Denpasar, (Atnews) - Manusia yang mempunyai wiweka, akan mampu membedakan mana benar dan yang mana salah atau yang mana baik dan yang mana buruk.
Dosen UNHI Denpasar, I K. Satria selaku pembicara dalam diskusi sastra serangkaian Bulan Bahasa Bali 2020 secara tersirat menyatakan, dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak cukup hanya memiliki wiweka atau mampu membedakan antara benar dan yang salah saja.
Yang terpenting kita harus wicaksana atau bijaksana dalam setiap tindakan maupun perilaku. Orang bijaksana tidak hanya mampu membedakan yang mana benar dan yang mana salah, tetapi sekaligus melaksanakan atau melakukan yang mana dianggap benar.
Karena jika hanya bisa membedakan mana benar mana yang salah percuma saja, tanpa ada ditindaklanjut aksi nyata, kata di dalam diskusi yang bertema: "Citta Wredhi Niroda" atau "Mengolah Akal Sehat" .
Kalau diteliti lebih mendalam dalam pustaka-pustaka menurutnya, makna yang terkandung didalam kata wicaksana adalah mengutamakan kebenaran; dalam hal ini setiap tindakan mengutamakan kebenaran, tegasnya.
Dalam pustaka Mundaka Upanisad ada disebutkan:"Satyameva jayate nanrtam satyena pantha vitato devayanah yenakramantyrsayo hyaptakama yatra tat satyasya paramam nidhanam". Kutipan tersebut menurut K. Satria bahwasanya kurang-lebih bermakna, kebenaran itu pasti akan menang atau jaya; dan yang salah pasti akan kalah atau terhempas.
Lebih jauh ia menyampaikan, kebenaran yang sudah ditunjukkan oleh para Dewa itu harus kita lakoni dan utamakan dalam pemikiran untuk menuju rahayu atau ketentraman, kebahagiaan dan kedamaian. Ini dikatakan sebagai jalan Tuhan yang sangat baik.
Kalau hal ini mampu dipertahankan akan bisa memperolah hasil amat besar yang dalam istilah keagamaan Hindu di Bali disebut "dewaning patute". Dalam diskusi sekitar dua jam itu berbagai pertanyaan muncul dari peserta diantaranya dari I Gst Ayu Diah Pradnya Swari mahasiwa UNHI. Gusti Ayu Diah mengatakan, dirinya melakukan sesuatu dan sudah diketahui tidak benar, tapi masih saja ia lakukan. Pertanyaannya bagaimana caranya mengolah pikiran agar perbuatan yang sudah disadari salah, tidak lagi terulang.
Menanggapi hal tersebut menurut, K. Satria, kita harus terus menerus untuk berusaha melatih diri sendiri atau melakukan tapa untuk mengendalikan emosi dan pikiran. Ia menyarankan dalam menghadapi suatu masalah tetap selalu berusaha dan berupaya dengan didorong dan didasari rasa ikhlas, bukan pasrah, tegasnya.
Dasar kita hidup adalah penderitaan. Sekarang bagaimana kita mengelolanya agar tercapainya suatu harmoni dalam hidup. Ia mengakui ini tergantung dari individu masing-masing. Dalam diskusi yang melibatkan kurang-lebih seratusan anak-anak SMP, SMK dan masyarakat itu menampilkan pembicara, I Made Adi Surya Pradnya. .Sementara sore nanti mulai pkl: 16.00 WITA masih serangkaian menyemarakkan Bulan Bahasa Bali tahun 2020 ini akan mementaskan drama modern atau Sesolahan Seni Sastra, "Togog" oleh Teater Topenk, SMSN. 2 Denpasar bertempat di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali. ( ibm/atm ).