Bangli, 30/5 (Atnews) - Duka mendalam yang dialami keluarga besar pahlawan Bali,
menyusul berpulangnya Jro Pasek Jempiring yang merupakan istri dari mendiang Kapten Anak Agung Gede Anom Mudita, dari Puri Kilian,Lingkungan Puri Agung,Kelurahan Kawan, Bangli.
Almarhumah selama masa perjuangan tersebut, turut berjasa membantu para pejuang dalam mempersiapkan logistik perang. Karenanya, kepergian almarhum tidak hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga namun juga bagi masyarakat Bangli secara umum. Kepulangan almarhumah meninggalkan seorang anak,menantu, tiga cucu dan enam cicit. Semasa hidup, Jro Pasek Jempiring asal Banjar Nyangelan Kelod, Desa Nyangelan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung ini, dikenal sebagai sosok perempuan yang setia, penyabar dan jadi panutan keluarga.
Jro Pasek Jempiring menikah dengan Pahlawan Kapten Mudita tahun 1942. Namun pada tahun 1947, suaminya Kapten Anak Agung Gede Anom Mudita gugur dimedan perang. Pada masa-masa perjuangan, almarhum juga pernah mengungsi ke Banjar Pukuh, Desa Susut,Kecamatan Susut karena rumahnya di Puri Kilian hendak dibakar oleh penjajah Belanda saat itu.
Dari informasi yang dihimpun, Kamis (30/05), Jro Pasek Jempiring tutup usia menginjak umur 92 tahun. Almarhumah meninggal dunia dalam perawatan di RS Balimed, Denpasar pada Selasa (28/05) sekitar pukul 14.45 wita. Namun saat ini, jenazah almarhum masih dititipkan di ruang jenazah RSU Bangli, menunggu hari baik untuk pelebon.
Menurut anak almarhum, A. A. Anom Suarcana, ibunya meninggal karena menderita suatu penyakit. Hingga akhirnya baru diketahui, almarhumah didiagnosa mempunyai riwayat penyakit vertigo. Karena kondisinya tersebut, kesehatan almarhum kian menurun hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada Selasa lalu
Diceritakan, awalnya almarhumah sempat jatuh dirumahnya sekitar 3 minggu lalu. Selanjutnya, menjalani perawatan ke rumah sakit lantaran bagian kepalanya benjol. “Pada saat jatuh itu, ibu memang sempat pingsan sebentar. Namun beberapa saat kemudian, kondisinya membaik. Bahkan bisa berjalan sendiri saat diantar ke rumah sakit,” jelas Anom Suarcana didampingi keluarga besarnya.
Selama ini, diakui, almarhum belum pernah mengalami sakit parah hingga dirujuk ke rumah sakit. “Semasa hidup, beliau tidak pernah mengeluhkan sakit dan ini untuk pertama kalinya sampai dirawat ke rumah sakit,” jelas Anom Suarcana dengan mata berkaca-kaca mengenang kepergian ibunya.
Disampaikan, upacara plebon sesuai hasil paruman keluarga besar Puri Agung Bangli, disepakati rencananya akan dilakukan pada tanggal 22 Juni 2019 usai penyineban pujawali di Pura Penataran Agung, Bangli. “Kemungkinan jenazah ibu sudah bisa dibawa ke rumah pada kamis malam (20 Juni) untuk upacara pelebonnya ,” jelasnya (Anggi/ika)