Mengenang Romo Mudji, Pemikir Kebudayaan Itu Telah Tiada
Admin 2 - atnews
2025-12-30
Bagikan :
Oleh Jro Gde Sudibya (ist/Atnews)
Oleh Jro Gde Sudibya
Rohaniawan cum intelektual Mudji Soetrisno telah berpulang ke alam kedamaian beberapa hari setelah Hari Natal.
Romo Mudji dalam banyak tulisannya di berbagai media, termasuk majalah Prisma di era tahun 1980'an, rangkaian materi kuliahnya di Sekolah Tinggi Filsafat Drijarkara, adalah pemikir kebudayaan yang jernih, cerdas dan konsisten.
Kebudayaan sebagai identitas nasional, yang merupakan perpaduan, resultante dari kebudayaan daerah yang merupakan cikal bakal dari kekuatan peradaban nation-state Indonesia.
Sebagai Rokhaniwan Katolik dan orang yang lekat dengan budaya Jawa, mengingatkan dengan kalimat terukur dan tenang rasa, risiko dari Kebudayaan Indonesia dan juga Kebudayaan daerah "dibajak" oleh fanatisme agama yang buta, yang punya potensi disintegrasi bangsa dan wacana intelektual kebudayaan ke titik nadirnya.
Secara implisit Romo Mudji menyampaikan pesan, degradasi terhadap nilai-nilai budaya akan memerotkan kualitas pemikiran, kreativitas pemikiran yang bisa menuju "jurang" pembodohan, kebodohan dan kemasa-bodoan (ignorance).
Pemikiran Kebudayaan yang semakin relevan, di tengah bangsa dihadapkan kepada polarisasi SARA, yang punya "daya ledak"tinggi di tengah ketimpangan pendapatan dan ketidak-adilan ekonomi yang semakin dashyat.
Pemikiran Kebudayaan Romo Mudji, dapat mengingatkan kita akan pidato Ir Soekarno di depan PPKI tanggal 1 Juni 1945, yang kemudian diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Dalam bahasa terangnya benderang Ir Soekarno berucap, penganutan agama jangan mengganggu pengembangan kebudayaan sebagai identitas bangsa.
Dalam retorika Soekarno, bagi umat Hindu jangan keindia-indian, bagi umat Islam jangan kearab-araban dan bagi umat kristiani jangan kebarat-baratan.
Pesan kebangsaan dan kebudayaan yang mencerahkan dan melampaui zamannya.
Romo Mudji telah melakukannya, pemikiran dan kerja kebudayaan yang membebaskan (dari kebodohan, kemasabodoan) dan didedikasikan untuk pemulyaan dan kemulyaan manusia dan kemanusiaan. Selamat jalan dalam damai Romo, selamat beristirahat di alam ke abadian.
Di lingkungan fisik alam nan asri di pemakaman para pastor Giri Sonta di atas kota Semarang. Rahayu
*) Jro Gde Sudibya, Pengamat Kebudayaan dan Kecenderungan Masa Depan.