Bangli, 13/6 (Atnews) -- Petani jeruk di Kabupaten Bangli kembali harus gigit jari. Pasalnya menjelalang memasuki panen raya tahun 2019 justru harga jeruk di pasaran malah anjlok. Harga jeruk ditingkat petani hanya Rp 3.000 per kilo. Kondisi ini membuat petani jeruk khususnya di Kintamani menjadi ketar-ketir.
I Nyoman Manton petani jeruk asal Kintamani, Kamis (13/06) mengatakan panen raya segera bakal dimulai, namun sayangnya harga jeruk di pasaran tidak semanis rasanya. Dimana, harga jeruk jatuh hingga lima puluh persen.
“Harga jeruk saat ini sangat murah sekitar Rp 3.000 per kg, sebelumnya harga jeruk sempat menembus Rp6.000 per kg,” katanya.
Sebut Manton, harga jeruk ditingkat petani yang hanya menapcai Rp 3.000 sekilo, tentunya membuat petani merugi. Mengingat pengeluaran untuk perawatan tanaman jeruk sangat tinggi.
Jelas, dia untuk harga pupuk kandang saja telah mencapai Rp 1.250.000 satu truk, selain itu agar tanaman jeruk bisa berproduksi dengan bagus juga diperlukan obat. “Dengan harga yang hanya Rp 3 ribu jelas kami merugi higga puluhan juta rupiah,”j elasnya.
Sementara petani lainya I Wayan Armada menambahkan, jatuhnya harga jeruk diakibatkan panen tahun ini bersamaan dengan daerah lain. Sementara disisi lain, jeruk Bali belum bisa dipasarkan ke luar daerah seperti Jakarta maupun sejumlah pasar di Indonesia lantaran terkendala arus mudik.
“Jeruk luar banyak masuk Bali makanya harga jeruk lokal terpengaruh. Selain itu, jatuhnya harga jeruk juga akibat belum adanya rerainan di Bali,” ucapnya (Anggi/02)