India (Atnews) - Dalam perjalanan spiritual dan artistik mereka ke India pada tanggal 23 hingga 29 September, grup drama tari The Search for Sita menemukan bukan hanya inspirasi dalam gerakan dan cerita, tetapi juga dalam kekayaan rasa kuliner India. Selama tur mereka menari di Bhopal dan Chitrakoot, dan kemudian berkunung ke Vrindavan, tiga makanan tradisional India muncul sebagai favorit di antara para anggota grup: paneer, gulab jamun, dan capati.
Namun, bukan hanya soal makanan. Pementasan The Search for Sita berhasil mencuri perhatian dan memikat hati penonton India. Melalui perpaduan antara tari, musik, dan narasi yang kuat, pertunjukan ini mampu menjalin koneksi emosional yang mendalam, bahkan di negeri tempat kisah Sita berasal.
“Kami merasa terhormat bisa membawakan cerita Sita di tanah kelahirannya,” ujar Prof. Dewi Yulianti, Artistic Director grup ini. “Respon penonton sangat hangat dan menyentuh. Beberapa bahkan datang menemui kami setelah pertunjukan dengan mata berkaca-kaca.”
Kekhawatiran yang Berubah Jadi Kecintaan
Sebelum berangkat ke India, ada kekhawatiran tersendiri di antara para anggota tim mengenai makanan lokal yang mungkin tidak cocok dengan lidah mereka. Prof. Dewi Yulianti mengungkapkan bahwa adaptasi terhadap makanan India sempat menjadi topik diskusi sebelum keberangkatan.
“Sebelum berangkat, banyak dari kami bertanya-tanya apakah bisa cocok dengan makanan India. Namun setelah tiba, kami justru mulai menyukai makanan-makanan tersebut,” ujar Prof. Dewi.
Bahkan, lanjutnya, beberapa anggota grup mulai bertanya di mana mereka bisa membeli makanan seperti paneer dan gulab jamun setibanya kembali di Denpasar. Rasa penasaran berubah menjadi kecintaan, yang menambah warna dalam perjalanan budaya mereka.
1. Paneer: Sumber Energi Sehat di Tengah Latihan Intensif
Paneer, keju segar khas India yang kaya protein, menjadi pilihan utama para penari sebagai sumber energi sehat. Dimasak dalam berbagai bentuk seperti palak paneer (paneer dengan saus bayam) atau paneer tikka (paneer panggang dengan rempah-rempah), hidangan ini selalu hadir di meja makan setelah latihan panjang dan pertunjukan yang lumayan menguras energi.
“Setiap kali kami selesai tampil, tubuh terasa letih. Paneer selalu jadi penyelamat,” ujar salah satu penari utama. “Lunak, gurih, dan penuh nutrisi. Rasanya seperti pelukan hangat setelah panggung.”
2. Gulab Jamun: Manisnya Kebersamaan
Di sela-sela pertunjukan, gulab jamun menjadi pencuci mulut favorit yang dinanti-nanti. Bola-bola manis berbahan dasar susu ini direndam dalam es krim, dan menghadirkan rasa nostalgia serta kebahagiaan di tengah padatnya jadwal.
“Setelah menari dan menjelajah tempat-tempat suci seperti Chitrakoot dan Vrindavan, menyantap gulab jamun bersama terasa seperti merayakan keberhasilan kecil dalam perjalanan kami,” kenang salah satu anggota tim produksi. “Manisnya menyatukan kami semua.”
3. Capati: Simbol Kehangatan Rumah di Negeri Asing
Capati — roti pipih tradisional India — menjadi makanan pengikat yang menyatukan grup di waktu makan. Disajikan hangat bersama berbagai kari, capati bukan hanya sekadar karbohidrat pengisi, tetapi juga simbol kehangatan dan kesederhanaan.
“Capati terasa seperti rumah,” kata seorang penari muda. “Kami duduk melingkar, mencelupkan capati ke dalam dhal atau sabzi, dan mengobrol tentang pertunjukan serta tempat-tempat spiritual yang kami kunjungi. Makanan sederhana ini membawa rasa kebersamaan.”
Lebih dari Sekadar Makanan
Perjalanan grup The Search for Sita di India bukan hanya tentang pentas tari dan eksplorasi spiritual, tetapi juga tentang membangun hubungan yang lebih dalam melalui pengalaman bersama salah satunya lewat makanan. Paneer, gulab jamun, dan capati bukan hanya mengisi perut mereka, tetapi juga hati mereka.
Mereka bukan hanya menari untuk mencari Sita, tetapi juga menemukan potongan-potongan kecil dari diri mereka sendiri di antara langkah tarian, doa di tempat suci, dan tentu saja, dalam rasa manis dan gurih makanan India yang kini telah menjadi bagian dari kenangan berharga mereka. (Z/001)