Banner Bawah

Voices of Tomorrow bagi Jurnalis Muda,  Nuansa Baru Hubungan Indonesia - India di Era 'Internet of Everything'

Admin - atnews

2025-11-26
Bagikan :
Dokumentasi dari - Voices of Tomorrow bagi Jurnalis Muda,  Nuansa Baru Hubungan Indonesia - India di Era 'Internet of Everything'
Duta Besar India untuk Indonesia, Sandeep Chakravorty (ist/Atnews)

Jakarta (Atnews) - Kedutaan Besar India di Jakarta, bekerja sama dengan India News Desk membangun jembatan diplomatik berbasis media antara dua negara antara India dan Indonesia.

Dengan meluncurkan program “Voices of Tomorrow: Where Young Journalists Meet Editorial Wisdom” di Lothal Conference Hall, Gedung Kedutaan Besar India, Jakarta pada tanggal 29 Juli 2025.

Diharapkan, lahir jurnalis berkompeten dalam menyampaikan informasi dengan integritas tinggi. Memahami konteks global, khususnya hubungan strategis Indonesia–India.

Sekaligus siap menjadi pemimpin redaksi masa depan yang berorientasi pada kualitas, inovasi, dan kerja sama lintas negara. 

Acara itu dihadiri Duta Besar India untuk Indonesia, Sandeep Chakravorty, Duta Besar Indonesia untuk India, Ina Hagniningtyas Krishnamurthi. Hadir pula CEO India News Desk Sachin Gopalan.

Upaya itu dalam memperkuat hubungan kedua negara, ditambah India dan Indonesia sudah terhubung sejak Presiden Sukarno.

India dan Indonesia menjalin hubungan diplomatik pada 1949. Setahun kemudian, Presiden RI Soekarno didapuk menjadi tamu utama pada Hari Republik India yang pertama pada 1950. 

Demikian pula, Perdana Menteri pertama India, Jawaharlal Nehru ke Bandung, untuk menghadiri Konferensi Asia Afrika pada 1955.  

Dalam kepemimpinan Presiden Subianto memiliki langkah diplomasi yang kuat menjadi sinyal penting perubahan pendekatan luar negeri Indonesia. Apalagi hubungan Indonesia dan India semakin menguat di tengah pergeseran geopolitik global.

Bahkan Presiden Prabowo Subianto ke India sebagai Tamu Kehormatan pada perayaan Hari Republik India yang disambut oleh Presiden India Droupadi Murmu dan Perdana Menteri (PM) Shri Narendra Modi dari tanggal 24 hingga 26 Januari 2025.

Kunjungan Prabowo Indonesia ke India menegaskan penguatan serta perluasan kerja sama strategis antara Indonesia dan India, khususnya di sektor ekonomi, pertahanan, maritim, sejak kedua negara telah sepakat untuk menjadi mitra komprehensif strategis pada 2018.

Sebelumnya juga Presiden Joko Widodo menjadi tamu kehormatan peringatan Hari Republik Ke-69 di New Delhi, India pada Tahun 2018, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Tahun 2011 dan Presiden Sukarno kala itu jadi tamu untuk peringatan Hari Republik Pertama pada Tahun 1950.

Voices of Tomorrow dirancang sebagai inkubator intensif selama tiga bulan, terdiri dari 12 sesi pelatihan daring yang digelar setiap hari Sabtu mulai Agustus hingga Oktober 2025. Dimana dalam setiap sesi berdurasi tiga jam, dengan struktur mencakup paparan materi dari jurnalis senior India dan Indonesia, serta sesi interaktif berupa diskusi atau studi kasus.

Acara itu digelar Kedutaan Besar India di Jakarta dan India News Desk mendapatkan dukungan dari Ministry of External Affairs, Government of India.

Sesi ini merupakan kesempatan bagi jurnalis muda untuk belajar dan berdialog langsung bersama mentor internasional yang berpengalaman di bidangnya, membahas tentang jurnalisme secara digital dan membuat narasi digital yang lebih menarik.

Dalam sesi pertama Voices of Tomorrow tema "Human Rights Reporting" dengan dua mentor berpengalaman berbagi wawasan yakni Peneliti Human Rights Watch & Jurnalis Senior Andreas Harsono dan Chief Correspondent Reuters untuk Thailand & Myanmar Devjyot Ghoshal.

Sesi 2 dari Voices of Tomorrow menghadirkan tema "Gender Reporting" dengan dua mentor jurnalis inspiratif yakni Pemimpin Redaksi & COO Solopos Media Group (SMG) Rini Yustiningsih serta Reporter, Ignites Asia Financial Times Amy Sood.

Sesi ketiga dari Voices of Tomorrow bertemakan "Element of Strong Feature Writing" dengan menghadirkan Indonesia Economic Forum Shoeb Kagda, Strails Times Ravi Vellor dan Jurnalis Senior Harian Waspada Dian Warastuti.

Dalam sesi keempat, membahas seputar “Digital Journalism & Multimedia Storytelling” yakni First Post dari Palki Sharma dan Narasi TV dari Laban Laisila.

Untuk sesi kelima dengan mengambil tema “Data Journalism: Finding Stories in Numbers” dan dihadiri langsung oleh Sandeep Chakravorty (Duta Besar India untuk Indonesia) dan Sachin Gopalan (CEO India News Desk). Dua mentor hebat yang mengisi sesi ini, Nitin Jaiswal (Bloomberg) dan Primus Dorimulu (Investor Trust).

Sesi keenam dari Voices of Tomorrow telah dilaksanakan dengan mengambil tema “Political Reporting”. Sesi ini dihadiri oleh Bijay Selvaraj (Deputy Chief of Missions at the Embassy of India in Jakarta), Sachin Gopalan (CEO India News Desk). Dua mentor hebat yang mengisi sesi ini, Sandeep Unnithan (Chakranews) dan Uslimin (Kabar Bursa/ex Komisioner KPU SulSel).

Sesi ketujuh dari Voices of Tomorrow telah dilaksanakan dengan tema “Strategic Studies”. Hadirkan dua mentor hebat, Dipanjan Roy Chaudhury (The Economic Times) dan Taufiq Rahman (The Jakarta Post).

Sesi kedelapan bertemakan "Strategic Stuides" menghadirkan dua mentor berpengalaman di bidang jurnalisme lingkungan, yaitu Anumita Roychowdhury, Executive Director di Centre for Science and Environment (CSE), dan Harry Surjadi, jurnalis lingkungan senior dari Indonesia.

Sesi ke-9 dari program Voices of Tomorrow bertemakan "TV Journalism & On Camera Presence" menghadirkan dua mentor jurnalis terkemuka, Srinjoy Chowdhury dari Times Now dan Brigita Manohara dari TvOne.

Dalam sesi tersebut, mereka berbagi pengalaman dan wawasan mendalam tentang dunia jurnalisme televisi, termasuk bagaimana membangun kehadiran di depan kamera, menjaga kredibilitas saat siaran langsung, serta menghadapi tantangan di ruang redaksi TV modern.

Sesi 10 sebagai penutup dari program Voices of Tomorrow bertemakan "Locak Journalism & Community Engagement" menghadirkan dua mentor inspiratif: Swati Bhattacharjee, Asisten Editor Senior Anandabazar Patrika, dan Elin Kristanti, Direktur Eksekutif AMSI. 

Dalam sesi itu, para mentor berbagi pandangan tentang peran jurnalisme lokal dalam memperkuat keterlibatan masyarakat, membangun kepercayaan publik, dan menjaga relevansi media di tengah perubahan digital.

Inisiatif internasional perdana ini menjadi momentum bersejarah dalam peradaban yang saling menguntungkan kedua negara.

Program itu dirancang khusus untuk membekali jurnalis muda Indonesia dengan wawasan, keterampilan, dan jejaring internasional dalam dunia jurnalistik modern.

Lebih dari sekadar peluncuran, acara ini mempertemukan para pemimpin redaksi, jurnalis senior, dan diplomat ternama dari kedua negara, serta ratusan peserta dari berbagai provinsi di Indonesia, baik secara langsung maupun daring. 

Duta Besar India untuk Indonesia, Sandeep Chakravorty, menegaskan pentingnya kolaborasi media dalam melawan disinformasi dan membentuk narasi yang otentik. “Hari ini, narasi tentang India seringkali didominasi oleh sumber-sumber dari Barat. Melalui program ini, kita ingin membangun kapasitas dan koneksi lintas batas yang mampu menghadirkan pemberitaan yang lebih otentik dan seimbang antara India dan Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk India, Ina Hagniningtyas Krishnamurthi, menggarisbawahi peran penting media dalam membangun jembatan antargenerasi dan antarbangsa. 

“Media bukan sekadar pengantar informasi, tetapi agen pembentuk persepsi dan pemersatu masyarakat. Program ini akan menjadi wahana yang menghubungkan dua peradaban besar yang telah bertaut selama lebih dari dua milenium,” tutur Ina dalam sambutan daringnya.

Sementara itu, Ekonom Jro Gde Sudibya yang juga Pengamat Kecenderungan Masa Depan menilai Voices of Tomorrow sebagai nuansa baru hubungan Indonesia - India di era "Internet of Everything (IoE)".

Hal itu selalu menarik dalam mengulas hubungan Indonesia-India yang telah menyejarah, terlebih-lebih ada hubungan emosional yang mendalam antara negarawan pendiri India Mahatma Gandhi, Nehru dengan Soekarno dan Soetan Sjahrir. 

"Soekarno dalam berbagai kesempatan menyebut dirinya belajar politik dari Mahatma Gandhi," kata Sudibya.

Sedangkan Soetan Sjahrir dalam sebuah tulisannya sebelum kemerdekaan 17 Agustus 1945, menyatakan spirit perjuangannya terinspirasi oleh spirit politik sebagai kekuatan moral (moral force) yang ditelandankan oleh Gandhi dalam perjuangan politiknya. 

Hubungan Presiden Soekarno dengan PM Nehru begitu dekatnya, dokumentasi hubungan bersejarah di antara ke dua negara menjadi buktinya.

Pelatihan jurnalistik kepada wartawan muda Indonesia yang diinisiatifi pemerintah India, semestinya dilihat dalam konteks hubungan bersejarah tersebut.

India di bawah kepemimpinan PM Narendra Moodi mengalami kemajuan pesat di berbagai bidang industri, pertanian, farmasi, manufaktur, teknologi IT dan "high technology". 

Semestinya wartawan muda yang berkesempatan mengikuti pelatihan itu memperbanyak liputan tentang "success story" yang dicapai India, tidak sebatas berita tentang keagamaan.

Sedangkan, Akademisi Prof. I Gede Sutarya yang juga mantan wartawan menyambut baik pelatihan tersebut meningkatkan hubungan Indonesia-India.

"Ya bagus untuk meningkatkan hubungan Indonesia-India, sebab jurnalisme adalah hal yang sangat penting untuk membangun pemahaman yang baik antara Indomesia dengan India," bebernya.

Menurutnya, jurnalis sebagai garda terdepan untuk memberikan informasi yang bertanggungjawab kepada masyarakat.

"Terutama untuk melawan berbagai hoax yang bertebaran di media sosial," ujarnya.

Selain itu, momen itu dapat meretas kembali aliansi Sriwijaya, sebuah persemakmuran Indonesia dan India di masa lalu dari abad ke-7 Masehi sampai dengan abad ke 12 Masehi.

Disamping itu, Budayawan Putu Suasta yang juga Alumni UGM dan Cornell University turut memuji pelatihan itu dalam menyiapkan generasi emas Indonesia 2045 danViksit Bharat 2047. 

Cita-cita dan visi kedua negara itu realistis dengan kepemimpinan yang serius bekerja untuk kemajuan bangsa dan negara baik India dan Indonesia.

Indonesia memang harus terlibat dalam pengaruh dari diplomasi kebudayaan India (soft diplomacy). 

Selain India memiliki tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh kepada dunia. Tokoh India yang berpengaruh di dunia termasuk pemimpin pergerakan kemerdekaan seperti Mahatma Gandhi, tokoh agama seperti Sang Buddha (Siddhartha Gautama), pemimpin politik seperti Jawaharlal Nehru, dan para pemimpin teknologi global yakni Sundar Pichai (CEO Alphabet/Google) dan Satya Nadella (CEO Microsoft). 

Termasuk Ajay Banga: Presiden Grup Bank Dunia, Shantanu Narayen (CEO Adobe), Laxman Narasimhan (CEO Starbucks), Amrapali Ami Gan (CEO OnlyFans), Neal Mohan (CEO YouTube), Vinod Khosla merupakan Pengusaha India-Amerika dan pemodal ventura, salah satu pendiri Sun Microsystems. Hingga Jay Chaudhry, Miliarder teknologi asal India yang kekayaannya menempatkannya di peringkat tinggi dalam daftar miliarder global. 

India juga akan menjadi "hub" baru bagi dunia, pabrik-pabrik dari brand global sudah melirik negara tersebut. Termasuk sudah tiga raksasa otomotif Jepang, Toyota, Honda, dan Suzuki.

Begitu juga, Samsung telah membangun beberapa pabrik teknologi global di India, terutama di Noida dan Sriperumbudur. Pabrik-pabrik ini memproduksi berbagai produk seperti ponsel, laptop, tablet, dan perangkat wearable. 

Maka dari itu, hubungan Indonesia dengan India harus terus dikuatkan. Oleh karena, Indonesia bisa menjadi salah satu pasar yang potensial.

Apalagi hubungan peradaban India dengan Indonesia, khususnya Bali sudah berlangsung lebih dari 2.500 tahun.

Hubungan sejarah dan peradaban itu dapat dijumpai baik sudah di Jawa Barat, Sumatera, Candi Borobodur, Candi Prambanan dan warisan kebudayaan Bali.

Setiap tahun, India menggelar Festival Bali Jatra yang terkenal adalah peristiwa maritim di Cuttack, India.

Festival itu diadakan dari tanggal 5 hingga 12 November 2025, merayakan sejarah pelayaran kuno Odisha ke Asia Tenggara, Jawa hingga ke Bali.

Selain itu, ada juga Festival Kesenian Bali (Pesta Kesenian Bali) yang akan diselenggarakan di Bali dari 21 Juni hingga 19 Juli 2025, yang menampilkan seni dan budaya lokal Bali. 

Istilah Bali Jatra secara harfiah berarti 'Pelayaran ke Bali'. Setiap tahun Kartika Purnima menandai hari keberangkatan para pedagang laut ke kepulauan Indonesia. Untuk festival ini, orang-orang Odisha berkumpul dalam jumlah besar dengan pakaian berwarna-warni untuk merayakan sejarah maritim mereka yang gemilang. 

Begitu juga pada momen Bali Jatra 2025 dari Odhisa, diharapkan mampu menguatkan hubungan agama dan budaya. Dibuktikan dengan berbagai warisan seni, musik dan budaya dari generasi ke generasi.

Disamping itu, Subak di Bali adalah sistem irigasi tradisional yang diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 29 Juni 2012. 

Pengakuan ini diberikan karena keunikan dan filosofi mendalamnya yang menggabungkan teknologi, budaya, dan spiritualitas, yang tercermin dalam keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan (Tri Hita Karana).

Patut diketahui, Sistem Subak dipercaya pertama kali diajarkan oleh Rsi Markandeya dari India (Bharatavarsa).

Menurut kepercayaan masyarakat, Rsi Markandeya mengajarkan tata cara bercocok tanam dan mengelola air, yang menjadi cikal bakal sistem subak, di salah satu dusun di Desa Taro, seperti Dusun Puakan. 

Rsi Markandeya juga mengajarkan filosofi kehidupan selaras dengan alam kepada suku-suku lokal dan memperkenalkan berbagai ritual keagamaan yang masih dilestarikan hingga kini.

Dalam menyongsong generasi emas Indonesia 2045 danViksit Bharat 2047, maka kedua negara India dan Indonesia agar kerjasama semakin dikuatkan.

"Berkolaborasi dalam menjaga keseimbangan kerjasama budaya dan ekomomi kedua negara," ujar Suasta semabri memberikan selamat kepada PM Modi yang telah sukses melaksanakan upacara pengibaran bendera (Dharma Dhwaj) atau Dhwajarohan Utsav 1ejpada puncak Shri Ram Janmabhoomi Mandir, Ayodhya India, Selasa (25/11/2025).

India dan Indonesia juga menegaskan kembali komitmen kuat mereka untuk memperkuat kerja sama di bidang pertahanan dan maritim, seiring dengan berakhirnya kunjungan resmi Kepala Staf Pertahanan India (Chief of Defence Staff/CDS) Jenderal Anil Chauhan ke Indonesia pada 26–30 Oktober 2025 lalu.

Kunjungan selama lima hari ini menyoroti tekad kedua negara untuk memperdalam Kemitraan Strategis Komprehensif melalui pertemuan tingkat tinggi dan kolaborasi industri pertahanan yang berorientasi jangka panjang di kawasan Indo-Pasifik.

Kunjungan ini juga menjadi tindak lanjut dari hasil kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke India pada Januari 2025 yang memperkuat dasar kerja sama bilateral di sektor pertahanan dan industri militer.

Sebagai bagian dari agenda kunjungan, Jenderal Chauhan meninjau dua perusahaan pertahanan utama Indonesia, yaitu PT Dirgantara Indonesia (DI) dan PT Pindad, untuk memperoleh pemahaman langsung mengenai ekosistem manufaktur pertahanan nasional.

Dalam kunjungan tersebut, Jenderal Chauhan juga berdialog dengan perwakilan industri, lembaga kajian strategis, dan pakar pertahanan Indonesia. (GAB/001)

Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : Maharishi University Puji Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali

Terpopuler

KJPP Bungkam, Tanah Seluas 1,8 Hektar Seharga Rp 13,4 M Dinilai Rp 4,7 M di Tanah Proyek PKB Klungkung

KJPP Bungkam, Tanah Seluas 1,8 Hektar Seharga Rp 13,4 M Dinilai Rp 4,7 M di Tanah Proyek PKB Klungkung

BNPB Selesaikan Talud Darurat untuk Perlindungan Warga Ketitang Wetan, Kabupaten Pati

BNPB Selesaikan Talud Darurat untuk Perlindungan Warga Ketitang Wetan, Kabupaten Pati

Sewa Pertokoan di Dalung

Sewa Pertokoan di Dalung

Kemenpar–Kemenkes Perkuat Sinergi Kembangkan Wisata Kesehatan Indonesia

Kemenpar–Kemenkes Perkuat Sinergi Kembangkan Wisata Kesehatan Indonesia

Tahun 2026 APBD Badung Ditetapkan Rp 12,1 Triliyun lebih

Tahun 2026 APBD Badung Ditetapkan Rp 12,1 Triliyun lebih

Prodi HI FISIP UNSRI Gelar Career Coaching, Upaya Memperkuat Daya Saing Global Mahasiswa

Prodi HI FISIP UNSRI Gelar Career Coaching, Upaya Memperkuat Daya Saing Global Mahasiswa