MANGUPURA 25/4 (Atnews) – Potensi risiko ancaman terhadap keamanan di bandar udara dapat datang dari berbagai pihak. Tidak hanya dari luar, personel bandara berpotensi menjadi salah satu sumber ancaman keamanan yang dapat mengganggu kelancaran operasional bandara dan operasional penerbangan. Untuk itu lah, manajemen bandara perlu bersikap waspada, dan harus siap akan adanya segala bentuk risiko ancaman.
PT Angkasa Pura I (Persero) selaku pengelola Bandar Udara Internasional Ngurah Rai – Bali yang merupakan salah satu bandara paling sibuk di Indonesia, dengan penumpang pada tahun lalu sebanyak 23,7 juta orang, serta pertumbuhannya sebesar 8,5%, tidak henti-hentinya untuk selalu meningkatkan kompetensi dari para personel, termasuk di dalamnya personel Aviation Security yang bertanggungjawab terhadap keamanan bandara dan keamanan penerbangan.
Sebagai bentuk peningkatan kompetensi, manajemen bandara mengadakan pelatihan bertajuk _Mitigating The Risk of Trusted Insider_.
Pelatihan ini merupakan wujud implementasi kerja sama antara PT Angkasa Pura I (Persero) dengan Pemerintah Australia dan Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil Kementerian Perhubungan.
“Pada masa sekarang, pergeseran ancaman keamanan sudah mulai berubah. Pemanfaatan orang dalam sebagai pelaku tindakan melawan hukum sudah mulai menjadi _trend_ baru,” ujar General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai – Bali, Haruman Sulaksono saat membuka acara.
“Dengan itu, peningkatan keamanan terhadap petugas bandara sangat menjadi perhatian khusus selain pemeriksaan kepada penumpang,” lanjut Haruman.
Tujuan utama diselenggarakannya kegiatan pelatihan ini adalah mencegah terjadinya ancaman yang dilakukan oleh personel yang bekerja di dalam bandara. Dalam pelatihan, personel Aviation Security diberikan pelatihan mengenai bagaimana mengidentifikasi pergerakan karyawan yang bekerja di bandara jika karyawan tersebut dicurigai melakukan tindakan melawan hukum.
_Profiling_ merupakan salah satu kemampuan yang wajib dimiliki oleh setiap personel Aviation Security. Dengan kemampuan ini, seorang personel keamanan bandar udara dapat mendeteksi gerak gerik seseorang, baik itu calon penumpang pesawat udara, pengguna jasa bandar udara, maupun karyawan yang bekerja di dalam bandar udara. Karyawan yang bekerja di bandara dapat dikatakan memiliki potensi yang lebih tinggi daripada pihak eksternal, karena faktor pengenalan medan yang lebih tinggi. Dengan peningkatan kompetensi _profiling_ inilah, personel Aviation Security akan semakin dapat menjalankan tugasnya dalam pengawasan dan pemeriksaan terhadap seluruh karyawan yang bekerja di dalam bandara.
Selain itu, pelatihan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan keamanan terhadap orang perseorangan yang akan memasuki daerah keamanan di bandara tanpa kecuali.
Pada bulan Maret lalu, juga merupakan implementasi kerja sama dengan Pemerintah Australia, dilaksanakan pelatihan _Explosive Trace Detection_ yang ditujukan untuk dapat mengidentifikasi dan menangkal ancaman keamanan bandar udara dan penerbangan dalam bentuk bahan peledak. (RN/ika)