Oleh Prof Tjandra Yoga Aditama
Pertama, 1 November hari ini diperingati di seluruh dunia sebagai Hari Flu Sedunia (“World Flu Day”) sejak 2018 pada suatu simposium internasional yang memperingati 100 tahun Pandemi Flu Spanyol 1918. Jumlah pasien Pandemi 1918 adalah sampai 500 juta orang dengan 20 sampai 50 juta kematian. Jumlah yang meninggal akibat pandemi 1918 ini diperkirakan lebih banyak dari yang meninggal akibat perang dunia pertama.
Ke dua, sesudah pandemi Flu Spanyol 1918 maka ada lima kali kejadian besar akibat influenza, yaitu tahun 1957−1958 disebabkan virus influenza A H2N2, 1968 akibat virus influenza A H3N2 serta di tahun 2009 yang disebabkan oleh virus influenza A H1N1pdm09. Selain itu juga pada tahun 1977 pernah juga terjadi peningkatan kasus akibat virus influenza A H1N1 yang disebut sebagai “pseudo pandemic”. 
Ke tiga, kalau ada pandemi mendatang maka salah satu kemungkinannya adalah akibat infeuza lagi, dan mungkin juga zoonosis, yang berasa dari binatang.
Ke empat,  pandemi flu 1918 bermula dari gelombang pertama yang ringan dan lalu datang gelombang berikutnya yang amat menular luas. Artinya, walau sekarang peningkatan kasus memang belum bisa disebut wabah tetapi kita tetap harus waspada.
Ke lima, Sekarang ini, pada tahun 2025 WHO menyatakan bahwa di dunia setiap tahunnya ada sekitar 1 milyar orang yang terkena influenza, dimana 3 sampai 5 juta diantaranya mengalami penyakit yang berat. Disampaikan juga bahwa influenza menyebabkan 290.000 sampai 650.000 kematian dalam setahunnya, jadi angka yang cukup besar.
Ke enam, tujuan peringatan Hari Flu Sedunia adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat berbagai negara di dunia  tentang influenza, meningkatkan penelitian saintifik untuk ketersediaan vaksin flu secara universal dan memacu kerjasama global untuk pencegahan dan pengendalian  influenza. 
Ke tujuh, WHO menyatakan bahwa vaksinasi adalah cara terbaik untuk mencegah influenza. Kita harapkan agar pemerintah dapat memfasilitasi pemberian vaksin flu bagi warga kita yang memerlukannya, seperti sudah dilakukan di beberapa negara tetangga kita.
 
*) Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI / Adjunct Professor Griffith University Brisbane Australia, Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI),bPenerima Rekor MURI April 2024, Penerima Penghargaan Paramakarya Paramahusada 2024, Persatuan Rumah Sakit se Indonesia dan Penerima, Penghargaan Achmad Bakrie XXI 2025