Buleleng (Atnews) - Sekelompok Warga mendatangi Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Buleleng, pada Selasa (23/9) pukul.09.00, menyampaikan aspirasi terkait pelayanan lembaga ini dinilai tidak adil dan transparan dalam melayani masyarakat.Massa, sambil membawa spanduk dan poster sejak pukul.08.00 telah berkumpul di jalan Dewi Sartika dengan dikawal petugas dari polsek Singaraja, selanjutnya dengan tertib massa bergerak menuju Kantor BPN dan diterima oleh perwakilan dari BPN saat menyampaikan orasi.
Karena Kepala BPN tidak berada ditempat, massa mulai memanas menyusul adanya provokator yang menyusup ditengah-tengah massa sehingga terjadi gesekan dengan petugas kepolisian yang telah siaga melaksanakan pengananan di Kantor BPN Buleleng.
Kendati aparat telah melakukan upaya preventif dan negosiasi agar massa tidak melakukan tindakan anarkis, namun massa tetap tidak menghiraukannya. Bahkan semakin tidak terkendali dengan melakukan pengrusakan pagar serta memblokir jalan disertai aksi pembakaran di tengah jalan.
Masa tampak semakin bringas, sehingga petugas Dalmas terpaksa bergerak mendorong massa yang brutal tak terkendali. Petugaspun melakukan penyemprotan dengan water canon, raimas dan gas air mata untuk mengurai massa, sehingga massa akhirnya berhasil dipukul mundur.
Sementara salah satu pengunjuk rasa mengalami cedera dan pinsan dilokasi unjuk rasa, dievakuasi petugas untuk mendapatkan perawatan.
Sementara team Resmob melakukan penangkapan terhadap provokator, hingga akhirnya situasi bisa dikendalikan.
Peristiwa aksi massa yang beringas ke BPN Buleleng itu hanya merupakan latihan Sistem Pengamanan Kota (Sispamkota) yang dilakukan Polres Buleleng dipimpin Kapolres Buleleng AKBP Ida Bagus Widwan Sutadi, S.I.K,M.H.
Dikonfirmasi usai simulasi, Kapolres Buleleng, AKBP Ida Bagus Widwan Sutadi menjelaskan bahwa pemilihan lokasi simulasi tepat didepan Kantor BPN Buleleng di Jalan Dewi Sartika, Singaraja karena dekat dengan area perkantoran yang sering menjadi titik unjuk rasa.
“Simulasi ini sebelumnya sudah kita laksanakan untuk pengamanan markas di pos. Dan sekarang kita simulasikan penanganan aksi unjuk rasa di lapangan yang mendekati kondisi sebenarnya, yang tujuannya agar kita bisa melayani dan mengayomi masyarakat,” ujarnya.
Menurut Kapolres Widwan Sutadi unjuk rasa adalah hak warga negara,”Jadi kita wajib melindungi, mengamankan, dan memastikan aktivitas masyarakat lain tetap berjalan,” tandasnya.
Kapolres Widwan Sutadi menegaskan potensi kerusuhan bisa muncul akibat provokasi, sehingga pengendalian massa perlu dipersiapkan dengan baik.
“Dalam simulasi ini anggota dilatih menggunakan tameng, tongkat, gas air mata, hingga teknik mengurai massa. Semua dilakukan agar terbiasa menghadapi situasi di lapangan,” jelasnya.
Ia menyebutkan latihan ini juga mengingatkan pada peristiwa tragedi 1998–1999, ketika sejumlah perkantoran di Buleleng termasuk BPN, pernah menjadi sasaran kerusuhan. “Sebelum latihan digelar, pihak BPN sudah diajak berkoordinasi. Dan di dalam simulasi ini, kita tingkatkan keterampilan dan kemampuan agar anggota semakin profesional dalam menangani aksi unjuk rasa. Mengingat kalau sudah profesional, kepercayaan masyarakat akan tumbuh. Bahwa polisi mampu menjaga keamanan dan ketertiban di Buleleng,” tambah Kapolres Widwan Sutadi.
Polres Buleleng, dalam kegiatan simulasi ini, melibatkan sebanyak 110 personel dengan dukungan reserse, intelijen, dan satgas tindak. Peralatan seperti tameng, tongkat, gas air mata, hingga peluru karet disiapkan, meski senjata api berpeluru tajam tidak digunakan.
Melalui simulasi Sispamkota ini, Polres Buleleng menegaskan komitmennya menjaga keamanan wilayah serta memberi rasa aman kepada masyarakat. (WAN)