Denpasar (Atnews) - Bencana Banjir menerjang Kota Denpasar, pada 9-10 September 2025 lalu ternyata banyak menyimpan kisah pilu.
Selain korban dan harta benda, bencana banjir juga mengakibatkan kerusakan pada sejumlah tempat penyimpanan darah dari PMI Kota Denpasar, yang membuat persediaan stok darah menipis.
Hal tersebut diperkuat, saat Komisi IV DPRD Kota Denpasar Medical Check Up salah satu Anggota DPRD Denpasar, Anak Agung Ayu Putu Priniti mendapatkan info, bahwa persediaan darah PMI Kota Denpasar menipis, karena saat banjir ada 300 kantong darah dalam kondisi rusak.
Selain itu, Bu Gek Ayu Priniti sapaan akrabnya juga melihat tembok RSUD Wangaya jebol akibat banjir.
Parahnya, saat itu kondisi mati listrik (blackout) otomatis tidak nyala kulkas penyimpan darah, yang membuat 300 kantong darah dimusnahkan.
Padahal, penyimpanan darah membutuhkan suhu 4-6 derajat Celcius dalam kondisi sistem kelistrikan normal.
Kemudian, Bu Gek Ayu Priniti sapaan akrabnya berinisiatif menggelar kegiatan Donor Darah dengan menghubungi Forum Komunikasi Paguyuban Etnis Nusantara (FKPEN) Bali, untuk membantu ketersediaan darah yang ada di PMI Kota Denpasar.
Berkat inisiasi Bu Gek Ayu Priniti, akhirnya
Forum Komunikasi Paguyuban Etnis Nusantara (FKPEN) Bali menyelenggarakan Bakti Sosial Donor Darah di Posko Bantuan FKPEN Rumah Sinergi, Jalan Tukad Musi I Nomor 5 Renon, Denpasar, Sabtu, 11 Oktober 2025.
Ketua Forum Komunikasi Paguyuban Etnis Nusantara (FKPEN) Bali, A.A. Bagus Ngurah Agung mengucapkan rasa syukur atas terselenggaranya kegiatan Donor Darah yang diinisiasi Bu Gek Ayu Priniti.
Bahkan, kegiatan Donor Darah diakui mendapat dukungan penuh dari berbagai elemen masyarakat, yang hadir mengajak anggotanya turut serta berpartisipasi menyumbangkan darahnya.
"Makanya kegiatan Donor Darah kami jalankan bersama dengan teman-teman yang tergabung dalam FKPEN Bali, sehingga kegiatan ini bisa terlaksana dengan baik," kata Ngurah Agung.
Untuk itu, Ngurah Agung mengucapkan terima kasih kepada Bu Gek Ayu Priniti dan Yusdi Diaz sebagai pemilik Rumah Sinergi, yang menyediakan tempat dan ruang buat FKPEN Bali menggelar Donor Darah.
"Selain Donor Darah, kami juga menyelenggarakan kegiatan penanggulangan bencana banjir dengan memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak banjir beberapa waktu lalu," sebutnya.
Sementara itu, Koordinator Donor Darah, Anak Agung Ayu Putu Priniti, sekaligus Anggota DPRD Kota Denpasar sangat mengapresiasi FKPEN Bali atas kegiatan tanggap bencana yang telah menyalurkan Bantuan Sosial (Bansos), seperti sembako, kasur dan kebutuhan warga terdampak banjir. Selain Bansos, lanjutnya FKPEN Bali juga melakukan kegiatan Donor Darah.
"Semoga nanti kedepan FKPEN Bali terus melakukan aksi sosial, yang juga terus meningkat dengan jumlah lebih besar," terangnya.
Tak hanya itu, Manajer Kualitas UTD PMI Kota Denpasar, Winda Rini, AMd.Kes., juga mengucapkan terima kasih kepada FKPEN Bali atas bantuannya mengadakan Donor Darah, lantaran stok darah menipis.
"Setelah bencana banjir kemarin terjadi kekosongan stok darah, tapi kami ucapkan terima kasih kepada FKPEN Bali telah mengadakan Donor Darah, sehingga ada ketersediaan darah," jelasnya.
Hingga saat ini, pihaknya membutuhkan darah sebanyak 20 kantong per hari buat daerah Kota Denpasar, yang melayani pasien di RSUD Wangaya Kota Denpasar.
"Jadi, 20 kantong darah per hari itu permintaan darah dari pasien," tambahnya.
Mengenai kebutuhan darah standar, lanjutnya darah yang dibutuhkan sebanyak 300-400 kantong darah per bulan.
Tak hanya RSUD Wangaya, pihaknya dari PMI Kota Denpasar juga melayani kebutuhan darah untuk Rumah Sakit Swasta yang tersebar di Kota Denpasar.
"RSUD Wangaya Denpasar perlu stok darah paling banyak, karena dia Rumah Sakit Umum (RSU), itu sampai perlu 300-an kantong darah per bulan ditambah lagi sejumlah Rumah Sakit Swasta di Kota Denpasar," urainya.
Sementara itu, permintaan darah buat pasien dibagi dalam 3 shift, yang dimulai dari shift pagi, sore dan malam hari yang masing-masing shift perlu 10-15 kantong darah.
"Banyak syarat donor darah dilihat dari kesehatan, kekentalan darah (Hb) dan juga tensi. Jadi, tidak boleh tensi tinggi dan rendah. Selain itu, juga kekentalan darah standarnya normal berkisar 12,5-17 miligram," kata Winda Rini.
Menurutnya, darah tersebut tidak langsung diberikan kepada pasien, tapi banyak proses dilalui, untuk pengambilan darah hingga proses pengolahan darah.
Syaratnya, darah yang diambil harus benar-benar sehat untuk diberikan kepada pasien.
Berikutnya, darah terbebas dari 4 parameter penyakit meliputi HIV, HBS HG, HCB dan Sepilis
"Kita harus terhindar dari 4 penyakit menular tersebut. Jadi, benar-benar darah yang diberikan kepada pasien itu adalah darah yang sehat," jelasnya.
Setelah itu, darah melalui proses pengolahan sesuai permintaan darah pasien.
"Entah nanti permintaan sel darah merah, sel darah putih atau trombosit. Jadi, ada pengolahan darah lagi tergantung dari permintaan pasien," kata Winda Rini menutup pernyataannya.
Pada kesempatan itu, hadir Ketum Badan Musyawarah Urang Sunda (BAMUS) Sunda Dr. Agus Samijaya, SH., M.Hum, Ketua FKPJ Jawa Timur Anton Wahyudi, Ketua Batak Bali Pontas Simamora, Aryana dan Romo Sin dari INTI, Musyadi dari Perumbas Banyumasan, IKEMAL Maluku, Flobamora dan etnis lainnya, serta Komunitas seperti Gg Bhinneka Yang Batu, Pagan Klod, Jimbaran Hijau dan lainnya. (WIG/001)