Denpasar, 5/6 (Atnews) - Saya tidak perlu berdesak-desakan keluar pulau Dewata, karena Bali sudah menjadi kampung saya, tutur Musdi, seorang pensiunan guru di Denpasar, Rabu.
Sejak diangkat menjadi guru hingga pensiun tiga tahun lalu sudah ada di Bali, jadi tidak pernah mudik ke Jawa lagi, tutur pria kelahiran Jawa Timur ini saat merayakan Lebaran di Denpasar.
Musdi bersama sejumlah rekannya banyak datang dan menetap di Bali sehingga tidak perlu mudik lagi saat Lebaran, tetapi berbeda dengan Anton bersama isteri dan seorang anak harus ke Jawa merayakan Idul Fitri di tanah kelahirannya.
"Saya harus bisa kumpul dengan keluarga saat Lebaran, kalau tidak malu kepada rekan sekampung," tutur Anton yang mudik pada hari H dengan mengendarai motor maklum, jaraknya dekat hanya di Banyuwangi.
Mudik Lebaran merupakan budaya muslim di Jawa, maka tidak mengherankan sebagian besar muslim di Bali pulang ke kampung halamannya.
Maka tidak mengherankan mulai H-3 lebaran di Denpasar sulit bisa membeli bakso, gorengan maupun nasi lalapan, akibat pedagang tidak berjualan karena mudik merayakan hari raya akbar itu.
Jalan-jalan di seputaran kota Denpasar agak lenggang, warung nasi banyak yang tutup, kunjungan wisatawan dalam negeri berkurang, kondisi ini diperkirakan sekitar seminggu mulai H-3 maka arus lalu lintas di seputar pulau Bali lancar.(02/art).