sifat-sifat Sad Ripu," ujarnya.
Beberapa dekade pelaksanaan pemupukan yang lalu kerap kali diwarnai dengan insiden-insiden kekerasan baik kepada properti maupun kepada manusia bahkan terjadi pembunuhan tentu hal ini mencerminkan gagalnya pemahaman hakikat pengerupukan.
Pada saat pengerupukan menjadi malam yang sangat rawan terjadi tindakan-tindakan kekerasan karena kerumunan masa demikian besarnya sehingga sangat mudah terpicu oleh konflik-konflik lama bahkan konflik-konflik pribadi menjadi konflik.
Sangat mudah terpicu oleh konflik-konflik lama bahkan konflik-konflik pribadi menjadi konflik komunal
Sehingga umat Hindu di manapun harus paham bahwa pengepukan, melakukan tindakan-tindakan untuk menghilangkan sifat-sifat buta itu. "Jangan sampai justru perilaku buta itu yang merasuki diri manusia," harapnya.
Peran tokoh masyarakat pada saat pengerupukan sangat sentral sehingga penting sekali tokoh-tokoh umat, tokoh adat, tokoh desa, tokoh masyarakat dan tokoh politik membuat suasana yang sejuk sehingga pelaksanaan pengerupukan berjalan dengan damai dan lancar.
"Nah ketika pada puncak hari raya yaitu pada hari Raya Nyepi di sini menjadi tempat yang sangat baik bagi umat Hindu untuk melakukan introspeksi diri," imbuhnya.
Catur Brata Penyepian yang sudah disepakati untuk dilaksanakan terlebih-lebih di Bali merupakan sebuah ekosistem yang membuat umat Hindu itu mampu menyelami dirinya sendiri memahami hal-hal apa yang sudah diperbuat hal-hal apa yang tidak sesuai dengan ajaran Dharma.
Jondra menceritakan, dalam Catur Brata Penyepian, misalnya siapa sih yang tidak ingin jalan-jalan gitu bahkan setiap hari ingin jalan-jalan.
"Tetapi khusus pada hari raya Nyepi ini semua harus diam di rumah dan tidak jalan-jalan gitu bahkan setiap hari ingin jalan-jalan tetapi khusus pada hari raya Nyepi ini kita harus diam di rumah dan tidak kemana-mana," imbuhnya.
Begitu juga, siapa manusia di dunia ini yang tidak butuh uang sehingga untuk mendapatkan uang itu dia harus bekerja tetapi dengan perayaan Nyepi harus mengistirahatkan tubuh dan pikiran dari kesibukan dan stress pekerjaan.
Termasuk, siapa di dunia ini yang tidak suka hidup senang tetapi di hari raya Nyepi ini harus mengendalikan diri. "Jangan melakukan kesenangan-kesenangan atau hiburan-hiburan kendalikan diri hanya satu hari saja," ujarnya.
Di dalam hidup sehari-hari tidak butuh penerangan tidak butuh penghangatan tidak perlu masak yang semua itu dihasilkan dari api, sehingga pada saat Nyepi sehari saja untuk tidak menyalakan api.
Sedangkan setelah Nyepi jatuhlah hari Ngembak Geni ketika hari gempa Geni ini waktu bagi manusia setelah kontemplasi dalam dirinya selanjutnya pada hari Ngembak Geni dilakukan Simakrama Dharma Santi saling maaf memaafkan saling memahami duduk sama rendah berdiri sama tinggi saring menghargai satu dengan yang lain. "Nah inilah yang perlu dilakukan pada saat nembak Geni," bebernya.
Untuk itu, jika lihat proses pelaksanaannya dari Melis ngerupuk Nyepi kemudian mengemak Geni di situlah tercermin pelaksanaan Tri Hita Karana yang secara lengkap ada di situ Harmoni hubungan manusia dengan Tuhan Harmoni hubungan manusia dengan alam kemudian Harmoni hubungan manusia dengan manusia dengan melalui Dharma Santi. (Z/001)