Oleh Ashwini Guruji, Dhyan Ashram
Jiwa berinkarnasi ke dalam tubuh yang tersusun dari lima unsur dengan berbagai perpaduan dan kombinasi, yang terlahir kembali dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya sesuai dengan karma yang dilakukannya selama hidup.
Ada jiwa-jiwa tertentu yang tidak lagi bereinkarnasi, baik karena mereka telah menuntaskan siklus karma di bhu lok [dimensi bumi], atau karena mereka terjebak di dimensi keberadaan lain sehingga tidak mampu terlahir kembali dalam tubuh manusia, sebab keseimbangan karma mereka belum mencukupi untuk memperoleh kelahiran sebagai manusia. Jiwa-jiwa seperti ini ada yang tetap melayang sebagai energi, dan disebut hantu atau roh, atau berpindah ke dimensi keberadaan lain yang disebut pitr lok, yakni dimensi para leluhur.
Apa pun dimensi atau tingkat keberadaan tempat mereka berada, selama mereka belum terbebas dari siklus kelahiran dan kematian, mereka tetap membutuhkan energi dari keturunannya untuk menyeimbangkan karma mereka agar bisa terlahir kembali.
Shradh merupakan bagian penting dari budaya Hindu/Weda yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para leluhur. Di hari-hari ini, susunan bintang berada pada posisi sedemikian rupa sehingga gerbang menuju dimensi lain terbuka, dan mereka diizinkan mengunjungi bumi untuk bertemu dengan orang-orang terkasihnya.
Para leluhur ini bergantung pada anak dan cucu mereka untuk melakukan perbuatan baik atas nama mereka serta melantunkan mantra-mantra tertentu; kedua hal ini dapat membebaskan jiwa dari ikatan pada yoni atau tingkat keberadaan yang tidak diinginkan.
Melaksanakan ritual tertentu, bersedekah, dan melakukan gaudaan (mengdonasi makanan untuk sapi dan banteng) atas nama orang terdekat mereka merupakan kewajiban dasar anggota keluarga karena hanya ketika berada dalam tubuh manusia semua hal ini bisa dilakukan. Setelah meninggalkan tubuh manusia, semuanya hilang, dan jiwa pun bergantung pada orang lain untuk keselamatan serta kelahiran kembali [jika karmanya tidak mengizinkan].
Di masa sekarang, generasi muda bangsa tidak mengetahui kekuatan dan khasiat ilmu Weda, juga pengetahuan luar biasa yang terkandung dalam mantra dan ritual Weda. Sistem pendidikan kita saat ini patut disalahkan, karena sistem ini sepenuhnya dibentuk berdasarkan pilihan para penjajah kolonial untuk kita.
Mereka takut akan kekuatan Weda, sehingga menghancurkan sistem gurukul (sistem pendidikan tradisional Weda) dan memastikan kita hanya diajarkan ilmu-ilmu yang tidak berguna serta sejarah yang telah dipelintir demi keuntungan mereka. Tujuannya ialah agar generasi berikutnya kehilangan keyakinan terhadap budayanya sendiri dan mengikuti penjajah secara buta. Hasil yang mereka inginkan itu terlihat nyata saat ini.
Bagi generasi yang lebih muda yang mungkin menganggap bahwa artikel ini bernuansa Hindutva (paham nasionalisme Hindu) dan hanyalah kisah fiksi semata, saya ingin menunjukkan beberapa fakta sejarah.
Di dunia kuno, kebudayaan utama yang berkembang sekitar 4000 tahun lalu ialah kebudayaan Mesir, Mesopotamia, Romawi, Maya, dan tentu saja kebudayaan kita sendiri. Pada masa itu, tidak ada agama atau aliran pemikiran modern seperti sekarang, kecuali agama Hindu dan pemikiran Weda. Semua kebudayaan yang ada kala itu mempercayai adanya alam lain dan perjalanan jiwa menuju dimensi lain. Piramida, yang dapat ditemukan di berbagai benua, merupakan bukti nyata kemajuan serta tingginya pengetahuan ilmiah para guru agung zaman dahulu.
Para ilmuwan masa kini mengakui bahwa orang-orang zaman dulu memiliki pengetahuan yang mendalam tentang matematika, astronomi, kimia, dan fisika. Piramida dibangun dengan poros yang sejajar ke arah utara–selatan, dan saluran-saluran di dalamnya mengarah pada tiga bintang utama di sabuk Orion, yang oleh para ilmuwan modern diyakini sebagai tempat lahirnya bintang-bintang sekaligus asal-usul manusia. Hingga kini, teknologi untuk memindahkan batu-batu raksasa guna membangun piramida masih belum dimiliki umat manusia. Bahkan para ilmuwan tetap dibuat bingung, terlebih ketika mereka menemukan tingkat radioaktivitas yang tinggi pada tulang-belulang manusia di Mohenjo Daro, yang menunjukkan adanya ledakan atom di masa lalu.
Sekitar 4000 tahun yang lalu, ketika peradaban-peradaban ini sedang berkembang, saat itu tengah berlangsung yuga (zaman) ketiga, yaitu Dwapar Yuga (zaman pertengahan). Jika kita menelusuri lebih jauh kembali ke Treta Yuga (zaman kebajikan) dan membaca tentang berbagai senjata yang digunakan dalam perang Ramayana, kita akan menyadari bahwa para leluhur kita telah memahami cara kerja penciptaan serta rahasia berbagai dimensi (lokas) dan dunia energi.
Perlu dicatat bahwa kebudayaan Hindu adalah satu-satunya kebudayaan yang telah ada sebelum kebudayaan lainnya dan hingga kini tetap menjadi agama dengan jumlah penganut terbesar. Mantra dan praktiknya bukanlah sesuatu yang tidak masuk akal, melainkan anugerah dari sebuah peradaban yang sangat maju untuk manusia di masa kini. Itulah sebabnya ajaran ini dapat bertahan hingga sekarang. Jadi, jika Anda merasakan kehadiran makhluk halus di sekitar Anda atau sedang mengalami masa sulit karena pitr dosha (karma leluhur), saya mengajak Anda untuk memanfaatkan teknik-teknik yang diajarkan dalam kebudayaan Weda....salah satunya adalah ritual shradh.
Yadnya untuk penghormatan para leluhur akan dilaksanakan di Yagyashala Dhyan Ashram di bawah bimbingan Guruji. Untuk ikut serta dalam yadnya dan mengdonasi makanan untuk sapi dan banteng (gaudaan) atas nama para leluhur, silakan kunjungi www.dhyanfoundation.com
*) Ashwini Guru Ji adalah sumber energi dan inspirasi di balik berbagai inisiatif Dhyan Foundation. Beliau merupakan Cahaya Penuntun bagi Dhyan Foundation dan seorang pakar dalam ilmu-ilmu Weda. Bukunya, Sanatan Kriya, The Ageless Dimension, adala tesis tentang anti-penuaan yang telah diakui. Dhyan Foundation menyelenggarakan sesi Sanatan Kriya secara rutin di berbagai belahan dunia. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi www.dhyanfoundation.com atau kirim email ke info@dhyanfoundation.com.