Buleleng (Atnews) - Timbunan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir(TPA) Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali sudah mencapai ketinggian kurang lebih 16 meter dari permukaan tanah. Dari luas areal TPA Bengkala mencapai 4,8 hektar, setiap hari kedatangan sampah, rata-rata 466 m3, dalam setahun sampah masuk 170.139 m3(56,145,87 ton).
Diperkirakan timbunan sampah di TPA Bengkala berjumlah 487,153 ton/hari. Dari produksi timbulan sampah yang ada di Kabupaten Buleleng, setelah dilakukan analisis, diketahui bahwa komposisi sampah tersebut, terdiri dari 72,41% merupakan sampah organik dan sisanya 27,59% adalah sampah anorganik.
Itulah terungkap, dalam liputan Atnews, saat Relawan Eco Enzyme Nusantara(EEN) bersinergi dengan Pemkab Buleleng, menggelar penyemprotan Eco Enzyme, serangkaian Hari Ulang Tahun EEN ke-6 tahun 2025 dengan tema "Jaga Bumi Jaga Kehidupan", di areal TPA Bengkala, pada Senen(20/10). Kegiatan penyemprotan eco ensyme ini dipimpin langsung oleh Sekretaris TP-PKK Kabupaten Buleleng, Ny. Made Hermawati Supriatna.
Bupati Buleleng diwakili Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup(DLH), I Gede Putra Aryana dalam sambutannya menyampaikan, bahwa permasalahan sampah khususnya limbah organik rumah tangga masih menjadi tantangan serius di berbagai daerah. Volume sampah yang masuk ke TPA Bengkala setiap harinya terus meningkat, sementara kapasitas lahan dan pengelolaan yang tersedia semakin terbatas. Akibatnya, timbunan sampah tidak hanya mengganggu estetika dan kesehatan lingkungan, tetapi juga menimbulkan emisi gas metana yang memperparah krisis sampah.
"Melalui kegiatan ini, kita ingin menegaskan bahwa komitmen kita untuk mencari solusi yang tidak harus datang dari teknologi mahal, tetapi juga dapat lahir dari kearifan dan kreativitas masyarakat. Salah satunya adalah dengan produksi Eco Enzyme, yaitu cairan hasil fermentasi limbah organik seperti kulit buah dan sayuran, gula merah, dan air yang terbukti memiliki banyak manfaat untuk kehidupan sehari-hari," ucapnya.
Produksi eco enzyme memberikan manfaat yang sangat luas, yaitu menghasilkan produk alami bagi pertanian, kebersihan, hingga perbaikan kualitas air dan udara, serta dapat membangun kesadaran masyarakat untuk memilah dan mengelola sampah langsung dari sumbernya.
"Inilah bentuk nyata dari gotong royong ekologis dimana, limbah bukan lagi dianggap sebagai masalah, melainkan sumber daya yang bernilai. Kami berharap, melalui gerakan produksi eco enzyme ini, masyarakat semakin tergerak untuk mengolah sampah di rumah, sekolah, perkantoran, hingga lingkungan desa dan kota," harapnya.
Kedepannya, gerakan produksi eco enzyme tidak boleh berhenti di pencapaian yang ada, melainkan harus terus bergerak, memperluas manfaat, memperkuat kolaborasi, dan memastikan bahwa gerakan ini dapat terus hidup dan tumbuh bersama masyarakat dan menjadi bagian dari solusi krisis lingkungan global.
Sementara itu, Ketua Panitia HUT EEN, Nyoman Sutrisna, yang juga sebagai Kelian Desa Adat Buleleng mengatakan, penyemprotan eco enzyme sangat bermanfaat bagi lingkungan. Bau yang ditimbulkan dari lingkungan yang tercemar bisa hilang. Eco enzyme merupakan mediator untuk mengurai bahan-bahan organik yang ada di TPA Bengkala sehingga bisa menekan timbulan gas metana.
"Kami bersama ketua EEN Kabupaten Buleleng memberikan sosialisasi bagaimana manfaat dari eco enzyme. Sudah dibuktikan melalui penelitian baik dari kampus ITB, UGM dan Brawijaya dan kami sudah mempunyai Badan Litbang (Penelitian dan Pengembangan) yang dapat menghasilkan suatu manfaat bagi lingkungan," terangnya.
Tidak hanya hari ini, penuangan dan penyemprotan eco enzyme akan terus dilakukan di beberapa tempat yaitu sungai Banyumala dan Buleleng serta akan terus melakukan gerakan masal pelestarian lingkungan melalui program pemberdayaan eco enzym. (WAN)