Oleh I Gde Sudibya
Tantangan Bagi PHDI sebagai penjaga hati nurani Umat Hindu Indonesia dalam NKRI.
Dengan menggunakan kerangka pikir sejarahwan ternama Yuval Noah Harari dalam bukunya: Homo Deus, tentang krisis yang dihadapi manusia yang mensejarah.
Kelaparan, wabah dan perang, sehingga Pandemi Covid-19, berpotensi menciptakan kemiskinan massif, kemudian kelaparan yang dapat memicu ketegangan sosial tinggi berkepanjangan.
Di sini semestinya Parisadha mengambil peran kesejarahan, dengan mengingatkan para pengambil kebijakan publik lebih memegang amanah, teguh memegang swadharmanya dalam pembrantasan pandemi dan menanggulangi secara lebih serius dampak krisis multi dimensi yang dibawakan oleh pandemi Covid-19.
Mengingatkan elite pengambil kebijakan, paling tidak elite pengambil kebijakan yang beragama Hindu, untuk terus mengembangkan prilaku politik yang landasannya Kebenaran (dharma) dan politik Emoh Kekerasan (ahimsa).
Sebagai penjaga hati nurani umat Hindu Indonesia dalam negara bangsa yang landasan dasarnya Pancasila, PHDI bergandengan tangan dan bersatu padu dengan komponen bangsa lainnya, menjaga keutuhan NKRI sebagaimana diamanatkan oleh Bapak Pendiri Republik yang tertuang dalam Manifesto Negara: Pembukaan UUD 1945.
PHDI mampu berdiri kokoh dan menjadi batu penjuru bagi umat Hindu Indonesia dalam menjalankan Dharma: Dharma Negara dan Dharma Negara (yang secara tersirat tercakup dalam Piagam Campuhan, Piagam pendirian Parisadha, yang ditanda-tangani 62 tahun yang lalu di Pura Campuhan, Ubud, Gianyar, Bali ).
Tetap ajeg menjalankan Dharma dan Swadharmanya, sehingga pengurus tidak mudah tergoda dalam arus perpolitikan sempit, jangka pendek, yang mempengaruhi kerja dan kinerja Parisadha, dalam mengemban Dharma Negara dan Dharma Agama.
*) I Gde Sudibya, Ketua FPD ( Forum Penyadaran Dharma ), Denpasar.