Jakarta (Atnews) - Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia Pusat Mayor Jenderal TNI (Purn.) Wisnu Bawa Tenaya, S.I.P. mengajak umat Hindu tetap konsentrasi penuh dalam menghadapi pandemi COVID-19 agar segera kondisi pulih.
"Umat Hindu jangan mudah terprovokasi dan memancing keributan dalam media sosial, sebagai manusia diberikan waktu sangat terbatas sedangkan kehidupan sangat panjang," kata Wisnu Bawa Tenaya yang juga Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Jakarta, Senin (13/7).
Oleh karena itu, dalam ajaran umat Hindu selalu mengedepan cinta kasih (tat twam asi & vasudhaiva kutumbakam) dan saling menghormati.
Hal itu dalam mengimplementasikan Pancasila, sebagai orang yang mengaku Ber-Tuhan tentunya sikapnya penuh etika dan sopan santun.
Menurutnya, tidak ada manusia yang paling hebat tetapi semua memiliki kesempatan yang sama untuk hidup yang lebih baik.
Maka dari itu, diharapkan dapat hidup bersama dan saling menghargai sesuai dengan desa mawacara dan desa kala patra dalam membangun peradaban manusia yang lebih baik.
Untuk itu, pihaknya memberikan konsep Semangat 45 di tengah pandemi COVID-19 sejalan dengan protokol kesehatan, empat sehat lima sempurna.
Konsep tersebut untuk menjawab secara sekala dan niskala maupun jasmani (raga) dan rohani (jiwa).
Pertama cuci tangan dan mandi secara jasmani dan melukat secara rohani.
Kedua dengan mengkonsumsi makanan dan minum bergizi & berkalori secara fisik sedangkan siraman rohani melalui dharma wacana untuk peningkatan pemahaman agama yang dianut (Jnana).
Dengan melibatkan para orang suci yang sudah berpengalaman yang mengetahui pengetahuan suci umat Hindu (Veda), tokoh-tokoh Hindu, cendekiawan atau intelektual dan akademisi dari perguruan tinggi yang bernuansa Hindu.
Penyelesaian dapat dibicarakan dengan baik-baik melalui diskusi secara sehat dan tenang maupun musyawarah sesuai amanat Pancasila.
Mengingat masih dalam nuansa peringatan bulan kelahiran Pancasila dan menyambut Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada kesempatan itu, pihaknya memberikan apresiasi kepada PHDI Bali yang sudah melakukan pendekatan secara musyawarah dalam memberikan pengayoman terhadap umat Hindu di Bali dengan Anggota Perkumpulan International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) Indonesia.
PHDI Pusat tentu mengayomi semua umat Hindu termasuk Sampradaya, termasuk Hare Krishna melalui lembaga ISKCON Indonesia, memang ada landasannya.
Selain mereka mengakui beragama Hindu dan KTP-nya juga Hindu, pasal 41 Anggaran Dasar PHDI hasil Mahasabha Tahun 2016 maupun Mahasabha sejak tahun 2001 di Hotel Radisson, sudah mengamanatkan untuk memberikan pengayoman terhadap organisasi yang bernafaskan Hindu di seluruh Nusantara.
Selain Hindu di Bali ada pula Hindu dengan tradisi setempat, seperti di Tengger-Bromo Jawa Timur, Hindu Kaharingan di Kalimantan, Hindu di Sidrap-Toraja, Hindu etnik dan kultur India di Sumatera Utara, dan lain-lain.
Hare Krishna melalui ISKCON telah mengajukan permohonan pengayoman, dan diberikan surat tertanggal 4 April 2016 dengan No. 413/Parisada P/IV/2016. Keputusan Pengurus bersifat kolektif kolegial, dan sudah sesuai amanat Anggaran Dasar.
Sebagai organisasi, ISKCON tidak hanya punya Surat Pengayoman PHDI Pusat. Tetapi sebagai badan hukum dengan Keputusan Menteri Hukum dan HAM NO. AHU-0001067.AH.01.08 TAHUN 2019 tentang Persetujuan atas AD/ART ISKCON juga memiliki Surat dari Kementerian Agama RI. Tanda Daftar No. 1230/DJ.VI/BA.00/07/2019.
Lebih lanjut dijelaskan, ketiga dengan menggunakan masker secara sekala, sedangkan niskala melalui mono brata seperti ketika Hari Suci Nyepi maupun dengan Yoga.
"Keempat, jaga jarak secara fisik sedangkan secara niskala, atman dan brahman kan menyatu," ungkap Wisnu Bawa Tenaya.
Sedangkan kelima ingat berdoa dalam menyempurnakan keempat hal tersebut.
Pengenalan konsep Semangat 45 merupakan upaya dalam mudahkan pemahaman umat Hindu.
Dalam implementasinya membutuhkan kebersamaan dan kedisiplinan semua umat.
Ia juga mengingatkan umat Hindu terhadap tiga kerangka umat Hindu yakni tatwa, susila dan upacara. Dalam upacara tentu membutuhkan sarana dan upakara sesuai desa kala patra.
Begitu juga, sebagai umat Hindu tetunya mengetahui Panca Sradha (Brahman, Atma, Karma Phala, Punarbhawa dan Moksa).
Catur Purusa Artha yang merupakan empat tujuan hidup yang diatur dan sudah disesuaikan dengan sifat alami manusia yakni Dharma, Artha, Karma dan Moksa.
Moksa merupakan tujuan tertinggi dari umat Hindu, dimana disebutkan
“Moksartham jagadhita ya ca iti dharma” yang artinya tujuan agama (dharma) adalah untuk mencapai moksa (kelepasan) dari kesenangan duniawi (jagadhita).
Dengan Catur Marga yang merupakan empat jalan yang harus ditempuh dalam usaha manusia menuju kepada Tuhan Sang Maha Pencipta yakni Yoga Marga (Raja Yoga), Jnana Marga (Jnana Yoga), Bhakti Marga (Bhakti Yoga) dan Karma Marga (Karma Yoga).
Setiap upacara di pura ada Panca Gita yaitu suara bajra, mantra, kidung, kulkul dan gamelan. Hal itu yang memiliki nilai - nilai luhur.
Umat juga agar mengendalikan Panca Indra, melaksanakan Tri Kaya Parisudha dan Tri Hita Karana.
Dengan menjaga hubungan yang harmonis manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama dan manusia dengan lingkungan.
"Saling menghargai dan tidak ada pemaksaan kehendak dan masing-masing elemen, " tegas Wisnu Bawa Tenaya yang juga Pangdam IX/Udayana 2012-2014.
Apabila pemahaman itu dimiliki setiap orang, mestinya polemik terkait Hindu di Bali, Indonesia maupun India tidak terjadi.
Untuk itu, pada masa pandemi merupakan momentum memperkuat jnana umat agar semakin ditingkatkan baik pengetahuan para vidya dan apara vidya. (RUT/GAB/WW/001)