Karangasem (Atnews) - Kreasi Ogoh - Ogoh 100 persen tanpa sterofom buatan Seka Truna Truni (STT) Abdi Karya, Tempek Pemuhunan, Banjar Adat Gede, Desa Pekraman Muncan, Selat, Karangasem.
Karya seni hasil karya anak muda ini patut diacungi jempol. Pasalnya bukan hanya sekedar menggunakan bahan ramah lingkungan namun hasil karyanya pun bisa dikategorikan sebagai salah satu karya ogoh - ogoh terbaik yang ada di Kabupaten Karangasem.
Ketua STT Abdi Karya, I Nyoman Budha Saputra kepada media ini menjelaskan, pawai ogoh ogoh tahun 2019, dirinya bersama seka truna sepakat untuk mengangkat tema "Prabu Mahisasura" yang menceritrakan seorang raja sakti mantra guna berwujud kerbau.
Dalam lakonnya, dikisahkan Prabu Mahesasura adalah seorang raja di kerajaan yang bernama Mahisasaka. Konon diceritrakan Mahesasura adalah seorang raja yang memperoleh anugrah dari Dewa Brahma atas kegigihannya dalam melakukan tapabrata.
Anugrah tersebut berupa kesaktian yang tak bisa dikalahkan baik oleh manusia, raksasa maupun Dewa sekalipun.
Dengan kesaktian tersebut, Maheshasura mampu menaklukan ketiga dunia. Oleh sebab itu, Dewa Tri Murti menjadi khawatir hingga akhirnya meminta bantuan kepada Dewi Durga untuk mengalahkan Mahishasura.
Singkat ceritra, Sang Dewi pada suatu ketika akhirnya berhadapan dengan Mahishasura. Pertempuran sengit pun tak terelakkan, Dewi Durga melemparkan seutas Tali “Pasa” yang langsung menjerat Mahishasura.
Merasa terdesak, Maheshasura mencoba melawan dengan cara berubah wujun menjadi seekor Singa namun akhirnya Sang Dewi dengan cepat menebas kepala Mahishasura yang mengakibatkan Mahisashura tumbang dan tewas.
Terlepas dari lakon karakter ogoh - ogoh tersebut, proses pembuatannya juga dilakukan dengan sedetail mungkin demi mendapatkan hasil karya yang maksimal.
Meski bahan bahan yang dipergunakan sepenuhnya menggunakan bahan organik seperti kerangka terbuat dari bambu yang dianyam serta memakai koran bekas dan kertas semen sebagai kulitmya.
"Kita sama sekali tidak memakai Sterofom dalam pembuatan ogoh - ogoh ini, sehingga tantangan yang paling rumit itu ketika mengerjakan bagian pembentukan detail anatomi dan struktur kerangkanya," kata Budha Saputra saat ditanya kendala dalam pengerjaan ogoh - ogoh ini.
Pengerjaannya sendiri dilakukan mulai tanggal 26 Januari 2019 dikomandoi dua seniman ogoh ogoh asli Desa Muncan bernama I Made Dyana dan I Komang Pande Arjana.
Untuk biaya pembuatannya sendiri sampai saatini sebesar Rp. 8.700.000,00 yang berasal dari sumbangan sukarela anggota STT beserta warga tempek Pemuunan.
Dengan anggran yang minim, menurut Budha Suparta, sebuah karya dibuat dengan kebersamaan memiliki nilai kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi sekaa trunatruni, karena meski didukung dengan angran yang banyak jika tidak dikerjakan bersama sama maka kepuasan atas karya yang dihasilkan tidak akan sempurna.(GD/ika)