Denpasar, 29/4 (Atnews) - Gubernur Wayan Koster yang memimpin pulau Dewata dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, sudah waktunya turun tangan menyelamatkan kawasan Subak Jatiluwih, jika tidak mau diketawai masyarakat dunia.
Kenapa? Karena ada ancaman pencabutan Kawasan Subak Jatiluwih yang ditetapkan sebagai salah satu situs warisan dunia (world heritage) dari The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Subak, organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah (irigasi) yang digunakan dalam bercocok tanam padi di Bali, berkat keunikannya Unesco menetapkan subak sebagai warisan dunia pada tahun 2012.
Situs yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia akan terus dievaluasi Unesco, salah satu penilaiannya adalah keasliannya. pengawasan itu tampaknya tidak main-main oleh lembaga dunia tersebut, terbukti sedikit ada kelainan sudah disemprit.
Hukuman pun tidak main-main yakni pencabutan predikat yang sudah disandangnya itu, oleh sebab itu Koster yang juga menjabat Ketua DPD PDIP Bali hendaknya mampu menggunakan pengaruhnya kepada Kepala Daerah Kabupaten Tabanan.
Karena status subak sebagai salah satu situs warisan dunia (world heritage) terancam. dicabut karena ada pembangunan helipad (landasan umtuk pendaratan helikopter) di wilayah subak itu yang dapat merusak sekaligus mengubah keaslian situs tersebut.
Pembangunan helipad diantara persawahan itu adalah kesalahan total, Bapati Tabanan diminta kesadarannya untuk mengubah kembali menjadi persawahan, karena itu sudah merusak keaslian dari bentuk sawah.
Permintaan itu tampaknya kurang mendapat perhatian dari Bupati Tabanan, sehingga banyak tokoh masyarakat geram terhadap sikap pemimpin pemerintahan setempat, terutama kepada pengelolanya.
Ketua Pusat Penelitian (Puslit) Subak Universitas Udayana (Unud) - Prof Wayan Windia misalnya meminta eksploitasi kawasan Subak Jatiluwih dihentikan.
“Kalau Pemda Tabanan tidak berubah mari kita boikot Jatiluwih,” tegas Prof Windia di Denpasar. Ia juga memiliki andil dalam ikut memperjuangkan subak jatiluwih menjadi warisan Dunia.
Ia mengharapkan, Pemda Tabanan agar melakukan penataaan Kawasan Catur Angga Batu Karu agar tidak merusak alam. Apabila itu tidak dihiraukan, dihimbau wisatawan agar mengalihkan kunjunganya dari Subak Jatiluwih.
“Alihkan kunjungan ke kawasan subak yang lain,” tegasnya sambil menyebutkan investor di Jatiluwih terlalu rakus. Dulu bahkan dirinya menentang pembangunan parkir di sana.
Kepada Pemda diharapkan membuat rencana detail tata ruang warisan budaya dunia (WBD) di Catur Angga Batukaru, untuk memperjelas apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dibangun di sana.
Begitu juga, pembangunan lahan parkir harus dibuat jauh dari Subak Jatiluwih. Pemda juga membentuk WBD. Bukan badan pengelola Daerah Tujuan Wisata (DWT).
Sementara Ketua Aliansi Masyarakat Pariwisata Bali Gusti Kade Sutawan meminta Pemerintah Daerah (Pemda) Tabanan berani mengembalikan Kawasan Subak Jatiluwih sebagai salah satu budaya warisan dunia (world heritage) dari The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
“Untuk itu, Pemda harus tegas menyelesaikan permasalahan ini, jika benar-benar dicabut akan merugikan pariwisata Indonesia,” kata Kade Sutawan, sebab kawasan tersebut sudah dikenal dunia dan menjadi citra pariwisata Bali yang memiliki jumlah kunjungan yang signifikan.
Namun, akibat pengawasan Pemda dan komitmen dari pengelola mengubah keaslian dari kawasan tersebut yang berujung pada ancaman pencabutan status dari UNESCO, padahal penetapan status tersebut menguntungkan bagi branding subak yang diminati wisatawan.
Pengelola DTW Jatiluwih I Nengah Sutirtayasa berdalih bahwa pengembangan tersebut untuk memberikan pelayanan dan kenyamanan kepada para wisatawan.
Ia menanggapi tempat center point obyek DWT Jatiluwih yang dianggap sebagai helipad untuk komersial itu tidak benar adanya.
Tempat itu dibangun di sebuah pertigaan jalan subak dimana ada lahan tidak produktif yang menjadi milik anggota subak (petani).
Upaya itu bertujuan dari pembangunan center point obyek tersebut untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang mengharapkan informasi tentang obyek DWT Jatiluwih.
Tahu kah anda, setelah subak Jatiluwih masuk katagori warisan dunia, keberadaannya semakin terkenal di masyarakat antarbangsa, bahkan tidak ketinggalan Presiden AS Obama pada 2017 tertarik dan sangat senang menikmati panorama persawahan yang tidak ada duanya di dunia.
Peristiwa itu luar biasa pengaruh dari seorang presiden negara adidaya, maka masyarakat internasional terutama pelancong dari negeri Paman Sam itu, akan tertarik mengikuti jejak pemimpinnya dan ingin tahu apa sih itu dan bagaimana pematang sawah bertingkat.
Untuk menghindari status subak sebagai salah satu situs warisan dunia terancam dicabut karena pembangunan helipad, maka perlu pengaruh dari Gubernur Bali Wayan Koster menggerakkan hati Bupati Tabanan untuk mengebalikan keaslian bentuk sawah di sana. Mudah - mudahan. (ika/ART)