Gianyar, 28/5 (Atnews). Permintaan hasil kerajinan rumah tangga berupa kulit ketupat yang terbuat dari bahan daun kelapa muda (Bali: busung) bertambah ramai selama bulan Suci Ramadhan, belum lagi untuk kepentingan upakara.
Ditambah lagi dengan peraturan Gubernur Bali Wayan Koster yang mengurangi penggunaan plastik, sehingga pedagang tidak ada lagi menjual tipat berbungkus plastik, tutur I Wayan Suanda perajin dari Banjar Dlodtunon Batuan Sukawati Selasa, (28/5).
Pesanan kulit ketupat sejak beberapa tahun terakhir di daerah ini menunjukkan trend peningkatan. Terlebih lagi sekarang dengan pembatasan penggunaan plastik, yang membuat pesanan terus naik.
I Wayan Suanda mengatakan, membuat kulit tipat salah satu kerajinan kecil yang digelutinya sejak lama. Sampai saat ini permintaan barang kerajinan ini nyaris tidak pernah sepi. Artinya selalu habis terjual berapapun jumlah yang dibuatnya. Pelanggannya adalah pedagang tipat cantok atau pedagang jenis makanan lainnya . Seperti tipat sate, tipat soto dan lain-lain.
"Biasanya dahulu kan banyak yang pakai plastik. Tetapi sekarang semua sudah pakai kulit tipat dari bahan alami," terang Suanda sambil menambahkan, setiap hari bisa membuat 700 pcs dengan harga jual Rp 300 sampai Rp 500 per pcs, tergantung besar kecil ukuran.
Pria yang menekuni hasil kerajinan tangan ini menuturkan, busung sebagai bahan baku menjadi kendala selama ini. Terutama harga yang terus naik. Sementara ia sulit menaikkan nilai jual.
"Dari sisi untung, nyaris tidak ada hanya dapur dapat ngepul setiap hari," ujarnya dengan muka ceria (Mur/ika).