Denpasar, 29/1 (Atnews) - Walikota Denpasar memberikan Penghargaan kepada Subak Pagutan Denpasar sebagai duta kota Denpasar dalam rangka pembinaan, penataan kelembagaan dan evaluasi subak tingkat Provinsi Bali tahun 2011, dengan harapan subak tetap ajeg dan lestari terutama di Kota Denpasar.
Harapan Walikota Denpasar tampaknya masuk akal karena mungkin subak pagutan yang beranggotakan 71 petani itu lokasikan di jalur hijau, menjadi harapan untuk melestarikan subak di Denpasar, sebab yang lainnya sudah "diserbu" bangunan beton.
Harapan walikota itu hanya berlangsung sekitar lima hingga enam tahun, dan sekarang menjadi sia-sia, karena ada pembangunan rumah tinggal berskala besar, tempat kos-kosan bahkan terakhir dibangun pasar sengol untuk menjajakan beraneka kuliner.
Subak Pagutan dengan jalur hijaunya mungkin satu satunya di Kota Denpasar, kini sudah diserbu bangunan dan petani penggarapnya ada yang terpaksa menganggur. Kami sedih menggarap lahan sawah itu sejak saya kecil semasih orang tua, sekarang dicabut begitu saja," tutur sejumlah petani setempat.
Tanah sawah puluhan hektare itu konon pelaba pura dari sebuah piri di Denpasar, petani penggarapnya selalu ngayah (kerja) setiap odalan, sekarang sawah sudah ditanami bangunan, kata petani dengan muka sayu.
Satuan Polisi Pamong Praja dan Anggota DPRD Kota Denpasar seperti tidak bergeming menyaksikan kondisi ini, seolah-olah Perda Jalur Hijau lenyap begitu saja tanpa ada pengawasan dari yang berwenang.
Tidak mengherankan kalau subak yang namanya kesohor di dunia akan punah karena keberadaan subak akan habis, dan lahan produktif berubah fungsi sekitar seribu hektare setiap tahunnya di Bali. (atm/02)