Oleh Ashwini Guruji, Dhyan Ashram
Seluruh ciptaan bergerak karena energi. Energi tersebut tersedia untuk kita; yang membedakan hanyalah apa yang kita inginkan dan seberapa banyak energi yang bisa kita tampung.
Misalnya matahari: ia adalah sumber energi yang luar biasa besar. Semakin kita dekat padanya, semakin panas yang kita rasakan. Namun, seberapa panas yang kita inginkan dan mampu kita tahan menentukan seberapa bisa kita dekat dengannya.
Terkadang, walaupun seseorang memiliki suatu keinginan, seringkali yang terjadi adalah saat ia semakin dekat dengan energi itu dan mulai memantulkannya, egonya ikut muncul, dan karena ego itulah kita terpisah diri sendiri dari energi itu, mengira diri sendirilah yang menjadi sumber energi tersebut.
Hal yang sama juga terjadi ketika seseorang mulai dekat kepada seorang Guru, ia mulai memantulkan cahaya dan energi sang Guru. Namun jika ia menganggap cahaya itu berasal dari dirinya sendiri, maka ia keliru. Kehidupan Rahwana adalah contoh yang tepat untuk hal ini.
Di kehidupan sebelumnya, Rahwana adalah penjaga gerbang Dewa Wisnu di Vaikuntha. Karena sangat dekat dengan Sang Dewa, egonya tumbuh, dan ia mulai menggunakan kekuasaannya dengan menentukan siapa yang boleh dan tidak boleh bertemu dengan Sang Dewa.
Suatu hari, dia menolak membiarkan Sanathkumars itu masuk. Akibatnya, para Resi itu mengutuk Rahwana untuk terpisah dari Dewanya dan terlahir di bumi. Rahwana, sekali lagi memulai perjalanannya, mempelajari ajaran Weda dan berbagai ilmu tentang energi. Melalui tapa dan sadhananya, ia berhasil menjumpai Dewa Brahma.
Namun, yang ia inginkan bukanlah Sang Dewa itu sendiri, melainkan sebagian dari kekuatanNya — anugerah untuk tidak terkalahkan di antara para dewa dan danawa (karena ia menganggap manusia tidak sebanding dengannya, ia tidak meminta kekebalan dari mereka).
Dengan kekuatan barunya, Rahwana pergi ke Kailash dan mencoba mengangkat gunung itu dengan kekuatan lengannya. Dewa Siwa, hanya dengan sekadar menekan jari kakinya, menurunkan kembali gunung tersebut ke tempatnya hingga menghancurkan tangan Rahwana.
Itu adalah pertanda bahwa setiap kekuatan di dunia fisik memiliki batas, dan kenyataan sejati jauh melampauinya. Rahwana pun merendah dan mulai bertapa kepada Dewa Siwa… tetapi tujuannya tetap demi memperoleh kekuatan Dewa Siwa, sekali lagi keinginan untuk fisik.
Ia berhasil menyenangkan hati Sang Dewa, yang kemudian memberinya lebih banyak kekuatan. Namun, sekali lagi, ego Rahwana membesar. Kali ini, untuk memberi peringatan kepadanya, ia dipermalukan di istana Raja Janaka.
Meskipun memiliki kekuatan luar biasa dan anugerah dari Dewa Brahma dan Dewa Siwa sekaligus, Rahwana tidak mampu mengangkat busur Dewa Siwa, yang justru dengan mudah diangkat oleh Rama, seorang manusia biasa.
Tertutup oleh ego dan avidya (ketidaktahuan), Rahwana meninggalkan istana itu dengan marah, tanpa menyadari kehadiran Dewanya, dengan tujuan kembali kepadaNya yang telah memberikannya kelahiran sebagai manusia. Sang Dewa pun mengatur agar Rahwana dapat bertemu denganNya sekali lagi, kali ini di medan perang… bukan hanya untuk dikalahkan, tetapi juga untuk dibinasakan oleh seorang manusia biasa. Segala kekuatan, segala ilmu, segala pengetahuan, dan tubuhnya yang laksana perisai, akhirnya berakhir… hanya dengan satu anak panah yang menembus pusarnya. Itu adalah penanda bahwa segala sesuatu di dunia fisik pada akhirnya tidak nyata, karena cepat atau lambat akan berakhir.
Dussehra adalah hari yang menandai berakhirnya sifat Rahwana di dalam diri kita, agar kita dapat kembali kepada sumber asal, tempat perjalanan ini bermula. Latihan Sanatan Kriya dan Ashtanga Yoga, di bawah bimbingan seorang Guru akan membawa seseorang melalui pengalaman yang ia inginkan, sekaligus menuntunnya pada jalan menuju penyatuan akhir, sebuah kebahagiaan yang jauh melampaui kenikmatan kekuatan fisik maupun kepemilikan, dan yang tidak akan berakhir.
*) Ashwini Guru Ji adalah energi dan inspirasi di balik berbagai inisiatif Dhyan Foundation. Beliau merupakan Cahaya Penuntun bagi Dhyan Foundation dan seorang pakar dalam ilmu-ilmu Weda. Bukunya, Sanatan Kriya, The Ageless Dimension, adalah tesis tentang anti-penuaan yang telah diakui. Dhyan Foundation menyelenggarakan sesi Sanatan Kriya secara rutin di berbagai belahan dunia. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi www.dhyanfoundation.com atau kirim email ke dhyan@dhyanfoundation.com.