Bangli, 19/4 (Atnews) -- Momenindak lanjuti Surat Edaran (SE) Bupati Bangli No 500/3101/Ekonomi tentang himbauan gerakan One Day No Rice (Sehari Tana Beras), Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli bakal menggelorakan program sehari tanpa beras.
Hal ini merupakan tujuan dari upaya pemeritah Kabupaten Bangli dalam diserversifikasi pangan. “Sejatinya Surat Edaran Bupati Bangli telah keluar per 8 April 2019 lalu, kemudian akan kita sosialisasikan ke masyarakat,”ujar Kadis PKP Bangli I Wayan Sukartana, ketika dihubungi Jumat (19/04).
Menurutnya, program ini digalakan guna melakukan diservikasi gizi masyarakat. Pasalnya, masih banyak mayarakat kalau mengkonsumsi makanan non beras adalah makanan murahan. Padahal, makanan yang bersumber dari non beras seperti ketela, jagung, kentang dan lainnya sangat kaya gizi. “Kita tetapkan setiap hari Kamis sebagai hari tanpa nasi,” tegasnya.
Program ini nantinya akan disosialisasika ke desa-desa. Hal ini penting mengingat latar belakang dari program ini adalah kondisi lahan pertanian sawah sangat sedikit, karena Kabupaten Bangli bukan termasuk penghasil beras. Disisi lain, penyusutan lahan sawah di sini cukup deras.
Makanya, untuk mengantisipasi kekurangan beras dilakukan dengan program One Day No Rice. “Gerakan ini akan dimulai dari Arapatur Sipil Negara (ASN), sebelum ke masyarakat,” bebernya Sukartana lagi.
Sementara menyinggung dengan luas lahan sawah di Kabupaten Bangli saat ini, kata dia, 2876 ha, tersebar di Kecammatan Susut 1.241 ha, Bangli 717 ha, Tembuku 808 ha dan Kitamani 110 ha. Sementara produksi padi di Bangli dalam setahun mencapai 18.474,53 ton.
“Untuk kebutuah beras per orang penduduk mencapai 98 kilo per tahun,” jelasnya.
Potensi pengembangan non beras di Bangli seprti jagung, ketela serta ubi jalar masih cukup luas. Mengingat lahan kering di Bangli tergolong lebih banyak ketimbang lahan basahnya.
Dia menyebutkan, produksi jagung saat ini mencpai 816,77 ton, ubi kayu 1.088,88 ton dan ubi jalar 2.261,15 ton. Sejauh ini produksi non beras kebanyakan dipasarkan ke luar daerah, sementara konsumsi masyarakat atas makanan yang bersumber dari non beras dinilai masih kurang. (Anggi/ika)