Denpasar, 10/5 (Atnews) - Ketua Yayasan Bakti Pertiwi Jati (YBPJ) I Made Bakti Wiyasa mengharapkan penggunaan dana bantuan sosial (bansos) tidak merusak situs dan ritus.
"Hentikan pembongkaran situs pura tua. Gunakan bansos dengan bijak untuk perawatan serta pelestarian situs dan ritus," kata Bakti di Denpasar, Kamis (9/5).
Hal itu disampaikan ketika penutupan Pameran “Situs dan Ritus Tatanan Peradaban Bali” yang digelar Yayasan Bakti Pertiwi Jati (YBPJ) di Denpasar Art Space (DAS).
Pameran yang berlangsung dari tanggal 25 April dengan menampilkan lebih dari 130 foto, lukisan, dan drawing tentang situs dan ritus serta berbagai aktivitas lain mendaptkan antusias dan diapresiasi total ribuan pengunjung.
Untuk itu, pentingnya tim pengawal dana bansos yang mampu melestarikan situs dan ritus sebagai ciri khas daerah yang menjadi daya tarik dunia ke Bali.
Bukan sebaliknya dana bansos yang memicu rusaknya atau degradasi budaya Bali.
Pameran ini pun menjadi tonggak sejarah baru bagi upaya menjaga taksu Bali lewat pelestarian warisan situs dan ritus peradaban Bali yang mulai terancam dan tergerus dengan adanya praktik-praktik pembongkaran pura tua secara masif di Bali.
Pihaknya menegaskan melalui pameran ini BPJ ingin menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian situs dan ritus kuno warisan leluhur Bali. Jangan sampai ada pembiaran terhadap perusakan secara terstruktur, sistematis dan masif terhadap situs dan ritus kuno ini.
Dengan demikian, Pembina YBPJ, Komang Gde Subudi menambahkan, setalah sukses di Denpasar pameran serupa akan digelar ke seluruh Bali secara bertahap.
Kabupaten pertama yang akan menjadi sasaran lokasi pameran ini adalah Tabanan, lalu Badung dan Gianyar yang ditargetkan rampung tahun ini.
"Tentu akan kami evaluasi untuk peningkatan kualitas pameran dalam road show ke seluruh Bali," kata Subudi yang dalam kesempatan penutupan pameran ini tampil membacakan puisi berjudul "Situs Ritus".
Dalam pameran ke depan tentu pihak panitia akan memperbanyak jumlah koleksi foto-foto situs dan ritus yang akan ditampilkan termasuk juga ragam atau jenis akan ditambahkan. Sebab pengunjung mulai dari kalangan pelajar, mahasiswa hingga masyarakat umum sangat antusias dengan pameran ini.
Kesuksesan pameran ini juga tidak lepas dari dedikasi penuh, totalitas pengabdian dari pihak panitia dan para narasumber. Dengan ikhlas mereka tidak pernah lelah melayani termasuk dengan sukacita menjawab apapun pertanyaan yang dilontarkan pengunjung.
Para narasumber ini yakni Kadek Wahyudita, Nyoman "Sengap" Ardita, Mangku Alit Basudewa Made Bakti Wiyasa, Guru Rai Dharmadwipa, Mangku Sara Yoga Semadi, Guru Ngurah Wisnawa, dan Guru Nyoman Sudarsana serta narasumber lainnya.
Para narasumber ini juga secara rutin tiap harinya memberikan edukasi kepada pengunjung pameran lewat Kelas Budaya bertajuk "Tatanan Rohani Bali" yang mengupas tuntas konsep tiga wilayah rohani yang menjadi dasar pemujaan di Bali. (ART/WD/ika).