Badung, 11/5 (atnews). Bali dikenal sebagai pulau Kahyangan, pulau Dewata karena memiliki banyak pura (tempat persembahyangan bagi umat Hindu) serta banyak hari raya alias upacara.
Hari raya Pagerwesi di Bali pada Rabu kliwon Sinta (13/5) dan sebelumnya ada perayaan Saraswati turunnya ilmu Pengetahun Banyupinaruh dan Somaribek, kegiatan itu ternyata membawa berkah bagi mereka yang kreatif.
Kondisi itu bagi masyarakat di desa Canggu Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung khususnya, membawa berkah tersendiri dikalangan perajin rumah tangga (home industry).
Terutamanya sangat dirasakan oleh perajin kue (jaje Bali) . Contohnya jaje begina, uli, reta, nagol dan lainnya untuk perlengkapan upakara.
Ni Made Ratnadi perajin jaje Bali dari banjar Babakan Canggu Kuta Utara Badung (11/5) mengakui, sejak beberapa hari menjelang hari raya Saraswati dan Pagerwesi ini pihaknya merasa kewalahan melayani pelanggannya.
" Saya hanya mampu melayani 100 bungkus sehari. Pasalnya bahan baku berupa beras putih (ketan) harganya lumayan mahal dan agak sulit di pasaran," ucap Ratnadi sambil menambahkan, omzetnya selama ini hanya sebesar Rp 200.000 per hari.
Satu bungkus isi 4 jenis jaje (begina, uli, reta dan nagol) dijual dengan harga Rp 2.000 . " Cukup untuk menambah beban biaya dapur saja," terangnya.
Ratnadi mengatakan, konsumennya selama ini hanya dilingkungan warga Banjar Babakan saja (warga tetangga) yang menjadi pelanggan tetapnya, belum sampai merambah ke pasar-pasar. Karena pembuatan jaje ini dilakoni dengan sambilan dan khusus untuk pada hari-hari tertentu saja seperti di hari-hari raya (rerainan Bali). Dincontohkannya seperti hari Purnama, Tilem, Galungan dan lainnya serta menjangkau konsumen secara luas termasuk ke pasar-pasar.
"Cukup melayani Ibu-Ibu rumah tangga disekitar sini saja. Inipun , saya sudah merasa kewalahan," ucap Ratnadi. Karena proses pembuatannya paling tidak satu hari mulai dari pembuatan dan menjemur sebelum digoreng. Kalau hujan tentu tidak bisa memproduksinya secara normal (Mur/ika).