Denpasar (Atnews) - Ketua Umum (Ketum) Saya Indonesia Kumar Abhisek menilai pembagian sembako Pamerintah Kabupaten Karangasem yang dilakukan pada tanggal 15 Mei lalu kurang efektif.
Apabila nilainya kecil, sembako dibagikan seharga Rp100.000 hanya sekali dapat, tentunya tidak menolong rakyat secara maksimal.
"Bagaimana kalau dia hidup suami istri, empat anak dengan orang tuanya masih ada, " kata Abhisek di Denpasar, Selasa (19/5).
Apalagi pengadaan melalui pengumpulan terlebih dahulu yang distok pada satu tempat (GOR Gunung Agung), wajar masyarakat menimbulkan kecurgiaan besar.
Berbeda halnya, bantuan yang dilakukan oleh masyarakat swasta tentunya jumlahnya tidak dapat menjangkau semua pihak.
Namun, kebijakan pemerintah itu merupakan sebuah kewajiban dalam memastikan rakyatnya memperoleh kehidupan yang layak.
Dengan ada penumpukan sembako di satu tempat mengundang kecurigaan, kondisi itu sensitif, khawatir ada permainan dengan para supplier, dimana proses pengadaan perlu adanya transparansi dan sesuai dengan prosedur.
"Apa benar, nilai bantuan itu sesuai dengan nominal yang disebut, serta memerlukan pengawasan yang lebih ketat oleh semua elemen, " tanyanya.
Selain itu, besaran sumbangan sebaiknya ada pengkajian yang terukur dan komprehensif karena menggunakan APBD yang merupakan uang rakyat bukan pejabat tertentu.
Dibandingkan memberikan sembako pada segelintir masyarakat, sebaiknya pihaknya mengharapkan ada pembangunan dapur umum setiap banjar menjamin warga kurang mampu makan setiap hari.
Dapur umum itu agar dijamin pasokan barangangnya oleh pemerintah dengan pemenuhannya sembakonya dibeli dari hasil petani sekitar banjar.
Upaya itu juga menjamin kepastian panen petani sekaligus perekonomian sekitar masyarakat setempat membaik.
Diperkirakan, dapur umum lebih efektif, dimana orang mampu akan malu ambil makanan ke banjar.
Dengan adanya dapur umum, donatur akan lebih percaya memberikan sumbangannya dan lebih tepat sasaran.
Untuk itu, masyarakat setempat diyakini akan ikut memberikan kontribusinya.
Dibandingkan, pemberian sembako hanya sekali dan sumber barangnya tidak dari masyarakat sendiri, tentunya memiliki dampak buruk terhadap pertumbuhan ekonomi.
Upaya itu untuk memberikan keamanan pangan, bukan lagi ketersediaan pangan sehingga masyarakat ada kepastian makanan.
Dengan adanya kepastian makanan, dapat mencurangi beban psikologis masyarakat yang mempengaruhi ketenangan warga.
"Untuk itu, pentingnya membangun solidaritas dan gotong-royong bersama agar sesuai dengan jiwa Pancasila dalam hidup berdampingan dengan pandemi COVID-19," tutupnya. (ART/001)