Banner Bawah

Air dan Pariwisata Bali

Admin - atnews

2025-03-28
Bagikan :
Dokumentasi dari - Air dan Pariwisata Bali
Pemandangan Sawah Bali (ist/Atnews)

Oleh Wayan Suyadnya
Di bawah langit tropis yang membakar perlahan, Bali masih memancarkan keindahan yang tiada tara.

Gunung-gunungnya berdiri anggun, hutan-hutan menghijau bagai permadani raksasa, dan lautan berbisik lembut di bibir pantai.

Namun, di balik keindahan itu, ada sebuah paradoks yang semakin nyata: pulau yang kaya akan air justru tengah menuju krisis air.

Dulu, air mengalir tanpa ragu di setiap sudut Bali. Mata air suci dipuja, sawah-sawah berjenjang menari dalam irama Subak, pura-pura berdiri megah menghadap danau dan sungai, seolah menandakan hubungan tak terputus antara manusia dan alam.

Kini air telah berubah menjadi komoditas, diperjualbelikan, dikuras tanpa batas, dan lebih banyak mengalir ke kolam renang vila-vila mewah dibandingkan ke sawah yang sejak dulu menjadi nafas kehidupan.

Menjadi pertanyaan, pariwisata yang dikembangkan begitu marak belakangan ini, berkah atau malah bencana?

Wisatawan datang seperti gelombang, membawa limpahan dolar dan mata penuh kekaguman. 

Mereka berendam di infinity pool, bersantai di spa mahal, menyiram taman tropis yang tak pernah kering. 

Di sisi lain, petani di pelosok Bali mulai menatap sawahnya yang mengering, ladang-ladang berubah menjadi padang tandus, dan air yang dulu menghidupi mereka kini menjadi hak istimewa bagi dunia industri wisata.

Hotel-hotel besar menggali sumur lebih dalam, menarik air tanah tanpa batas. Intrusi air laut mengintai di garis pantai, merembes masuk ke dalam sumur warga, mengubah air yang dulu jernih menjadi asin dan tak layak konsumsi.

Sungai-sungai yang dulu menghidupi kini lebih banyak menampung limbah dibandingkan ikan-ikan kecil yang berenang bebas.

Masyarakat Bali, yang dulu memegang erat filosofi "Pariwisata untuk Bali, bukan Bali untuk Pariwisata," kini berada di persimpangan jalan. Apakah mereka masih menjadi tuan rumah di tanah sendiri? Atau sekadar pengabdi dalam industri yang melayani dunia, sementara hak-hak mereka perlahan terkikis?

Sebagai daerah kepulauan, bali sejatinya kaya dengan air bila menggunakan teknologi desalinasi sebagai solusi. 

Air laut yang mengelilingi Bali dengan desalinasi bisa diubah menjadi air tawar, mengurangi beban eksploitasi air tanah. 

Tapi apakah itu cukup? Jika tidak diiringi dengan regulasi ketat dan kesadaran akan batasan, desalinasi juga akan menjadi tambal sulam di luka yang semakin dalam. Kita semua harus taat menjaga Bali.

Subak, sistem irigasi warisan leluhur, perlahan kehilangan relevansinya. Jika sawah-sawah berubah menjadi resor, lalu apa yang tersisa untuk generasi mendatang? 

Jika air lebih banyak mengalir ke jacuzzi wisatawan dibanding ke ladang-ladang, lalu apa yang akan tersisa dari kearifan lokal Bali?

Paradoks ini terus berlanjut. Bali yang dikenal sebagai pulau surga justru mulai tercekik oleh berkah yang berubah menjadi beban.

Maka, sebelum semuanya terlambat, pertanyaan ini harus dijawab: apakah kita masih memiliki kendali atas tanah dan air kita sendiri?

Atau justru kita hanya menjadi penonton, menyaksikan Bali berubah menjadi bayangan dirinya yang perlahan menghilang? (*)
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : Kapal Kandas,  Ratusan Penumpang Dievakuasi Tim SAR 

Terpopuler

Karma Sri Krishna: Belajar dari Siklus Kehidupan Lahir dan Mati, Pelajaran bagi Pemimpin

Karma Sri Krishna: Belajar dari Siklus Kehidupan Lahir dan Mati, Pelajaran bagi Pemimpin

Kemelut Menimpa Bali, Berempati kepada Kelompok Miskin dan Wong Cilik, Tidak Sekadar Pemimpin Produksi Surat Edaran

Kemelut Menimpa Bali, Berempati kepada Kelompok Miskin dan Wong Cilik, Tidak Sekadar Pemimpin Produksi Surat Edaran

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H dan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H dan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947

Masuk WBTB, Tradisi Bukakak Simbol Kesuburan Desa Giri Emas

Masuk WBTB, Tradisi Bukakak Simbol Kesuburan Desa Giri Emas

Pesan Moral dan Perjuangan Keadilan dari Itihasa Mahabharata

Pesan Moral dan Perjuangan Keadilan dari Itihasa Mahabharata

Mi-Reng Festival Hadirkan Pembicara Kartawan, Bahas Kebaruan dalam Kekinian Musik Gamelan

Mi-Reng Festival Hadirkan Pembicara Kartawan, Bahas Kebaruan dalam Kekinian Musik Gamelan