Banner Bawah

Indonesia Hebat dalam Dialog Imajiner dengan Mahatma Gandi

Artaya - atnews

2020-11-27
Bagikan :
Dokumentasi dari - Indonesia Hebat dalam Dialog Imajiner dengan Mahatma Gandi
Slider 1

Oleh I Nyoman Subanda, Dosen Undiknas Denpasar
​Pada suatu sore yang sejuk disalah satu panta indah di Bali saya menyempatkan diri jalan-jalan untuk menikmati sunset sekaligus mencari inspirasi untuk menuangkan ide-ide tulisan yang bermanfaat. 
Tiba-tiba langkah saya terhenti karena saya melihat sosok lelaki tua, kurus, dan body reltif kecil duduk termenung di pinggir pantai yang nampaknya lagi berpikir tentang sesuatu yang besar. 
Dalam benak saya rasanya saya kenal dan familiar dengan sosok lelaki tua tersebut. Akhirnya saya memberanikan diri untuk menghampiri beliau. 
Saya sangat penasaran dengan sosok karena sepertinya saya sering melihat foto-fotonya di buku-buku sejarah. 
Setelah saya mendekat saya memberanikan diri untuk bertanya dan berharap bapak tua yang tetap bersahaja dan kelihatan bijak itu mau diajak diskusi. Keinginan dan harapan saya terkabul. Akhirnya kami berbincang-bincang santai di pinggir pantai sambil menikmati angin sepoi-sepoi di pinggir santai.
Saya ​​: Mohon maaf tuan, apakah tuan Mahatma Gandhi pejuang dan sekaligus pemimpin India di masa lalu?
Gandhi : Ya saya Gandhi, Mahatma itu sebutan atau gelar keagamaan yang diberikan masyarakat Hindu di India. Apakah Anda mengenal saya?
Saya​: Ya saya mengenal tuan dengan baik, tapi lewat cerita guru, dosen, tokoh-tokoh, dan bacaan-bacaan tokoh-tokoh dunia yang lain.
Gandhi​ : Oh begitu? Apa yang Anda kenal tentang saya?
Saya ​: Banyak tuan. Tuan adalah pemimpin India yang tersohor di dunia, pejuang kemerdekaan tanpa kekerasan, dan pejuang kemanusiaan yang humanis. Salah satu tokoh cerdas dunia yang kaya akan konsep-konsep kebangsaan dan nilai-nilai nasonalisme dan banyak lagi sebutan terhormat yang mesti tuan sandang.
Gandhi : Tapi Anda cukup menyebut saya Gandhi saja. Semua predikat itu adalah pemberian dan sebutan orang. Saya tidak merasa sehebat itu. Mari kita mulai diskusi ringan kita tanpa pamrih dan kebohongan.
Saya ​: Baik tuan Gandhi, saya akan mulai pertanyaan kecil saya mengenai bagaimana konsep Anda tentang kebangsaan dan nasionalisme pada masyarakat multikultural seperti Indonesia ini?
Gandhi : He..he..he Anda keliru bertanya tentang multikultural di Indonesia dengan saya karena Indonesia jauh lebih hebat dari India. Tokoh-tokoh dan pemimpin Indonesia pun jauh lebih hebat dari pemimpin India.
Saya​: Hebatnya Indonesia apa tuan?
Gandhi : Indonesia sudah menjadi masyarakat majemuk multikultural dari dulu. Ada ratusan suku, ras, agama, bahasa, dan beberapa bangsa ada di Indonesia. Mereka hidup rukun, damai, dan terjalin kekeluargaan yang luar biasa sebagai sebuah keluarga yang harmonis. Sedangkan negara lain hanya ada dua suku saja sering berkonflik. Ada dua agama saja bisa memisahkan diri menjadi dua negara seperti India dan Pakistan. Ada dua aliran saja bisa terus berkonflik seperti India dan Srilanka. Malah ada yang masih dalam satu suku dan ras karena perbedaan paradigma ideologi dan kepemimpinan saja bisa berpecah-pecah bisa menjadi beberapa negara seperti di Eropa. Indonesia kan masih utuh dan tetap harmonis seperti sekarang.
Saya​: Terus kalau pemimpin Indonesia yang tuan anggap hebat itu seperti apa?
Gandhi​ : Oh banyak, Soekarno pernah mengatakan kalau Islam janganlah menjadi Islam yang Arab. Kalau Hindu janganlah menjadi Hindu yang India. Kalau Kristen janganlah menjadi Kristen yang Yahudi. Kalau Budha janganlah menjadi Budha yang Tibet. Jadilah Islam, Hindu, Kristen, Budha yang nusantara yang Indonesia.
Saya​: Kalau mantan Presiden Soeharto bagaimana tuan?
Gandhi : Dia juga orang hebat. Stabilitas nasional demi menjaga kerukunan umat, kemudian hidup dalam kedamaian dia mampu ciptakan. Kalau ada riak-riak kecil dia redam, kalau ada aliran radikalisme dia hilangkan. Di bawah Soeharto Indonesia menjadi aman dan damai. Malah mungkin dia ahli strategis terbaik di Asia.
Saya​: Bagaimana kalau Habibie?
Gandhi : Dia bukan orang politik, tapi orang cerdas, jujur, tulus dan mempunyai rasa sense of belonging yang besar terhadap negara. Visinya bagus, terutama membawa negara menjadi lebih modern. Tapi sayang, dia terlalu lugu dan polos sehingga dikibuli oleh banyak orang.
Saya​: Bagaimana dengan Gus Dur ?
Gandhi : Wah..wah..wah ini orang hebat. Orang agamais yang sangat moderat. Bagi saya dialah tokoh multikultural dan toleransi Indonesia. Pada era  Gus Dur lah kaum minoritas diberikan tempat yang baik. Pada era beliau antara ras, suku, dan agama diberikan ruang untuk saling berperan. Pada Gus Dur juga orang China dan agama Konghucu diberikan hak yang sama degan ras, suku, dan agama yang lain. Walaupun penglihatannya terganggu, tapi mata batin dan kecerdasannya melampaui daya nalar kita. Sayang juga dia dikibuli dan diturunkan ditengah jalan karena tidak bisa dipegang oleh kaum oportunis.
Saya​: Kalau mantan Presiden Megawati bagaimana menurut tuan?
Gandhi : Merdeka, merdeka, merdeka itu kan sering kalimat diucapkannya. Artinya beliau menginginkan kemerdekaan yang sungguh-sungguh terjadi di Indonesia. Tidak hanya wacana dan legal formal tapi juga realitas kehidupan sosial. Buktinya sekarang idenya sudak diadopsi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai moto kampus merdeka dan merdeka belajar.
Saya​: Bagaimana dengan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ?
Gandhi : Kalau beliau ini, seorang tentara yang berhati sipil. Kadang-kadang sensitif tapi jiwanya halus. Reformasi ditubuh TNI dan Polri merupakan salah satu gagasan dari beliau ini. Rasanya agar TNI Polri keluar dari politik, netral dan kembali ke barak merupakan salah satu kontribusi pemikiran SBY. SBY juga orang yang pintar berbahasa Indonesia dengan ejaan yang benar. Kalau tidak salah senang mengarang lagu dan bernyanyi.
Saya​: Bagaimana dengan Presiden yang sekarang, Presiden Joko Widodo?
Gandhi : Nah.. nah..nah ini dia,  saya suka orang ini. Lugu, pekerja keras, tulus, tapi punya prinsip tentang kemajuan bangsa. Karakter saya agak-agak mirip dengan presiden ini. Masyarakat multikultural dengan berbagai keragaman suku, agama, dan ras sangat beliau ingin pertahankan dan kembangkan di Indonesia. Dia juga mempunyai visi besar terhadap citra negara. Tapi biasalah pemimpin hebat banyak godaan dan gangguan. Saya juga begitu. Malah saya sampai ditembak mati hanya karena saya ingin berdamai dengan lawan-lawan politik dan mempertahankan hidup yang harmonis di India. Bukan hanya idealisme dan kerja kerasnya yang identik dengan saya, tetapi juga kurus dan gaya hidupnya yang sederhana.
Saya​: Kalau yang tuan ceritakan tadi, saya sudah tau dan merasakannya tuan. Yang saya ingin tau bagaimana konsep nasionalisme dari tuan ?
Gandhi : My Nasionalism is Humanism. Nasionalisme adalah kemanusiaan. Sayangi semua manusia. Siapa, bagaimana, dan darimana pun itu. Jaga dan rawat persahabatan seperti Anda merawat dan menjaga diri  dan keluarga Anda.
Saya​: Bagaimana tentang konsep keagamaan?
Gandhi : My religion is humanism. Agama bukan soal ucapan dan ritual tapi soal perilaku dan menghargai kemanusiaan. Tuhan ada pada diri Anda dan diri setiap orang. Sayangi dan hormati mereka seperti Anda menyayangi dan menghorati Tuhanmu.
Saya​: Lo, kalau cuma itu kan kami sudah punya tuan. Kami sudah punya Pancasila. Sila pertama dan kedua sudah kami amalkan dari dulu.
Gandhi : Lah, kan sudah saya bilang negara Anda hebat. Negara Anda kaya akan segalanya. Negara Anda mempunyai tokoh-tokoh hebat. Kearifan lokalnya juga luar biasa.
Saya​: Saya kok tidak merasakan tuan?
Gandhi : Ya karena Anda tidak pernah bersyukur dan selalu merasa kurang. Mungkin juga tidak percaya diri.
Saya​: Terus sekarang bagaimana ?
Gandhi : Jangan menjadi orang lain. Jadilah masyarakat Indonesia yang Indonesia yang berjiwa Indonesia, cinta Indonesia, dan bangga Indonesia, serta percaya diri bahwa Indonesia itu hebat dan akan terus menjadi hebat.
Saya​: Terimakasih tuan Gandhi. Anda telah membuka pikiran dan mata hati saya. Salam dengan tokoh-tokoh hebat lainnya.
Gandhi : Terimakasih juga telah mau medengar karena saat ini sulit mencari pendengar.
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : Kasum TNI Keynote Speech Rakornas Penanggulangan Bencana di Surabaya

Terpopuler

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

POM MIGO KAORI

POM MIGO KAORI

Gandhi Jayanthi, Tujuh Dosa Sosial, Ekspresi Masyarakat di Titik Nadir Etika dan Moralitas

Gandhi Jayanthi, Tujuh Dosa Sosial, Ekspresi Masyarakat di Titik Nadir Etika dan Moralitas

Perlindungan Sapi, Selamatkan Lingkungan

Perlindungan Sapi, Selamatkan Lingkungan

Pemuliaan Sapi, Pendekatan Teologi, Bukti Empirik dari Pendekatan Induktif

Pemuliaan Sapi, Pendekatan Teologi, Bukti Empirik dari Pendekatan Induktif