Banner Bawah

Nyepi; Momen Penjernihan Bhatin, Habis Gelap Terbitlah Terang

Admin - atnews

2025-03-28
Bagikan :
Dokumentasi dari - Nyepi; Momen Penjernihan Bhatin, Habis Gelap Terbitlah Terang
 I Ketut Puspa Adnyana (ist/Atnews)

Oleh JMA I Ketut Puspa Adnyana
“Sembah sujud kehadapan Sang Hyang Tumuwuh, Sanghyang Embang. Agar selalu dalam dunia yang terang”.

Perayaan tahun baru selalu disertai dengan euforia, kegembiraan dan kesenangan. Orang-orang berkumpul untuk saling menunjukkan kegembiraan. Jalan-jalan tumpah ruah kenadaraan. Kembang api berbagai warna dan ragam, dan tentu saja party. Berbagai boga disajikan yang terdelisius, Yummy. 

Berbeda dengan Hindu, khususnya Hindu Bali merayakan tahun baru dengan diam. Melakukan komteplasi secara intern dan menarik diri dari lingkungan ektern: Nyepi. Habis Gelap Terbitlah Terang. Dalam sepi-diam melakukan “mulat sarire”. 

Momen komtemplasi pada diri, meneliti semua perbuatan selama setahun. Tentu bukan saja yang baik (subhakarma) tetapi juga yang buruk (asubhkarma): karma. Hidup adalah pelayanan (seva). Ini adalah intisari dari setiap penelitian bhatin. Bila tidak ada perubahan dalam pelayanan (sevanam), penelitian bathin sia-sia. 

Orang-orang mengharapkan kehidupan yang harmonis. Kehidupan yang damai dan sejahtera (jagaditha) untuk mencapai kebahagian sejati (moksha). Namun orang-orang kadangkala lupa untuk melayani (sevanam).

Sejatinya kehidupan yang disarankan dalam ajaran Veda adalah kehidupan yang melayani. Kehidupan yang membuat orang lain senang. “Agawe sukaning wong len”. Hidup sejatinya sesuai ajaran Hindu, cukup melakukan tiga hal, yaitu tapasya, dhanam dan yajnam. Melakukan tiga hal menuju dunia yang terang.

Semangat Nyepi adalah agar setiap orang pada akhirnya senang (jagaditha). Senang dari melayani orang lain. Tuhan tidak meminta agar setiap manusia mencintaiNya. Tuhan tidak berharap agar manusia melayaniNya. Tuhan dengan tegas meminta agar setiap orang menjadi pelayan dari yang lain. Setiap orang agar menjadi solusi bagi yang lain. Sekali lagi “agawe sukaning wong len”. Sebuah mahakawya yang adiluhung. Mudah diucapkan tetapi perlu diusahakn pelaksanaannya dengan sungguh-sungguh. Hindup hanya membutuhkan keiklasan atau lascarya, yang lainnya given.

Nyepi pada sasih kedasa dan perayaannya pada sasih kesanga, melalui upacara tawur adalah pristiwa dari gelap menuju terang. Hindu di Bali melaksanakannya dengan Panca Bratha Penyepian: Amati geni, Amati Karya, Amati Lelungan, Amati Lelanguan. Tiada lain adalah upavasa dan samadi atau tapa, bratha, yoga dan samadi. Bahasa harfiahnya: mulat sarire.

Rama, dinasti Iskwaku/Surya menjalani pengasingan selama 14 tahun di hutan. Dalam pengasingan banyak melakukan permbersihan adharma, dan menganjurkan perbuatan dharma berdasarkan konsepsi tat twam asi, ahimsa, vasudewa kutumbakham, dan sevanam. 

Panca Pandawa pada masa dwaparayuga melakukan masa kegelapan dalam pengasingan, sebagaimana halnya Rama pada masa tretayuga. Kemudian selama 70 tahun menikmati kejayaan sebagai raja diraja yang mengusai dunia berlandaskan dharma. Dalam kegelapan (pengasingan), adalah momen untuk membangun penjernihan dan hasilnya pada masa terang. 

Pustaka Suci Hindu mengajarkan cara memuja Tuhan yang dikenal dengan Nawa Vidha Bhakti dengan jalan Catur Marga. Silahkan pilih sesuai selera, yang paling nikmat. Tuhan tidak memaksa ataupun membenci dan marah. Tuhan hanya mengamati dan melihat rtha berjalan sesuai jalannya disertai karma dan hasilnya. 
Beragama adalah untuk tujuan bahagia, bukan untuk menyengsarakan. Happy. Bila setiap orang happy, maka dunia mencapi harmoni karena seimbang. 

Namun umat Hindu memerlukan perayaan Nyepi, karena kehidupan sejatinya bergejolak karena kegaitan manusia. Setelah masa terang banyak mengumpulkan harta, berdasarkan dharma agar dapat melakukan kegiatan yang baik (sdhana) dan akhirnya mencapai bahagia (moksha). Carilah harta dengan seratus tangan dan berdermalah dengan seribu tangan.

Penjernihan? Apa itu. Seperti melihat air keruh dalam gelas. Kapan kekeruhannya (kegelapan) mencapai kejernihan (terang)? Membutuhkan waktu lama dan tidak bergoyang, menuju jernih.

Untuk menjadi jernih dibutuhkan sikap diam. Diam adalah tidak melakukan gerakan, namun pikiran terfokus pada apa saja yang baik. Nyepi adalah diam, menunggu agar air menjadi jernih di dalam gelas. Untuk melakukan penjernihan, cukup diam dalam waktu lama sampai merasa damai. Itu saja.

Pelayanan adalah intinya. Thema Perayaan Nyepi tahun ini, “Manawa Seva, Madava Sewa”. Sebuah tema yang bagus. Berharap setiap orang menjadi pelayan bagi yang lain. Bukan “Homo Homoni Lupus”. Manusia menjadi serigala bagi dirinya sendiri.

Umat Hindu, bahkan masyarakat dunia dapat mengadopsi spirit perayaan Nyepi untuk menuju harmoni kehidupan. Melalui perayaan Nyepi; dari gelap menuju terang, semua manusia mencapai kebahagiaannya (mokshartham). Rahayu. 

*)Penulis, Tinggal di Desa Asaria, Kecamatan Sabulakoa, Kabupaten Konsel, Provinsi Sulawesi Tenggara; mantan Pengurus Parisada Daerah dan Pusat, pensiunan Widyaiswara Ahli Utama (IV/e). Alumni Diklatpim Tingkat I-Angkatan XXIV 2013 LAN-RI. Alumsi S2-S3 UGM, belajar Urban Planning di HIS Rotterdam-Belanda, New Delhi dan Philipines.
            
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : Bupati Karangasem Mundut Pralingga Besakih Melasti Ke Segara Klotok Klungkung

Terpopuler

Karma Sri Krishna: Belajar dari Siklus Kehidupan Lahir dan Mati, Pelajaran bagi Pemimpin

Karma Sri Krishna: Belajar dari Siklus Kehidupan Lahir dan Mati, Pelajaran bagi Pemimpin

Kemelut Menimpa Bali, Berempati kepada Kelompok Miskin dan Wong Cilik, Tidak Sekadar Pemimpin Produksi Surat Edaran

Kemelut Menimpa Bali, Berempati kepada Kelompok Miskin dan Wong Cilik, Tidak Sekadar Pemimpin Produksi Surat Edaran

Sewa Pertokoan di Dalung

Sewa Pertokoan di Dalung

Masuk WBTB, Tradisi Bukakak Simbol Kesuburan Desa Giri Emas

Masuk WBTB, Tradisi Bukakak Simbol Kesuburan Desa Giri Emas

Pesan Moral dan Perjuangan Keadilan dari Itihasa Mahabharata

Pesan Moral dan Perjuangan Keadilan dari Itihasa Mahabharata

Mi-Reng Festival Hadirkan Pembicara Kartawan, Bahas Kebaruan dalam Kekinian Musik Gamelan

Mi-Reng Festival Hadirkan Pembicara Kartawan, Bahas Kebaruan dalam Kekinian Musik Gamelan