Badung, 30/5 (Atnews) - Japan Airline (JAL) menghentikan penerbangannya ke Bali di Bandara Internasional Ngurah Rai sejak tahun 2019
“Pengehentian itu menyebabkan anjloknya datangnya wisatawan Jepang ke Bali padahal sekitar 18 juta out bound traveler Jepang, Bali hanya kebagian 1,34 persen sampai 1,4 persen saja,” kata Ketua Bali Rasa Sayang (BRS) Makiko Iskandar Badung, Rabu (29/5).
Hal itu disampaikan ketika “Business Meeting” bersama anggota BRS di Swiss belhotel Tuban, Badung.
Ia mengatakan, menariknya adalah share 1,4 persen tersebut berbanding lurus dengan dinamika jumlah outbound Jepang.
Kondisi itu menandakan bahwa promosi Bali pada khususnya, termasuk Indonesia masih kalah dengan negara pesaing.
Jika dibandingkan dengan jumlah kedatangan wisatawan Jepang sebelum tahun 2010 ketika masih aktif JAL terbang ke Bali mencapai 350 ribu orang turun 100 ribuan apabila dibandingkan dengan jumlah tahun 2017 maupun 2018.
Merosotnya kedatangan wisatawan Jepang pasca penghentian penerbangannya ke Bali di tahun 2010.
Besar mempengaruhi rendahnya rata-rata tingkat hunian hotel di Bali berkisar 62 persen.
Diperkirakan, JAL tidak terbang ke Bali karena disebabkan mahalnya biaya parkir di bandara.
Sementara itu, Ketua BPPD Badung Rai Suryawijaya berjanji akan meneruskan wacana ini kepada pihak pemerintah terkait.
Sekaligus akan melakukan pendekatan kepada pihak JAL terus dicoba dan mengharapkan adanya pertemuan dalam waktu dekat.
Upaya itu dalam mengembalikan minimal 350 ribu wisatawan pada tahun 2007.
Dalam diskusi mendatang diharapkan akan ada pembuktian angka yang lebih valid dari pihak terkait.
Executive Director BPPD Badung Mangku Sulasa Jaya mengharapkan pelaku industri dan pemerintah bisa saling bergandengan tangan menangani pasar Jepang ini pada khususnya.
Dengan pembangunan kepariwisataan Bali secara menyeluruh dimana satu dengan yang lain harus saling menguatkan.
“Ini adalah tuntutan jaman global dimana pekerjaan apapun harus dilakukan bersama sama,” ujarnya. (ART/ika)