Banner Bawah

Prabowo Hantar Macron Kunjungi ke Borobudur: Simbol Pancasila dan Pluralisme Global

Admin - atnews

2025-06-02
Bagikan :
Dokumentasi dari - Prabowo Hantar Macron Kunjungi ke Borobudur: Simbol Pancasila dan Pluralisme Global
Pengelana Global Putu Suasta (ist/Atnews)

Denpasar (Atnews) - Pengelana Global Putu Suasta yang juga Alumni UGM dan Cornell University New York mengapresiasi Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan Ibu Negara Brigitte Macron yang melakukan kunjungan khusus ke kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/5/2025).

Presiden Prabowo menghantar langsung Macron dan rombongan. Kunjungan itu merupakan simbol penghormatan terhadap pluralisme dan keanekaragaman (semangat Bhineka Tunggal Ika) yang menjadi komponen penting dalam pembangunan.

"Kunjungan Macron menunjukkan betapa semangat kebersamaan dalam pluralisme dan keanekaragaman sangat vital untuk menjaga stabilitas politik," kata Suasta di Denpasar, Minggu (1/6) bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila.

Bersama rekannya Valentino Barus, Putu beberapa kali mengunjungi Perancis menyampaikan "...Presiden Prabowo dan Macron memang telah lama menjalin persahabatan. Ketika menjabat sebagai Menhankam, Prabowo kerap mengunjungi Paris guna menjalin kerjasama pengadaan alutista," lanjut Suasta.

"Ketika berada di wisma Indonesia di Paris pada tahun 2022, kami sempat menikmati lezatnya tart Bapak Prabowo yang kebetulan berulang tahun pada tanggal 17 Oktober. Sayang pada kunjungan Oktober tahun lalu waktunya tidak pas," kata Putu.

Kerjasama erat Jakarta Paris memang tidak terlepas dari peran tangan-tangan cekatan di balik layar. Salah satu diantaranya adalah Mohamad Oemar, Duta Besar Republik Indonesia untuk Prancis, merangkap Andorra, Monako, dan UNESCO. 

Pengalaman panjang Moh Oemar diantaranya; Duta Besar Indonesia untuk Italia (2009-2010),
Wakil Dubes di Beijing, Tiongkok (2006-2009). Ia juga pernah ditempatkan di Jenewa, Swiss hingga Belgia. Pada 2011, Moh Oemar diangkat menjadi Sekretaris Wakil Presiden (Seswapres).
Bahkan tidak berganti bekerja untuk tiga wapres; sejak Prof. Boediono, Muhammad Jusuf Kalla hingga Wapres Ma'ruf Amin.

"Dubes Oemar dan mantan Menlu Retno Marsudi ini adalah kawan sekolah kami di Fisipol UGM," imbuhnya sembari menunjukkan foto bersama Dubes Oemar dan Valentino di Wisma Indonesia Paris berlatar lukisan Kamasan Klungkung Bali, hadiah Prof Mantra, Mantan Gubernur Bali.

Menurutnya, Mohamad Oemar berperan penting dalam mengatur kunjungan Presiden Macron ke Indonesia. "Beliau sudah bolak balik ke Indonesia, mencari jadwal Presiden Macron, susun agenda, susun materi yang akan dibicarakan dll," ungkapnya.

Dikatakan juga, kunjungan Presiden Macron sebagai penganut Nasrani ke Bobobudur untuk menunjukkan bahwa Ajaran Buddha membawa harapan dan kedamaian. 

Presiden Prancis mengunjungi Candi Borobudur sebagai bagian dari kunjungannya ke Indonesia. 

Kunjungan itu bertujuan untuk memperkuat diplomasi budaya. Macron ingin mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Prancis melalui diplomasi budaya pariwisata dan teknologi tinggi. 

Ia menyampaikan kekaguman mendalam terhadap Candi Borobudur, menyebutnya sebagai "adikarya spiritual arsitektur" dan "lambang keunggulan manusia".

Macron dan Presiden Indonesia Prabowo memperbarui komitmen kerja sama bilateral melalui penandatanganan inisiatif Joint Vision 2050, yang fokus pada pengembangan sektor pariwisata dan budaya.

Dengan mengunjungi Candi Borobudur, Macron menunjukkan apresiasi terhadap warisan budaya Indonesia dan komitmen untuk memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Prancis.

Kedua kepala negara tiba di kawasan candi yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO tersebut dengan disambut hangat oleh barisan pelajar setempat yang mengenakan pakaian adat Jawa. Anak-anak tersebut tampak antusias mengibarkan bendera Indonesia dan Prancis di sepanjang jalan masuk menuju kawasan candi.

Dalam kunjungan ini, Presiden Prabowo dan Presiden Macron juga tampak kompak mengenakan kemeja putih. Kehadiran mereka menarik perhatian pengunjung dan masyarakat yang turut menyaksikan dari kejauhan.

Presiden Prabowo dalam sambutannya mengungkapkan rasa bangga dan kehormatan atas kunjungan Presiden Macron dan Ibu Negara Brigitte Macron ke situs bersejarah Candi Borobudur. 

Kepala Negara menegaskan bahwa Candi Borobudur merupakan mahakarya peradaban yang sarat nilai sejarah dan spiritual, serta mencerminkan kekayaan budaya dan filosofi bangsa Indonesia.
“Ini adalah suatu kehormatan besar kami menerima kunjungan Yang Mulia di situs bersejarah ini, yang merupakan mahakarya peradaban, dan oleh UNESCO ditetapkan sebagai warisan budaya dunia yang kaya akan sejarah dan makna spiritual,” ujar Presiden Prabowo.

Presiden Prabowo juga menekankan bahwa Indonesia, sebagai bangsa yang berlandaskan Pancasila, menjunjung tinggi nilai toleransi dan penghormatan terhadap seluruh agama dan kepercayaan. Ia menyebut kunjungan ini sebagai simbol eratnya hubungan persahabatan dan kesamaan nilai-nilai kemanusiaan antara Indonesia dan Prancis.

“Indonesia dan Perancis adalah dua bangsa yang besar, yang memiliki sejarah yang panjang, budaya yang mengakar kuat, dan peradaban juga yang panjang. Kami juga memiliki semangat yang sama, nilai-nilai kemanusiaan yang sama, toleransi, menghormati warisan budaya, menghormati semua agama, kepercayaan, semua ras, semua kelompok etnis,” ucapnya.

“Kita ingin memelihara kehidupan yang harmonis, perdamaian yang baik. Kami percaya hanya dengan persahabatan, kekeluargaan, dan kolaborasi kita semua bisa mendapat kehidupan yang lebih baik,” lanjut Presiden Prabowo.

Mengakhiri sambutannya, Presiden Prabowo menyampaikan optimisme bahwa kemitraan Indonesia–Prancis akan terus berkembang dan memperkuat pertukaran budaya serta kerja sama antar masyarakat kedua negara.

“Saya percaya dan optimis bahwa kemitraan kita akan berlanjut dan menjadi jembatan bagi budayawan, seniman, pelaku industri kreatif, dan semua tokoh-tokoh masyarakat kedua negara kita,” tutur Presiden Prabowo.

Kunjungan ini menjadi bagian penting dari rangkaian kunjungan kenegaraan Presiden Macron ke Indonesia dan sekaligus mempertegas komitmen kedua negara dalam merawat warisan budaya dunia serta menjalin kerja sama yang lebih erat di berbagai bidang.

Presiden Republik Prancis, Emmanuel Macron, menyampaikan kekaguman mendalam terhadap Candi Borobudur saat melakukan kunjungan ke situs warisan budaya dunia tersebut. 

Kunjungan ke Candi Borobudur ini menjadi bagian istimewa dalam rangkaian kunjungan kenegaraan Presiden Macron ke Indonesia.

Di tengah suasana pegunungan dan panorama arsitektur kuno yang memukau, Macron menyampaikan refleksi spiritual dan kulturalnya terhadap situs yang dibangun lebih dari seribu tahun silam itu.

“Dipakai sebagai tempat ibadah juga merupakan adikarya spiritual arsitektur yang merupakan bukti dari keunggulan Indonesia,” ujar Presiden Macron dalam keterangannya usai berkeliling candi.

Menurut Presiden Macron, kehadiran Borobudur yang dibangun sejak abad ke-8 Masehi, serta keberlanjutan perannya hingga kini, menunjukkan kekuatan budaya Indonesia. Salah satunya adalah sebagai sumber inspirasi tidak hanya di Asia Tenggara, tetapi juga di panggung global.

“Ini adalah demonstrasi dari pengaruh budaya Indonesia yang diingatkan di sini,” lanjutnya.

Presiden Macron juga menyoroti makna spiritual Borobudur yang tak lekang oleh waktu. Candi ini, kata Presiden Macron, tidak hanya sebagai destinasi wisata sejarah, tetapi juga sebagai tempat ibadah yang sarat nilai universal.

“Akan tetapi Borobudur juga menurut saya yang saya katakan adalah tempat ibadah dan ada ratusan ribuan orang yang datang beribadah yang juga menunjukkan pesan universal, toleransi, rasa hormat yang disampaikan oleh Indonesia,” ucap Macron.

Presiden Macron turut memuji kerja sama antara Indonesia dan UNESCO yang telah berhasil melestarikan Borobudur, menjadikannya simbol keberhasilan multilateralisme dan semangat kolaborasi internasional.

“Borobudur adalah kesaksian atas kelebihan dari multilateralisme dan spirit kemitraan karena dengan bekerja sama antara pemerintah Indonesia dan UNESCO beberapa dasawarsa lalu telah berhasil melestarikan candi ini dan mendaftarkannya di warisan budaya dunia UNESCO,” ungkap Presiden Macron.

Presiden Macron pun menyampaikan penghormatan tinggi terhadap kekayaan sejarah dan artistik bangsa Indonesia, yang menurutnya tak hanya menjadi kebanggaan nasional, tetapi juga inspirasi bagi dunia.

“Jadi di tempat inilah saya ingin menyampaikan rasa hormat kami yang mendalam, rasa kagum terhadap kekayaan sejarah artistik dan budaya Indonesia. Candi ini bukan hanya monumen melainkan lambang keunggulan manusia, sumber inspirasi untuk seluruh dunia,” ucap Presiden Macron.

“Itulah juga yang menyatukan kita dan sejak kemarin kita membicarakan titik temu kita adalah hubungan yang ada antara budaya, kreasi,inovasi yang merupakan unsur pemersatunya dan inilah yang memersatukan kedua bangsa dan rakyat kita,” pungkasnya.

Kunjungan ini sekaligus memperkuat diplomasi budaya antara Indonesia dan Prancis, menjadikan Borobudur sebagai simbol persahabatan dan titik temu peradaban antarbangsa.

Pada kunjungan kedua pemimpin negara ke Borobudur menandai peluncuran kemitraan strategis di bidang kebudayaan antara Indonesia dan Prancis.

“Tadi pagi menteri-menteri budaya kita dan juga beberapa pelaku di bidang kebudayaan hadir di sini. Dan saya ucapkan terima kasih telah menandatangani sejumlah persetujuan dan perjanjian,” ucap Presiden Macron dalam sambutannya.

Presiden Macron menjelaskan bahwa kemitraan kebudayaan ini akan bertumpu pada dua pilar utama. Pilar pertama yakni kerja sama di bidang pelestarian warisan dunia dan pengelolaan museum. Ia menyatakan bahwa Indonesia memiliki kekayaan warisan dunia yang sangat besar dan Prancis siap berbagi keahliannya dalam bidang ini.

“Ada kerja sama antara Indonesian Heritage Agency dan Centro de Monuments Nationaux. Saya senang akan ada sejumlah orang dari Indonesia yang datang ke Prancis agar kita saling belajar satu sama lain,” ucapnya.

Kajian mendalam terhadap situs-situs warisan prioritas akan dilakukan dengan pendampingan dari berbagai institusi pendidikan dan penelitian di Prancis.

Selain itu, kemitraan antara EVO dan Grand Palais Museum Guimet juga telah diluncurkan untuk mempersiapkan berbagai pameran yang melibatkan seniman kontemporer dari kedua negara.

“Kita akan mendampingi untuk tindakan nyata sesuai dengan prioritas yang disampaikan dari mitra Indonesia. Sekolah, pusat penelitian, dan institusi lain di Prancis siap untuk ikut serta dalam inisiatif ini,” jelasnya.

Selanjutnya, Presiden Macron menyampaikan pilar kedua yakni penguatan industri budaya dan ekonomi kreatif. Presiden Macron menyebutkan bahwa industri kreatif berada di inti kehidupan masyarakat dan kemitraan ini bertujuan untuk memberdayakan generasi muda Indonesia dan Prancis yang kreatif dan inovatif.

“Prancis dan Indonesia ingin menjadi lapangan untuk memandirikan kaum muda dan ini adalah kemitraan juga untuk anak muda yang inventif di Prancis dan di Indonesia,” ucapnya.

Beberapa program kerja sama yang disampaikan Presiden Prancis antara lain kolaborasi perfilman antara Pusat Sinema Nasional Prancis (Centre national du cinéma/CNC) dan sekolah perfilman La Fémis. Kemitraan dalam bidang ini termasuk pelatihan, penyebarluasan karya, dan koproduksi film bersama.

“Khususnya kemitraan untuk pelatihan penyebar luasan dan koproduksi bersama dan menjelaskan dalam kemitraan ini membangun, membina model pendanaan suatu dunia perfilman yang tidak hanya tergantung pada model-model besar seperti yang telah dilaksanakan Prancis,” lanjutnya.

Di bidang mode, Presiden Macron mengapresiasi kemitraan dengan inkubator PINTU serta keterlibatan desainer Indonesia dalam Paris Fashion Week. Kemitraan pada sektor kebudayaan ini, menurut Presiden Macron juga akan diperluas ke sektor lainnya seperti gim, desain, gastronomi, dan tata kota berkelanjutan.

“Saya ingin menyapa semua pelaku dari industri kreatif Indonesia yang hadir, yang bakatnya sudah dikenal pula di Prancis baik di Cannes, baik melalui gastronomi ataupun desainer mode busana yang terkenal. Saya juga ingin menyampaikan mengenai metode dengan kemitraan yang seimbang yang saling menguntungkan,” ujarnya.

Mengakhiri sambutannya, Presiden Macron menekankan prinsip kemitraan yang saling menghormati dan menguntungkan. Presiden Macron juga menyampaikan rasa hormat dapat meluncurkan kemitraan ini di Candi Borobudur.

“Ini benar-benar suatu hal yang sangat luar biasa untuk saya. Ini tanda budaya Indonesia dan kita ingin menjadi mitra yang bisa dipercaya, kawan, teman dan saya harap juga untuk kreaturnya. Hidup Indonesia, hidup Prancis dan hidup persahabatan antara kedua negara kita,” tandasnya. 

Putu Suasta menambahkan, hubungan antara Prancis dan Indonesia di masa pemerintahan Prabowo Subianto terlihat sangat kuat dan strategis. Berikut beberapa poin penting dalam hubungan bilateral ini.

Sekaligus memperingati 75 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara, serta lebih dari satu dekade kemitraan strategis.

Kedua pemimpin sepakat mengadopsi Joint Vision 2050 sebagai cetak biru masa depan hubungan Indonesia-Prancis, yang menjadi peta jalan menuju peringatan 100 tahun hubungan diplomatik pada tahun 2050.

Termasuk Prancis merupakan mitra utama Indonesia dalam modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan pengembangan industri pertahanan. 

Indonesia dan Prancis juga melakukan dialog pertahanan ke-11 dan latihan angkatan laut multilateral La Pérouse.

Kedua negara berkomitmen memperkuat perdagangan dan investasi yang lebih seimbang, serta mendorong percepatan penyelesaian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).

Dengan demikian, hubungan antara Prancis dan Indonesia di masa pemerintahan Prabowo Subianto terlihat sangat kuat dan strategis, dengan fokus pada kerja sama pertahanan, ekonomi, dan budaya.

Pada kesempatan itu, Suasta juga menjelaskan peran penting ajaran Buddha dalam peradaban manusia, khususnya hubungan Indonesia, ASEAN dan India (Bharat).

Apalagi baru pada Perayaan Waisak pada Senin, 12 Mei 2025 atau 2569 BE di Indonesia kembali kedatangan biksu mengikuti Thudong, jalan kaki ribuan kilometer dari Thailand ke Candi Borobudur.
           
Menurutnya, sebagai salah satu agama tertua di dunia, agama Buddha tentu telah berperan besar dalam pembangunan peradaban manusia. 

Agama Buddha telah lahir pada abad ke-5 SM di wilayah India dan hingga sekarang masih berpengaruh di sebagian wilayah di dunia.

Lahirnya agama Buddha merupakan reaksi alami dari situasi beberapa golongan atas ajaran kaum brahmana. Agama Budha ini diinisiasi dan dipimpin oleh Sidharta Gautama (563-486 SM) yang merupakan anak dari Raja Suddidhana dari Kerajaan Kosala di Kapilawastu, India.

Bagi Indonesia sendiri, kehadiran agama ini merupakan anugerah yang memperkaya khazanah budaya, keberagaman dan nilai-nilai kearifan universal.  

Candi-candi peninggalan kerajaan-kerajaan bercorak Buddha kini termasuk warisan sejarah kebanggan Indonesia; menjadi ikon pariwisata religi-budaya yang terkenal hingga manca negara. 

Tetapi lebih dari itu, umat Buddha di Indonesia sekalipun termasuk kelompok paling minoritas, memiliki andil besar dalam pembangunan kemanusiaan, perdamaian kultural dan spiritual terutama dalam bentuk kepedulian-kepedulian dalam perjuangan sosial.

Uluran tangan umat Buddha baik pribadi maupun kelompok (yayasan) hadir hampir dalam setiap keadaan sulit yang terjadi di negeri ini. 

Itu niscaya merupakan bentuk perwujudan dari ajaran Buddha Dhamma yang menekankan pentingnya berbuat kebajikan (kebaikan) sebagai jalan untuk mencapai Nibbana (akhir dari semua derita).

"Dari studi sosiologi agama dan keterangan dari situs resmi Walubi (perhimpunan umat Budhha Indonesia) kita tahu Buddha Dhamma tidak begitu menekankan pelaksanaan ritual bersama sebagaimana layaknya Hindu, Islam, Kristen dan Katolik," ujar Putu Suasta kepada Atnews.

Putu Suaata juga pernah menjadi relawan dengan melakukan pelayanan kepada bhiksu, Bhante dan orang suci umat Buddha di Luang Prabang Laos. Termasuk melakukan perjalanan kultural-spiritual ke China, Kamboja dan Vietnam.

Buddha mengajarkan pengendalian pikiran, penyucian batin dan berbuat kebajikan untuk mengembangkan kasih sayang kepada semua mahluk. Karena itu dalam praktek sehari-hari umat agama ini sangat akrab dengan kehidupan sosial. Itu setidaknya dirasakan penulis sendiri dalam pengalaman bergaul dengan sudara-saudara beragama Buddha.

Karena itu, humanisme Buddha merupakan sebuah anugerah bagi negeri ini memiliki masyarakat pemeluk Buddha Dhamma dan semua sudah sepantasnya turut bersuka cita dalam perayaan Waisak hari ini karena di hari besar ini saudara-saudara yang beragama Buddha lebih takjim menyucikan batin agar dapat terus memancarkan kebaikan bersama cahaya Waisak. 

Waisak merupakan hari suci yang termasuk menjadi momen mempererat tali persaudaraan lintas keyakinan dan memperkuat ikatan kita dalam kebaikan sebagai sebuah bangsa yang majemuk dan berbagai Pancasila.  

Kemeriahan penyambutan hari raya Waisak telah saksikan di media dan mungkin di lingkungan sekitar. 

Saudara-saudara kita beragama Buddha tentu telah memusatkan hati dan pikiran dalam doa-doa untuk Tri Hari Suci Waisak. Semoga berkat doa-doa mereka kita menyongsong kehidupan yang lebih baik dalam berbangsa dan bernegara. Selamat merayakan Tri Suci Waisak bagi saudara-saudara beragama Buddha. Pancarkanlah terus Pesan kebaikan bersama cahaya Waisak. 

Diharapkan pula Hari Waisak tersebut sebagai momentum memperkuat hubungan Indonesia dengan Thailand dan India.

Oleh karena, sejarah Indonesia atau Nusantara memiliki peran besar terhadap kemajuan agama Buddha.

Apalagi Kampus baru Universitas Nalanda di negara bagian Bihar diresmikan Perdana Menteri Shri Narendra Modi di Rajgir, Bihar, Rabu (19/6/2024).

Universitas itu dibangun sebagai hasil kolaborasi antara India dan negara-negara KTT Asia Timur (EAS). Beberapa tokoh terkemuka termasuk Kepala Misi 17 negara menghadiri upacara inagurasi tersebut. Perdana Menteri Modi juga menanam pohon sebagai simbolik, pertumbuhan dan transformasi. 
            
Menariknya lagi, hubungan kampus itu dengan Indonesia sejak zaman Kerjaan Sriwijaya. 

Suasta menjelaskan, hubungan baik tersebut diwujudkan dengan pertukaran pelajar antara Kerajaan Sriwijaya dengan Universtas Nalanda, yang merupakan pusat pendidikan agama Buddha sejak sekitar abad ke-5 Masehi.

Kemudian, Kerajaan Sriwijaya mulai mengirimkan Pangeran Dharmakirti untuk mempelajari agama Buddha di Nalanda. Setelah selesai kembali untuk mengajar di Sriwijaya.

Sedangkan, Kerajaan Pala (India) mengirimkan Atisa Dipamkara untuk mempelajari Buddhisme di Sriwijaya.

Setelah 12 tahun menetap dan belajar dari Dharmakirti di Sriwijaya, Atisa pulang ke Kerajaan Pala. Ia pun menjadi salah satu guru besar Buddha yang terkemuka. 

Catatan I-Tsing, seorang biksu Tiongkok, yang menyatakan bahwa pada sekitar abad ke-7 Masehi terdapat perguruan tinggi agama Buddha di Sriwijaya, yang memiliki lebih dari 1.000 orang biksu yang berasal dari berbagai wilayah.

Para biksu tersebut menimba ilmu tentang Buddha, serta mempelajari bahasa Sansekerta di Sriwijaya, sebelum akhirnya mendalami Buddhisme di Nalanda. 

Terungkap pula dalam Prasati Nalanda ditemukan pada 1921 di Bihar, Nalanda, India. Dalam Prasasti Nalanda itu dijelaskan mengenai Raja Devapaladeva dari Kerajaan Palla, India. 

Diketahui, Raja Devapaladeva mengabulkan permintaan Sri Maharaja dari Swarnadvipa atau Sriwijaya guna membangun biara Buddha di Nalanda.

Prasasti juga menyebutkan lima desa di Calcutta (saat ini Kolkata) India dibebaskan dari pajak guna keperluan misi agama Buddha di Kerajaan Sriwijaya.

Maka dari itu, kembali kampus itu dapat memperkuat hubungan diplomasi Indonesia dengan India yang memasuki umur 75 tahun.

Selain itu, Perdana Menteri India Narendra Modi menunjukkan bahwa Stupa Borobudur di Indonesia mencerminkan ajaran Dewa Buddha yang sama seperti yang terlihat di Sarnath dan Bodh Gaya di India. 

Ia menyoroti keputusan bersama untuk melestarikan Candi Prambanan dan komitmen bersama terhadap Candi Buddha Borobudur. 

Hal itu disampaikan ketika PM Narendra Modi memberikan apresiasi peresmian Maha Kumbabhishegam Shri Sanathana Dharma Aalayam (SSDA) atau Murugan Temple di Jakarta, Minggu (2/2/2025).

"Saya sangat senang bahwa, setelah Candi Borobudur yang bercorak Buddha, India kini juga akan berkontribusi terhadap upaya pelestarian Candi Prambanan yang bercorak Hindu," ungkap Modi ketika Presiden RI Prabowo Subianto, melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi, pada Sabtu, 25 Januari 2025. 

Pertemuan yang berlangsung di Hyderabad House, New Delhi, tersebut merupakan bagian dari kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo untuk mempererat kerja sama strategis antara Indonesia dan India.

Disamping itu, kesempatan tersebut itu pula, Menteri Kebudayaan (Menbud), Fadli Zon menyambut kedatangan Menteri Kebudayaan Prancis Rachida Dati, serta Ibu Negara Prancis, Brigitte Macron meresmikan Borobudur Cultural Center (BCC) yang bertujuan menjadikan Borobudur sebagai pusat interaksi budaya, edukasi, spiritualitas, dan kolaborasi internasional. 

Pada Pameran itu menunjukkan bahwa Borobudur adalah pusat kosmopolitanisme budaya yang sudah hadir sejak abad ke-8.

Ia berharap, pengelolaan program-program BCC juga akan melibatkan kolaborasi erat dengan berbagai mitra nasional maupun internasional. "Semoga di Hari lahirnya Pancasila ini Indonesia tambah Maju Seiring dengan cita - cita proklamasi, korupsi semakin hilang dan masyarakat semakin sejahtera, adil dan makmur," tutup Suasta. (GAB/001)
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : BC Ngurah Rai Gagalkan Penyeludupan Narkoba Paling Ekstrim

Terpopuler

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

POM MIGO KAORI

POM MIGO KAORI

Desa Wisata Pemuteran, Mengenang Sang Perintis AA Prana (alm) Seorang Social Entrepreuner

Desa Wisata Pemuteran, Mengenang Sang Perintis AA Prana (alm) Seorang Social Entrepreuner

Kenapa Umat Hindu Etnis Indonesia Tak Merayakan Diwali?

Kenapa Umat Hindu Etnis Indonesia Tak Merayakan Diwali?

Festival Bahari di Laut Bondalem, Keren dan Menyejarah

Festival Bahari di Laut Bondalem, Keren dan Menyejarah