Payangan, (Netnews) - Ribuan anggota masyarakat Banjar Sema Desa Melinggih Payangan Gianyar dari anak anak, sekeha Teruna Teruni hingga dewasa ikut mengarak Ogoh-ogoh yang diberangkatkan dari Setra (kuburan) setempat.
Sedikitnya sembilan Ogoh-ogoh berukuran raksasa, menengah dan kecil diarak lebih dari dua jam dari kuburan menuju Bencingah (pasar) Payangan yang jaraknya sekitar tiga Km pergi pulang diiringi tiga barung gambelan bleganjur.
Arak-arakan patung raksasa itu ke pusat kota kecamatan Payangan dalam rangkaian Hari Pengrupukan sehari menjelang Nyepi Caka 1941, Rabu malam. Mendapat pengawasan dari aparat Kepolisian, Pecalang termasuk pemuka adat juga hadir.
Arak-arakan Ogoh-ogoh memang tidak berkaitan dengan pelaksanaan Nyepi tetap mendapat perhatian masyarakat, apalagi semua banjar adat di Desa Melinggih menggunakan arena itu, untuk pawai hasil karya seni anak muda setempat.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi tahun 1986, Ogoh-ogoh didefinisikan sebagai ondel-ondel yang beraneka ragam dengan bentuk yang menyeramkan namun tetap ramai disaksikan masyarakat.
Apalagi Ogoh-ogoh dari Banjar Sema sebelum diarak keliling Bencingah dipelaspas di Setra dan setiap penyandangnya diberikan kain poling menambang angker dalam perjalanan keliling di jalan desa dan diyakini bahwa semua itu untuk keselamatan umat. (ika)