Oleh Wayan Supadno
Tiap kali saya jadi narasumber kuliah umum atau seminar hal kewirausahaan. Jika ada fase tanya jawab, selalu pertanyaannya sama. Saya mau jadi pengusaha sukses, tapi tidak punya modal. Modal dari mana ? Bagaimna caranya ? Contoh konkretnya seperti apa ?
Sebaliknya, hampir semua pengusaha/praktisi sukses. Saat jadi narasumber nasehatnya juga sama. Modal utama usaha adalah kepercayaan karena 90% pengusaha sukses berawal dari kecil. Maka bangunlah diri sendiri agar bisa dipercaya.
Hampir semua masyarakat saat ditanya. Pilih mana jika ada perusahaan berusaha di kampungnya. Orang asing (PMA) atau masyarakat setempat kerabatnya sendiri. Selalu jawabnya yaitu lebih senang penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Begitu juga saat ditanya, pilih mana jadi manajer di perusahaan orang lain atau jadi owner (pemilik) di perusahaannya sendiri. Ternyata jawabannya sama juga yaitu pilih jadi ownernya agar bisa cipta lapangan kerja, bayar pajak jumlah besar dan cetak devisa.
Sesungguhnya, prinsip - prinsip jadi pengusaha adalah jika tidak punya otak pintar maka pakailah otak orang lain, jika tidak punya modal maka pakailah modal orang lain, jika tidak punya tenaga waktu ketrampilan maka pakailah milik orang lain. Dengan cara bisa dipercaya. Karena serba terbatas apa yang dimiliki tapi keinginannya tanpa batas.
Contoh sederhananya ;
1. Bp Drh Nanang dan Bp Ir Joko Irianto. Keduanya saat ini punya peeusahaan peternakan sapi pedaging sama klasnya ribuan ekor di Lampung. Belasan tahun lalu awalnya dipercaya orang Australia bayar belakangan. Lambat laun labanya jadi modal usaha. Dipacu pesatnya karena dipercaya bank.
Karena ucapannya bisa dipegang. Saat ini telah membina masyarakat agar gemar beternak akhirnya banyak yang jadi peternak. Tidak kikir berbagi termasuk ilmu maupun pengalamannya di kampus, masyarakat, medsos dan lainnya. Juga aktif dalam perkumpulan profesi menyuarakan kepentingan teman sejawat yaitu para peternak di Indonesia.
2. Pak Sujarwo, saat ini omset bulanannya puluhan miliar dengan gajian karyawan ratusan juta/bulannya. Punya usaha bidang pupuk, sarana pertanian dan bertani jeruk maupun buah naga di Banyuwangi. Karena dipercaya pabrik. Dulunya hanya tukang jualan ikan laut dan komik.
Bukan lahir dari keluarga berada. Karena bisa dipercaya. Juga bukan lulusan perguruan tinggi. Ilmunya didapat dari perjalanan hidup jatuh bangun. Diambil hikmahnya buat bekal menyempurnakan pada usaha berikutnya. Itu saja. Aktif pemberdayaan masyarakat agar maju bersama.
3. Saya, sekitar 12 tahun lalu. Sejengkal tanahpun tidak punya. Modal tidak punya. Tapi ingin jadi petani maju. Lalu meyakinkan pemilik lahan tidur. Sewa bayar belakangan saat sudah panen. Ternyata hasil panen cabe bisa buat tanam padi 21 ha, sewa lahan lagi cetak ulang jadi sawah bayar belakangan juga. Di Jonggol Bogor.
Puji syukur saat ini telah berubah. Karena saya tahu jalannya jadi petani pernah menjalani duluan. Maka hati saya suka berbagi ilmu pengalaman di lapangan. Salah satunya tulisan ini, video dan kadang jadi narasumber acara membangun SDM agar mandiri. Karena tujuan pembangunan sebuah bangsa agar makin mandiri.
Inilah kami, petani dan peternak cara mengisi Kemerdekaan Bangsa Indonesia milik kita ini. Semoga jaya karena kemandian anak bangsanya makin banyak lagi. Siaaap grak ! Majuuu jalan !
*) Penulis adalah Wayan Supadno, Petani dan Pengusaha Peternakan